Sabtu, 21 Juli 2012

SUDIRMAN BERKILAU CINTA

Sejak diperlebarnya ruas pintu Tol Cikunir dan sudah hampir dua bulan ini belum selesai, menyebabkan waktu tempuh perjalanan pulang kantor dari Sudirman ke Bekasi menjadi dua kali lipat. Biasanya bisa ditempuh antara 45 menit sampai satu jam, sekarang rata-rata perlu waktu 1,5 jam, bahkan bisa lebih.  Macetnya selain jalur macet biasa antara Semanggi sampai Pancoran atau sampai Menara Saidah, akan ketemu macet lagi mulai pintu keluar tol Pondok Gede sampai dengan Cikunir. Jadi semakin tua di jalan neh, dan semakin me'lelah'kan.

Selasa sore aku coba pulang dengan cara lain. Mobil aku tinggal di parkiran kantor, kebetulan parkirannya cukup aman dan terlindung. Kembali menggunakan jasa Commuter Line. Berangkat dari kantor jam 16.50 dan udah nyampe rumah jam 18.00. Lumayan bisa dijadikan alternatif pengganti transportasi, walaupun sempat kejepit saking banyaknya penumpang waktu berada di Commuter Line jurusan Bogor untuk menempuh jarak antara statsiun Sudirman sampai Mangarai. Dari Mangarai naek Commuter Line jurusan Jakarta Kota ke Bekasi, lumayan lebih nyaman, bisa sambil membaca sekitar 30 halaman Supernova.

Rabu pagi berangkat ke kantor aku naek Commuter Line jam 05.45 dari statsiun Kranji, dengan catatan waktu sampai statsiun Sudirman lumayan cepat, hanya perlu waktu 35 menit, sudah termasuk transit di Mangarai. Jam 06.10 aku sudah sampe statsiun Sudirman di daerah Dukuh Atas.  Kalau naek boeing 640, maka akan sampe kantor paling lambat jam 06.20..... rasanya, lebih baik dmanfaatkan untuk olah raga saja, jalan pagi menusuri jalan Sudirman antara Dukuh Atas sampai Benhil.

Ternyata tata kota Jakarta, khususnya jalan Sudirman telah dipersiapkan dengan baik.  Lebar jalan untuk pejalan kaki tersedia cukup sekitar 2 sampai 3 meter, dan trotoar jalan tersebut ditutupi kramik warna coklat kemerahan berkuran 60 x 60 cm, diselingi kramik ukuran lebih kecil dengan warna lebih tua.  Dan kramik-kramik tersebut cukup bersih, kelihatan dirawat dengan telaten dan periodik.  Dalam jarak yang cukup ditanami pohon-pohon peneduh, dengan daun yang rimbun setinggi lebih kurang dua setengah meter sampai 3 meter.  Sehingga daun-daun tersebut cukup dekat dengan kepala pejalan kali, tetapi tidak menghalangi orang berjalan.

Kendaraan yang berseliweran di Jalan Sudirman yang terdiri dari 4 jalur dengan lebar 50 meter lebih, masih sangat lancar, serasa melihat kondisi Sudirman 30 tahun lalu.  Udara pagi yang cerah serta rimbunnya pepohonan, sangat mendukung kegiatan olah raga pagi.  Namun sayangnya, aku lihat sangat sedikit orang yang berjalan kaki.  Lebih banyak yang memanfaatkan jasa Kopaja seperti Boeing 640, P.19, atau P.15.  Padahal jarak tempuh Dukuh Atas - Benhil, cocok untuk digunakan alternatif olah raga pagi, memerlukan waktu 20 menit jalan cepat atau 30 menit jalan santai.  Terus terang pikiran kita telah terkooptasi dengan macetnya Sudirman, sehingga lebar jalan dan rimbunnya jalan untuk pejalan kaki, menjadi sudut sudirman yang terlupakan.

