Kamis, 17 Maret 2011

TSUNAMI JEPANG

Ternyata perjalanan dari Makasar ke Bekasi memerlukan waktu yang sangat panjang. Selesai makan siang jam dua siang waktu sana atau jam satu siang wib, langsung dianterin sama Bos Sungguminasa (temen lama) ke Bandara dan baru sampe di terminal Damri Bekasi dijemput istriku jam 8 lebih. Jadi total perjalanan yang diperkirakan cukup 4 jam meningkat hampir dua kali lipat. Biasa model penerbangan negeri kita tercinta, apalagi dengan tambahan 'mantr' low cost, pelayanan semakin fokus pada cost, aspek lainnya menjadi tidak dilihat.

Setelah chek in di Hasanudin seluruh penumpang sepesawat disuruh menunggu di ruang tunggu 5, dan sebelum masuk ruang tunggu seperti biasa tas diperiksa, tiket tanda bukti sewa bandara yang kita bayar 40.000 juga diperiksa. Namun pas jam seharusnya berangkat tiba-tiba diumumkan bahwa ruang tunggu dipindah ke Ruang 1.....berduyun-duyunlah kita berdesak-desakan pindah ruangan, antri, periksa barang lagi, periksa karcis lagi...padahal kenapa tidak pesawatnya saja yang dipindah ? Kalau itu terlali sulit, kenapa tidak pake bis saja ? Aku membayangkan bagaimana kalau ada anak kecil atau orang tua yang berangkat sendirian ? Bagaimana kalau ada wisatawan yang tidak begitu jelas mendengar pengumuman dengan inggris aksen Makasar....iya toh...please deh mi !!!

Sampe Jakarta ternyata masih terjadi kekacauan yang dimulai dengan diturunkannya pesawat berwarna merah di Terminal 2, jadi diangkutlah kita dengan bis ke Terminal 1...dan akibatnya bagasi gak sampe-sampe...:arus menunggu hampir satu jam. Kejadian yang aneh adalah ketika aku tanya ke petugas dimana bagasi dari Makasar,m petugas bilang nanti akan diumumkan...dan memang diumumkan bahwa bagasi akan datang terlambat. Ketika itu dengan sabar aku lihat ke layar monitor untuk memastikan kiriman bagasi dari mana yang keluar. Dalam monitor dicantumkan bagasi dari Mataram dan bagasi dari Solo...tapi lama-lama aku curiga kok orang-orang yang kumpul menunggu bagasi semakin berkurang. Lalu aku mencari-cari petugas dan bertanya...yaaaaeelllaaahhh ternyata bagasiku sudah sampai ditempat turunnya bagasi yang dari Solo...emang aneh..disangkanya bagasi bisa tereak kali kalo udah nyampe, sehingga dilabelin apapun orang ngerti.
Sorry nih agak ngelantur, cerita kesana-sini gak nyambing dengan judul...jadi mari kembali ke laptop.
Setelah melakukan perjalanan jauh, badan terasa lelah sehingga jam 9 sudah mulai mau tidur. Menjelang tidur pikiran melayang-layang dan teringat akan berita di koran tentang musibah tsunami yang menghantam Jepang. Dimulai dari gempa berskala 9 yang menyebabkan tsunami dahsyat...4ambil nonton TV terus terang aki kagum akan kedisiplinan warga Jepang. Tidak terlihat kecemasan saat terjadi gempa dahsyat, masih sempat mengobrol masih sempat mengabadikan walaupun sambil terguncang-guncang. Suatu bentuk ketabahan atau bentuk kedisiplinan karena hasil latihan yang dilakukan secara berkesinambungan. Setelah gempa lalu disusul tsunami, aku sebagai pemirsa laksana menonton film....begitu rapih urutan-urutan kejadian ditampilkan, seakan-alan cameraman telah diatur oleh sutradara sebelumnya. Film dalam berita layaknya film dokumenter bahkan lebih hidup dibanding film Kiamat 2012. Dengan kejadian musibah sedahsuat itu, Jepang dapat meminimalisir korban jiwa. Sangat jauh berbeda dibandingkan korban jiwa waktu terjadi tsunami di Aceh. Aku berfikiran tikejadian tersebut tidak akan mempengaruhi perekonomian Jepang sebagai pemegang peran ekonomo dunia.
Namun digaanku sepertinya agak meleset...karena beberapa hari kemudian muncul berita meledaknya satu reaktor nuklir, disusul dua, dan disusul lagi reaktor nuklir ketiga. Berita berlanjut ke pemadaman bergilir, terus radiasi dari zat radio aktif yanmg akibatnya sangat mengerikan.
Bagaimana nasib Jepang kedepan ? Apakah pemerintah mampu melokalisir, menahan eksodus ? Ataukan Jepang akan menjadi sejarah seperti kaum Ad dan kaum Tsamud yang dibinasakan terdahulu. Mereka memiliki kesamaan sebagai negara maju dan displin tapi............ (salam hangat dari kang sepyan)

