Kamis, 27 Juni 2013

H. MA'MUN "BINTANGNYA" BEKASI SELATAN

Rambut cepak usia 35-an, seragam hijau-hijau lengan pendek pas badan, tinggi semeter tujuh puluhan, dengan kumis tipis di atas bibir.  Sekilas seperti tentara yang baru selesai pendidikan, karena badannya masih cukup langsing.  Tapi kalau diperhatikan, tanda pangkat maupun warna bajunya agak berbeda.  Di dada kiri tertulis nama H. Ma'mun  Entah apa jabatan dia di kantor kecamatan Bekasi Selatan.  Huruf H diawal apakah singkatan dari haji atau bukan juga, aku enggak tahu.  Yang jelas tugasnya adalah berdiri di depan pintu pendaftaran e-KTP.  Sekali-sekali memanggil nama penduduk yang akan di foto.  Yang sedang berjejer-jejer di kursi cheetos warna hitam.  Dan sebagian bekerumun di depan pintu.  Aku berada di antara mereka, sekitar 50-an penduduk yang ngantri untuk membuat e-KTP.

Jam sudah menunjukan pukul 11.30, ketika aku datang ke kerumunan tersebut.  Aku ingat ini adalah kali kedua aku meminta ijin ke bos-ku untuk meninggalkan kantor demi mensukseskan program pak Gamawan Fauzi.  Dengan kesibukan kantor yang cukup tinggi, sulit sekali rasanya mencari celah waktu jam kerja produktif, sehingga izin untuk foto e-KTP selalu ditunda-tunda.  Sedangkan kebijakan kantor kecamatan hanya mau melayani pada jam kerja.  Khan sabtu dan minggu kami juga perlu libur !

Dengan modal selembar foto copy Kartu Keluarga, aku coba menerobos kerumunan mendekati pak Ma'mun.  "Sudah tutup pak, besok lagi saja kami buka mulai jam 9" belum sempat aku berfikir pak Ma'mun menambahkan terornya "kemarin saja yang pendaftarannya kita tutup jam 10 pagi, baru dapat diselesaikan jam 3 sore, itupun antara jam 12 sampai jam satu kami tidak istirahat".  Dengan pertimbangan sulitnya nyari waktu lain, aku mencoba memelas "Pak, tolong saya pak, saya akan sulit mencari waktu yang lain.  Apalagi hari ini khan hari kedua terakhir sebelum penutupan dibukanya kesempatan  foto e-KTP bulan Juni". "Gak mungkin khan aku harus minta izin lagi besok ?" demikian aku menambahkan alasan.


"Kalau pendaftaran tidak saya tutup, maka kantor ini tidak akan tutup-tutup pak" demikian pukulan telak pak Makmun, serasa menohok ulu hatku.  Walaupun begitu, aku tetap ada di depan pintu, sambil mataku melihat ke sekeliling.  Bentuk ruangan yang pintunya dijaga tersebut seperti rumah si Doel yaitu ada ruangan depan, lalu ada pintu lagi dan di balik pintu ada ruangan lain yang lebih panjang.  Di ruangan depan kelihatan ada seorang petugas di hadapan komputer dan alat foto. Orangnya agak kucel, menggunakan kaos pudar ditutup batik merah tangan pendek yang tidak kalah dekil, dan rambutnya tidak tersisir rapi.  Kelihatannya dia itu petugas dari perusahaan rekanan kecamatan untuk proyek ini.  Karena dandanannya berbeda.  Di ruangan dalam ada beberapa meja yang diisi oleh pegawai kecamatan.


Aku menaruh harapan kepada ibu-ibu petugas yang duduk di ruangan dalam paling depan, karena dia nampak memperhatikan aku.  Jadi dengan sisa harapan terakhir aku memohon ke pak Ma'mun dengan suara agak keras biar kedenger sama si ibu yang di dalam "Pak, didalam foto copy Kartu Keluarga ini, ada tulisan Bapak nih 'foto gagal'.  Dulu waktu bulan April saya kesini mau di foto, tetapi kantor ini tutup juga dengan alasan jaringan rusak.  Jadi cuma di cek saja kertasnya, dan Pak Ma'mun nulis ini".   Sambil bicara, mataku sekali-kali melirik sama si ibu di dalam, dan rupanya diapun masih memperhatikan pembicaraan antara aku dan pak Ma'mun.  Pak Ma'mun tetap terdiam, bahkan matanya pura-pura tidak melihat.