Melewati pertigaan Setiabudi di depan Chase Plaza tampak ada motor parkir, pengendara motor laki-laki masih menggunakan helm, dan disebelahnya berdiri perempuan menggunakan jaket kedodoran serta rambut masih agak awut-awutan bekas tertarik helm, menjingjing helm.  Tadinya aku pikir mereka adalah pasangan antara tukang ojek dan penumpang.  Tapi setelah diperhatikan.......kok tangan yang wanita nempel terus di tangan pria.  Bertumpuk di atas stang kiri sepeda motor.  Kaki sang wanita, mundur maju....seperti mau pergi, tapi berat berpisah dengan pria bermotor tersebut.  Matanya tak lepas memandang wajah di balik helm, dengan badan sedikit membungkuk agar kepala mereka bisa sejajar.  Wajahnya ceria, tampak dari tarikan garis tegas di atas bibir si wanita, serta tampak dari lubernya hormon estrogen menyirat diseluruh permukaan kulit mukanya.  Kalo dilihat dari bentuk muka, warna kulit, dan potongan badan si wanita, aku perkirakan profesi si wanita adalah sebagai salah satu OB di gedung tinggi depan mereka, atau mungkin juga menjadi penjaga parkir, penjaga kantin, dan sejenisnya.

Dua ratus langkah di depan mereka, ternyata ada lagi satu pasangan, dengan posisi yang hampir sama.  Si laki-laki duduk di sepeda motor bedanya helmnya sudah dibuka, berusia sekitar 25 tahun lebih, dengan perawakan kurus, dan rambut kriting dipotong agak pendek. Sedang si wanita memakai kerudung hitam panjang, dengn bentuk badan agak besar, dan berjaket dengan usia sekitar 25 tahun juga.  Kira-kira profesi mereka hampir sama dengan profesi pasangan sebelumnya. Mungkin mereka masuk kerja sekitar jam 6.30 atau paling telat jam 6.45, sehingga harus berangkat pagi-pagi di antar pasangannya.  Mata keduanya bertemu, lekat, lalu diraihnya tangan si wanita dan punggung jari-jari tangan tersebut digenggam erat, ditarik dan dikecup.  Si Wanita repleks menunduk mencium kening sang lelaki. Tempelan punggung tangan dengan mulut dan kening dengan mulut berlangsung cukup lama, karena waktu aku pura-pura melihat sesuatu ke belakang, ternyata mereka masih nempel.

Aku tidak menangkap adanya gerakan erotik ataupun gejolak birahi dari kegiatan kedua pasangan pinggir jalan tersebut.  Yang aku lihat hanyalah gelimang cahaya cinta yang terpancar dari tubuh mereka, dan dari tatapan-tatapan mereka. Ternyata ada sudut lain di Sudirman pagi hari, ada kemilau cinta disana.  Mudah-mudaham mereka merupakan pasangan yang resmi, dan mudah-mudahan mereka diberikan buah cinta yang dapat menjadi pemimpin masa depan Indonesia.

Aku teringat cerita Pak Sigit waktu baru pulang sekolah dari Amerika, bahwa disana di jalanan banyak orang berciman,..... hehehe ......terus terang waktu aku ngiri pingin lihat, kayanya asyk dong bisa nonton film biru langsung, gratis lagi.  Tapi dengankejadian pinggir Sudirman tadi..... kalau motifnya pasangan ciuman di jalanan di Amerika tersebut sama ? yang enggak seru dong.

Ternyata cinta dan kebahagiaan itu bukan ditentukan oleh kaya atau miskin bukan ditentukan oleh jabatan, bukan ditentukan oleh kendaraan yang digunakan, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, bahkan tidak terkendala oleh umur.  Jadi nikmatilah cinta mulai dari sekarang, jadikan cinta kepada pasangan yang sekarang sebagai cinta yang paling ideal.  Tidak perlu nunggu kaya dulu, nunggu jabatan naek dulu, nunggu mobil baru dulu, nunggu rumah jadi dulu, nunggu kulit putih terlebih dahulu, atau nunggu keadaan ideal dahulu.  Karena bukan keadaan ideal yang membentuk cinta ideal, tetapi niat, ketulusan, dan rasa syukurlah yang akan membemtuk cinta ideal.