Kamis, 24 Februari 2011

KERETA EKONOMI

Abis rapat untuk persiapan lokakarya KUR TKI di kantor kementrian koordinator perekonomian, karena sampai statsiun Dukuh Atas masih jam 16.30 aku beli Bekasi Ekspress untuk pulang ke rumah. Tetapi tiba-tiba ada pengumuman bahwa Bekasi Ekspress belum keluar dari Mangarai (padahal jadwal 16.38) mestinya udah ada di Tanah Abang. Terus diumumkan juga bahwa kereta Ekonomi ke Bekasi sudah mau berangkat dari Tanah Abang. Kayanya lebih cepet naek kereta ekonomi nih, apalagi belum ashar, kalau harus menunggu Bekasi Ekspress entah kapan nyampe rumah, tapi kalau menggunakan kereta Ekonomi bisa udah sampe rumah paling telat 17.15....mmh...masih bisa ashar di rumah.

Lalu aku buru-buru ke loket untuk menukarkan tiket bisnis dengan tiket kereta ekonomi, lumayan dapat kembalian Rp. 7.500,-. Lalu dengan bergegas aku berlari ke peron dua menunggu kereta ekonomi.

Begitu kereta berhenti...oww...baunya, bau 7 rupa, macem-macem. Bau keringat asem, bau parfum, bau makanan, bau buah-buahan, bau kentut, bau borok, dan bau-bau lainnya menyatu menyesakan hidung, mual sedikit tapi aku tahan.

Sebenarnya penumpangnya tidak terlalu penuh, yang membuat kelihatan sesak adalah banyaknya "rakyat kecil" yang mencari nafkah. Mulai dari pengamen datang silih berganti, ada yang berambut gondrong dengan lagu rock, ada anak muda dengan lagu pop terbaru, ada yang menggunalkan karaoke, dll. Suara pengang melebihi suara kereta...ditambah lagi dengan suara anak jalanan merangkap pengemis dan tukang jualan asongan, buah-buahan, jepit, sisir, tahu, permen, atau yang sekedar nganter temennya. Aku enggak tahu bagaimana caranya pak Konektur menagih karcis mereka ya ? Pengemispun ada dari berbagai usia dan berbagai gaya, anak kecil dengan gaya memelas sambil menyapu, ada yang kakinya kurang sempurna dengan accesories besi yang mengerikan, mengemis sambil bernyanyi, dan lain-lain.
Ya Allah, mereka adalah pemilik negeri ini, mereka adalah generasi masa depan bangsa, mereka bukan tidak mungkin juga merupakan tulang punggung keluarga....kira-kira prospek apa ya yang mereka pikirkan untuk kehidupan dimasa mendatang ? Apakah mereka sekolah ? Apakah mereka mempunyai rumah ? Apakah mereka sempet sholat ? Apakah mereka......tiba-tiba bletak, bletok bunyi batu menimpa kaca dan badan kereta...spontan seluruh penjual dan penumpang harap-harap cemas...ada yang ngajak tiarap, ada yang mojok, semua yang berdiri duduk takut kena batu....rupanya kadang-kadang ada orang iseng yang nimpukin kereta atau karena ada orang tawuran...kubu yang satu udah diluar kereta nimpukin dan kubui satu lagi di dalam kereta....entah akan ada kejadian apalagi didepan. Yamg jelas, tiba2 ibu disebelah bilang bahwa kereta udah sampe Kranji. Saatnya aku turun. Dan...gak pernah ketemu Bapak kondektur.

(salam hangat dari kang sepyan)

Minggu, 20 Februari 2011

I Love TKI

Entah mau dari mana dulu aku harus memulai cerita ini, mengingat saking lamanya blog ini terbengkalai sedang dilain pihak topik ini rasanya sayang banget kalau sampai hanya aku simpan sendiri.


(salam hangat dari kang sepyan)