Karena, belum tentu Presiden Direktur di gedung tinggi tempat OB tadi bekerja, memiliki pasangan yang mencintai seperti pasangan OB tadi pagi.  Belum tentu pasangan yang berada di mobil mewah yang melintas gagah di jalur cepat jalan Sudirman, memiliki kekuatan cinta sekemilau pasangan OB di pinggir jalan.......jadi.....seberapa kemilau cinta pasangan Anda ?


(salam hangat dari kang sepyan)

Minggu, 15 Juli 2012

GORONTALO.....HOLONDALO

Setelah 20 tahun lebih kerja di perusahaan yang memiliki 8.000 kantor yang tersebar hampir diseluruh kecamatan di Indonesia, ternyata masih terdapat beberapa kota yang belum sempat aku singgahi. Padahal rasanya hampir tiap minggu aku pergi keluar kota untuk mengunjungi kantor-kantor tersebut.  Kalau dihitung-hitung setiap minggu lebih dari 2 jam terbang, sehingga setiap tahun bisa mencapai 100 jam, jadi dalam sepuluh tahun saja sudah bisa dipasang wing penerbang karena sudah lebih dari 1.000 jam terbang.  Jangankan seluruh kota di Indonesia, bahkan ibukota propinsipun ada yang belum pernah aku datangi, diantaranya Gorontalo. Indonesia memang luas.

Ketika ada undangan dari Hipmikindo untuk memberikan seminar di Gorontalo hari Kamis sore, serta bertepatan dengan acara Yayasan Baitul Mal dimana aku menjadi Pengurusnya telah menetapkan akan melakukan bakti sosial sunatan masal dan pengobatan gratis di Gorontalo  hari Sabtu pagi,  maka sekalian dibuat juga acara kunjungan ke kantor cabang disana untuk mengisi kegiatan hari Jumat. Berangkatlah aku ke Gorontalo dengan tiga agenda tersebut, serta agenda pribadi ingin melihat seperti apa kota Gorontalo yang telah melahirkan manusia pintar Indonesia pak Habibie, melahirkan sastrawan terkenal pak H.B. Yasin, serta membesarkan pengusaha terkenal pak Fadel.

Ketika aku memesan tiket perjalanan, aku kaget karena harga tiket ekonomi untuk perjalanan pulang pergi Jakarta Gorontalo hampir sama dengan harga tiket Jakarta Hongkong pulang pergi, mencapai hampir 5 juta. Penjual tiket menjelaskan bahwa harga tersebut karena musim libur, semua penerbangan penuh. Memang begitulah prilaku maskapai penerbangan Indonesia, masih menggunakan manajemen aji mumpung, yang menurutku merupakan salah satu aliran sesat manajemen.

Perjalanan Jakarta Gorontalo memerlukan waktu sekitar 4,5 jam termasuk transit di Makasar. Perjalanan udaranya sendiri paling sekitar 3,5 jam yaitu 2 jam 15 menit untuk penerbangan Jakarta Makasar dan 1 jam 15 menit untuk penerbangan Makasar Gorontalo. Transit di Makasar sekitar 1 jam.

Bandara Jalaludin terletak sekitar 30 kilometer dari Gorontalo, berada di wilayah Kabupaten Gorontalo. Bandaranya masih kecil, seperti bandara udara di Indonesia timur pada umumnya. Batas antara terminal kedatangan dan pemberangkatan hanya berjarak beberapa meter saja. Baru saja turun hujan, sehingga masih tampak awan tipis menghiasi udara Limboto. Penjemputku pak Suroto dan pak John bilang bahwa cukup baik perjalanan bisa tepat waktu, artinya awan bersahabat sehingga pesawat tidak perlu muter-muter dulu di udara sebelum turun. Karena sebagaimana halnya Manado, curah hujan di Gorontalo juga cukup tinggi yang menyebabkan banyak awan di udara, sehingga kadang-kadang cukup menguji mental penumpang pesawat untuk turun menembus awan.

Sepanjang perjalanan 30 kilometer dari bandara ke Gorontalo memerlukan waktu tempuh 45 menit melewati Limboto sebagai ibu kota kabupaten Gorontalo.  Kota Gorontalo sendiri merupakan kotamadya yang juga dijadikan sebagai ibu kota propinsi.  Rentang 30 kilometer tersebut, tidak ditemukan ada hutan, semuanya tersambung dengan rumah-rumah. Tidak seperti kondisi di Indonesia bagian timur pada umumnya yang jarak antar kampung cukup jauh. Disini kampung-kampung tersebut sambung-menyambung, menunjukkan bahwa cukup banyak penduduknya serta terdapat kegiatan ekonomi yang baik yang dapat mencukupi kebutuhan mereka.

Lima belas kilometer dari bandara, tepat di jantung kota Limboto, pak John memberitahu "itu monasnya Limboto pak ?" sambil tangannya mengarah kedepan.  Aku mencari-cari apakah gerangan yang disebut monas di Limboto. Ternyata berupa bangunan sepert menara mesjid berada di atas jalan utama Limboto. Jadi dua buah tiang disisi kiri jalan dan dua tiang lainnya di sisi kanan jalan. "Monas" tersebut terdiri dari 4 lantai. Lantai pertama cukup luas sehingga biasa digunakan sebagai ruang pertemuan. Sampai dengan lantai dua disediakan lift untuk mencapainya, dan dilantai dua tersebut ada teras tempat pengunjung dapat melihat pemandangan. Sedangkan lantai tiga dan empat harus dicapai dengan menggunakan tangga. Sewaktu pulang, Pak Anton sopir yang mengantar saya menyampaikan bahwa dari lantai empat tersebut pernah beberapa kali digunakan sebagai ajang bunuh diri......hehehehe.....ada-ada saja. Hal tersebut terjadi karena walaupun di pagar, tetapi pagarnya jarang-jarang sehingga orang bisa masuk.

Ternyata selain "Monas" di Limboto, waktu aku keesokan harinya lari pagi sambil melihat-lihat kehidupan masyarakat Gorontalo, aku dikejutkan dengan arah penunjuk jalan yang menunjukkan "Bundaran HI". Wah rupanya segala yang berbau Jakarta ada disini ? Aku penasaran untuk untuk menyusuri jalan tersebut dan sampailah di Bundaran HI berupa perempatan jalan yang ditengah-tengahnya terdapat taman berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 6 meter, dan terdapat patung dua orang manusia. Ketika aku tanyakan pada pak Anton ketika perjalanan pulang tentang hal tersebut, dijelaskan bahwa itu singkatannya bukan Hotel Indonesia tetapi bundaran Holondalo Indah.  Jadi orang Gorontalo itu menyebut Gorontalo adalah Holondalo. Nah loh, khan hanya kebetulan saja.

Makanan khas Gorontalo hampir sama dengan Manado yaitu ikan laut. Dengan kekayaan laut yang luas, berada di sisi utara dan sisi selatan, "Ikan-ikan yang di jual di Gorontalo rata-rata baru mati sekali. Yaitu ditangkap malam hari, dan siang hari sudah dapat dinikmati di meja makan. Tidak seperti ditempat lain atau di Jawa, biasanya ikan yang kita makan telah mati berkali-kali" dengan semangat pak Guntoro, rekan saya yang bertugas menjadi pimpinan di Gorontalo mempromosikan.

Kebetulan sekali aku datang pada saat "bulan mati" yaitu awal bulan dimana cahaya bulan tidak keluar dimalam hari, serta di bulan Juli. Saat banyak-banyaknya dapat di tangkap "ikan Nike". Ikan tersebut hidup di muara, kecil-kecil seukuran anak ikan dengan panjang 3 - 4 centi saja sebesar lidi atau berdiameter kira-kita 2 milimeter. Berbagai masakan ikan nike dapat aku nikmati seperti dibuat seperti bakwan yang renyah, dimasak woku sampai pedas menusuk hati, atau dipepes. Pokoknya ikan nike "maknyosssss".  Jadi kalau mau ke Gorontalo pilihlah saat bulan mati, karena kala saat bulan Purnama tidak ada yang jual.  Untuk memastikan ada ikan Nike, maka sebelumnya rumah makan tersebut harus di telepon, dari pada kecewa, sudah sengaja datang kesana ternyata persediaan tidak tersedia.  Tapi hati-hati jangan terlalu banyak makan ikan nike, karena 'konon' kandungan timahnya cukup tinggi.  Mengingat ikan tersebut hidup di sungai, sedangkan sungainya banyak mengandung limbah penambangan emas liar yang dilakukan oleh penduduk dan pengusaha lokal di hulu sungai.

Alat transportasi yang paling banyak digunakan, selain kendaraan pribadi dan bis kecil, banyak berseliweran "ojek" atau "becak" ? Ojek bukan katena hanya bagian belakangnya yang seperti motor, becak juga bukan karena hanya baian depannya yang seperti brcak....jadi masyarakat menyebutnya "bentor" kepanjangan dari becak motor. Kalau seperti di daerah Sumatera becak seperti itu ditempelkan di sebelah kanan motor besar, sehingga roda becak ditarik oleh roda belakang motor, dan penumpang berada sejajar dengan pengemudi becak. Nah di Gorontalo bentuknya sama dengan becak, yaitu tempat penumpang ada di bagian depan.  Roda depan sepeda motor disulap dengan tambahan untuk penumpang, dan pengemudi ada di bagian belakang dengan tetap menggunakan stang motor, serta dibelakang pengemudi masih diperkenankan naik satu penumpang lagi.  Aku membayangkan bagaimana beratnya mengemudikan bentor ini, apalagi bila ada dua ata tiga penumpang di depan.  Ternyata pengemudi harus membelokan beca tersebut disamping dengan stang motor, juga dibant dengan injakan kaki ke bagian belakang badan becak.

Menurut pengalaman pak Anton, untuk melakukan modifikasi dari sepeda motor menjadi bentor diperlukan biaya sekitar 2 juta. Yaitu untuk beli bagian depan berbentuk becak dengan tempat duduk untuk dua orang, termasuk lampu-lampu hias, atap, dan kaca depan terbuat dari mika untuk melindungi penumpang kalau hari hujan. Kalau hari tidak hujan pelindung tersebut diposisikan di atas kursi penumpang, di bawah atap bentor.  Satu bentor dengan jam kerja mulai jam 7 pagi sampai jam 9 malam harus menyetor sebanyak Rp. 22.500,- sehari.  Rp 20.000 untuk pemilik bentor dan Rp 2.500 dijadikan sebagai tabungan pengojek....bukan pengojek kali ya, tapi abang bentor atau pembentor.  SIM yang diperlukan untuk pengemudi bentor tetap Sim C. Dan plat nomor motor juga tetap hitam putih seperti biasa....cingcai saja membantu usaha kecil dan membantu mobilitas masyarakat.

Pak Anton bercerita bahwa sebelumnya dia memiliki 3 bentor, tetapi sekarang tinggal satu bentor yang dikemudikan oleh adiknya sendiri. "Kalau sopirnya orang lain, suka tidak jujur pak" jelasnya. "Dia tidak setor dalam beberapa hari dengan alasan anaknya sakit, eh...ketika saya datangi rumahnya ternyata anaknya sehat. Orang kecil kadang suka begitu, padahal kami sendiri sama-sama orang kecil". Pak Anton menambahkan cerita tentang usaha sambilannya selain menjadi sopir di kantor, yang kurang berkembang.

Rasanya waktu dua hari dua malam dengan tiga agenda kegiatan yang cukup padat, menyebabkan waktu berjalan begitu cepat. Belum puas rasanya memandang pantai diantara dua celah gunung pelabuhan Gorontalo.  Begitu jelas dari arah jendela kamarku ditingkat 4 hotel Maqna.  Gunung dengan pepohonan rimbun menghijau, namun ditengahnya ada laut lepas.....rasanya aneh, karena biasanya laut itu berjauhan dengan gunung. Namun di Gorontalo, gunung dan laut menjadi sahabat dekat, dan semuanya memanjakan mata, memberikan kedamaian.

Gorontalo.....mudah-mudahan kain krawangmu yang sekarang ada menggembung didalam tasku, bisa menjadi pengobat rindu.

Gorontalo - Jakarta, 14 Juli 2012.

(salam hangat dari kang sepyan)

CALON PEMIMPIN MASA DEPAN

Selamat datang, Calon Pemimpin Masa Depan di MAN IC Serpong. Tulisan besar-besar tersebut terpampang di layar besar yang dipajang di depan aula pertemuan, tempat aku, istriku, serta Viki anakku bersama 120 siswa baru Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendikia Serpong dan keluarganya yang mengantar berkumpul dalam rangka serah terima calon siswa kepada pihak sekolah. Mulai hari ini ke-120  anak tersebut akan menjadi penghuni asrama bersama 240 siswa lainnya yang telah lebih dahulu masuk dan sekarang telah menjadi siswa kelas X I dan XII.

Kata-kata do'a, harapan, dan penyemangat "CALON PEMIMPIN MASA DEPAN" tersebut terus disampaikan berulang-ulang disamoaikan oleh pembawa acara maupun pembicara lainnya, membahana di ruangan aula yang menampung 300-an kursi. Ruangan berbentuk segi empat ukuran 20 x 20 meter dengan atap kerucut tanpa langit-langit, kecuali dibagian tengah terdapat langit-langit ukuran 5 x 5 meter. Membuat ruangan aula terasa lega, karena walaupun tanpa pendingin udara, hanya mengandalkan beberapa kipas angin, dengan ketinggian atap tersebut membuat sirkulasi bebas bergerak mengangkut awan panas dari napas tiga ratus manusia dibawah berganti dengan udara lainnya yang turun dari atas.

Dipanggung depan berjejer pengurus MAN yaitu pak Suwardi kepala MAN mengenakan baju abu-abu dengan dasi senada dan jas yang juga berwarna abu-abu, rupanya beliau penyuka warna itu.  Yang paling menonjol dari pak Suwardi adalah kumisnya yang tebal dan panjang hampir 5 centi. Bapaknya Hanif salah satu orang tua murid asal Semarang, kebetulan saat pendaftaran dua minggu sebelumnya pernah ketemu dan bertukar nomor HP, sempat SMS memberitahukan posisi dia di aula katanya dibaris keenam dari depan tepat depan pak Kumis. Didampingi lima wakil kepala yaitu pak Agung yang ganteng wakil bidang Humas dan SDM, bu Persahini Sidik satu-satunya perempuan wakil bidang kurikulum, pak Imam yang paling muda karena merupakan wakil bidang kesiswaan serta pembina OSIS, ustadz Fakhruroji menggunakan batik dan bersongkok sama dengan pak Suwardi, beliau adalah yang memimpin bidang keagamaan siswa, dan paling pinggir pak Krisjuli wakil kepala bidang sarana dan prasarana.

Dengan suara lantang, tegas, namun kebapa-an, Pak Suwardi bertekad menjadikan seluruh siswa MAN IC seperti pendirinya yaitu pak Habibie kalau bisa melampaui prestasinya. Berotak Jerman namun berhati Mekkah.  Namun demikian dalam menyiapkan calon pemimpin bangsa masa mendatang, tidak bisa hanya diserahkan pada sekolah, do'a dari orang tua adalah hal paling penting. Untuk menyemangati anak-anak yang baru akan mulai masuk pondok pak Suwardi menyampaikan bahwa madrasahku adalah sorgaku, disini tempat paling nyaman di dunia ini. Mengalir sungai, banyak bidadari artinya banyak hal-hal yang menyenangkan seperti guru-gurunya, fasilitasnya, kegiatan-kegiatannya , dll.  Ditempat ini mulai akan dibiasakan sholat fardu berjamaah, sholat sunah tahajud, puasa sunah senin dan kamis, sebagaimana yang juga dilakukan oleh tokoh-tokoh dunia, kesuksesannya bukan hanya karena otak tapi karena ketaqwaannya, dan selalu patuh sama orang tua.

Data statistik lulusan MAN IC mayoritas ada di tiga Universitas yaitu di ITB sekitar 33%, UGM sekitar 19% dan UI sekitar 15%. Yang lainnya tersebar di perguruan tinggi negeri lain, karena sekitar 90% lulus SNMPTN.  Sekitar 5% lulusannya meneruskan ke Luar Negeri yaitu ke Jepang, Malayasia, Jerman, dll. Prestasi tersebut didapat bukan hanya dengan berpangku tangan, tetapi berkat kerja keras semuanya mempersiapkan diri agar lulus SNMPTN mulai menginjakan kaki di kelas XII.

Pak Suwardi menekankan bahwa Asrama itu bukan tempat kos, karena asrama berfungsi juga sebagai tempat belajar. Proses  belajar di MAN IC dilakukan di tiga tempat yaitu di kelas, di mesjid, dan di asrama. Pada Malam hari belajar di asrama didampingi oleh guru, sebagai pengganti orang tua.
Penguatan dua bahasa asing dilakukan yaitu penguatan bahasa inggris untuk bekal menaklukan ilmu umum, dan penguatan bahasa arab untuk bekal mempelajari ilmu agama.  Diberikan guru asuh untuk mendampingi, satu guru asuh untuk 8 siswa.  Untuk murid lelaki diasuh oleh guru asuh lelaki, sedangkan murid perempuan dengan guru asuh perempuan.

Kegiatan olah raga akan diperdalam sesuai olah raga Nabi Muhamad SaW yaitu berkuda, berenang, dan memanah.  Disamping itu ada kegiatan magang di perusahaan selama dua minggu untuk belajar mengenal dunia usaha.

Liburan untuk siswa diberikan dua minggu sekali secara bergiliran untuk siswa putra dan siswa putri.  Kunjungan orang tua dialokasikan setiap sabtu siang sampai dengan jam 9 malam, dan hari minggu mulai pagi sampai sore. Untuk keperluan komunikasi, para siswa dilarang membawa HP jadi disediakan tempat telepon umum, dan disetiap blok asrama disediakan HP.  Laptop boleh dibawa tapi disimpan atau dititipkan ditempat khusus dan tidak boleh dibawa ke asrama.  Fasilitas internet terkoneksi disemua tempat.

Pada dasarnya biaya pendidikan MAN IC ditanggung negara yaitu untuk buku pegangan siswa sebagai pinjaman, makan serta minum dan fasilitas tinggal diasrama, kegiatan pendidikan di asrama, konsumsi, kesehatan kecuali sakit berat, pendidikan di sekolah termasuk laboratorium IPA, Bahasa, fasilitas internet, perpustakaan on line, termasuk bahan seragam. Yang tidak  ditanggung negara adalah buku tulis, sepatu, obat-obatan yang tidak ada di poliklinik, ongkos jahit seragam, studi kolaburatif setahun sekali, bimbingan persiapan UN, SNMPTN, dan  seleksi perguruan tinggi di luar negeri, serta kegiatan OSIS.

Jam 11-an acara selesai dan para calon siswa disuruh berkumpul ditempat yang ditentukan membawa barang perbekalan yaitu tas berisi baju-baju dengan jumlah dan jenis yang telah diumumkan dalam WEB, bantal dan guling, peralatan pembersih antara lainsapu ijuk, sapu lidi, lap pel, ember dan gayung serta membawa satu bibit pohon buah-buahan. Jadilah aku berdua Viki beserta ratusan orang tua dan anak lainnya bulak-balik membawa barang bawaan tersebut dari tempat parkir yang jaraknya cukup jauh ke tempat dikumpulkan di salah satu ruangan kelas. Tetapi sampai di tempatnya berkumpul, kakak-kakak kelasnya membantu dan kami para orang tua dengan halus dilarang masuk, katanya biarkan mereka belajar mandiri mulai sekarang. Aku lihat dari kejauhan anakku disuruh menulis sesuatu dalam selembar kertas dengan spidol, lalu seorang demi seorang di foto dan disuruh masuk.

Walaupun sebenarnya para orang tua masih memilki kegiatan yaitu pertemuan orang tua di Aula yang tadi, namun sebagian besar diantaranya masih tetap merubung diluar memperhatikan apa yang dilakukan mereka terhadap anak-anaknya. Seakan-akan kami para orang tua masih belum percaya dan masih berat melepas mereka.

Untuk menuntaskan rasa kepenasaran para orang tua, tampilah dua orag siswa bernama Retas Aqobah dan Iqbal Maulana menjelaskan dengan piawai bahwa anak-anak siswa baru di dalam ruangan kelas itu sedang mengantri diukur baju dan diperiksa barang-barang bawaannya. karena tidak semua barang bisa dibawa masuk asrama. Selanjutnya Retas menjelaskan bahwa setelah pemeriksaan selesai, nanti akan sholat duhur berjamaah dan dilanjutkan makan siang. seteah it seluruh siswa dikumpulkan dilapangan, dan diberikan kesempatan untuk pamitan dengan keluarganya. Dan meminta agar para orang tua murid dapat berkumpul di Aula untuk mendiskusikan kegiatan Komite Sekolah.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, kami kembali ke Aula dan rupanya sedang berlangsung kegiatan tanya jawab antara orang tua murid dengan Pengurus Komite Sekolah dan Ibu Wakil Kepala. Banyak pertanyaan mulai dari pertanyaan serius seperti bagaimana kegiatan untuk menghafal al-quran di asrama, bagaimana agar mutu sekolah tidak merosot, apakah dengan dibiayai negara tidak menurunkan mutu pendidikan, apakah ada korupsi mengingat MAN IC ada di bawah naungan Departenen Agama yang bahkan kegiatan pencetakan al-Quran saja dikorupsi. Serta pertanyaan-pertanyaan lain seperti ungkapan betapa sulitnya mencari alamat IC karena tidak ada tukang ojeg yang mengerti, tidak ada petunjuk arah, sampai ke pertanyaan bagaimana kalau sakit, bagaimana mengirimkan uang, bagaimana mengirim makanan, dll.

Acara diakhiri sebelum sholat Duhur dan Komite meminta kesediaan beberapa wakil orang tua murid untuk duduk di Komite. Dengan niat untuk mengabdi untuk kebaikan, aku mengangkat tangan dan ketika diberi mic aku katakan bahwa andaikata diperlukan walaupun lokasiku agak jauh yaitu di Bekasi dengan jarak sekitar 60 kilometer aku bersedia jadi pengurus Komite Sekolah. Ada dua orang lainnya yang menyatakan kesediaan yaitu serang ibu-ibu yang sama juga tinggal di Bekasi dan seorang Bapak berbaju merah menyatakan hal yang sama. Ibu Persahini meminta nomor HP kami bertiga dan dikatakan bahwa menjelang bulan Ramadhan ini tekah banyak agenda kegiatan yang harus dikerjakan......hehehe....mudah-mudahan kesempatannya ada.

Aku berbisik sama istriku, kalau aku ternyata sibuk, maka nanti dia saja yang aktif jadi pengurus Komite. Dengan sedikit terpaksa istriku mengiyakan juga, tapi syaratnya aku harus mencba dulu.....ya....deal.

Ketika siang hari anaku diberi kesempatan pamitan, istriku nanya sama Viki tentang kegiatan tadi dijawab bahwa persediaan atau bekal makanan termasuk susu katanya dititipkan dulu sama panitia, demikian juga uang tunai yang kami beri untuk pegangan sebesar Rp. 500 ribu diminta dititipkan sebagian, setiap siswa hanya boleh memegang uang Rp. 100 ribu.  Tadi makan siang sama ayam goreng, dan dengan sedikit protes Viki bilang potongan ayamnya kecil-kecil. Setiap anak diber piring yang banyak ruangannya, lalu disuruh mengambil nasi sesukanya sedangkan untuk lauk dan sayurannya diambilkan oleh petugas dapur.

Viki ditempakan di kamar 2301 yaitu di lantai tiga kamar kedua bersma tiga teman lainnya yaitu Muhamad Aunal, Muhamad Ridwan, dan Hafidz Rizaldi.  Dibawah asuhan Fathur kakak kelasnya....."Fathur........titip anakku ya, namanya Zulfika Muhamad nama panggilannya Viki",  "Siap om" kata Fathur.  Melihat gerak-geriknya, aku percaya sama dia.......Viki....dan anak-anakku semua.........Selamat Menempuh Hidup Baru.......jadilah Pemmpin Masa Depan.

Jakarta - Gorontalo,  12 Juli 2012

(salam hangat dari kang sepyan)