Pancinganku rupanya mengenai sasaran juga.  Si ibu di dalam berkata, "ada berapa banyak orang lagi sih yang nunggu di luar ? sudah pak tumpukin saja di sana foto copy KK-nya, tapi sabar menunggu ya". Hehehe, dengan sedikit sunggingan kemenangan aku kasihkan foto copy KK ke pak Ma'mun, dan tanpa berkata sepatahpun, dia terima kartu tersebut ditumpuk di tempat teratas dari tumpukan kertas yang antri foto.  Dengan harapan, mudah-mudahan pada saatnya aku dipanggil foto juga.  Walaupun harus menunggu sampai jam tiga.  Aku tidak mau gagal, menjadi warga negara seutuhnya yang memiliki e-KTP.


Jaman awal-awal pembuatan e-KTP pertengahan tahun 2012, aku tidak sempat ikut ngantri foto, karena sekalinya datang ke kecamatan pagi-pagi orang sudah membludak.  Melihat begitu jadi males deh.  Akhirnya datang juga kesempatan di foto, ketika pak RW mengumumkan ada acara pembuatan e-KTP di kelurahan Kayuringin Jaya. Aku sempat di foto disana.  Namun sayangnya, setelah yang lain apat KTP, termasuk istriku yang di foto di kecamatan, aku tidak dapat, karena katanya "gagal".....kok bisa begitu ya ?  Jadi sebenarnya ini adalah kali ketiga aku ngurus KTP, dan tekadku harus berhasil.


Jam satu tengah hari, aku belum dipanggil juga.  Tinggal dua sebelas orang yang duduk di kursi.  Keringatku bercucuran deras, membasahi seluruh tubuh.  Muka aku pun udah basah oleh keringat....entah bagaimana nanti jadinya bentuk fotoku.  Udah sengaja menyisir dan berbedak sebelum berangkat, jadi kacau deh.  Aku sedikit was-was ketika pak Ma'mun mulai membagi-bagikan kembali foto copy KK dan member nomor urut pada sekitar 6 orang yang ada.  Tapi aku enggak di kasih.  Sekilas aku intip dia bawa-bawa copy KK aku, terlihat dari tulisan "gagal" di foto copy KK tersebut.  Tapi pak Ma'mun tidak manggil aku, rupanya dia mau "main-main" hehehe.......biarin aja deh, aku tunggu aja apa akhir permainan pak Ma'mun.  Aku jabanin aja sambil nulis, melupakan panas dan "mangkel".


Tambah siang, kok orang-orang pada nambah lagi......wah saingan makin banyak ini.....aku harus bersabar, bersabar, bersabar.  Oh.....e-KTP......andai ada alternatif lain.  Buat KTP di negeri jiran atau di negeri singa kali ???


Menjelang jam 2 tengah hari, kesabaranku makin habis.  Aku beresin ipadku, lalu aku melangkah dengan mantap mendekati pak Ma'mun.  Aku tepuk pundaknya dan menyapa agak tegas "Pak Ma'mun, saya belum dipanggil", diluar dugaan dia menjawab agak ramah "sebentar pak, nanti saya panggil".  Tidak lama kemudian dia membawa lima lembar kertas, dan aku dipanggil dengan nomor urut ketiga.  Alhamdulillah.

Tekan tangan kanan kiri, tekan dua jempol, tekan telunjuk kanan kiri, tanda tangan, lalu bergaya dengan latar belakang kain merah.  Selesai sudah perjuangan hari ini.  Konon hasilnya akan didapat tujuh bulan mendatang.

Selamat bertugas pak Ma'mun.


Jumat, 07 Juni 2013

INDEKS PAHALA

"Kang, coba deh dibiasakan setiap hari sedekah" dalam satu siang di perjalanan menuju basement untuk sholat dhuhur berjamaah, bosku yang aku anggap juga sebagai guruku menyampaikan.  "Insya Allah kita akan diberikan rezeki yang datangnya tidak diduga-duga dan selalu diberikan kemudahan atas setiap usaha yang sedang kita lakukan". Selanjutnya beliau menyampaikan contoh-contoh yang telah dialami dalam kehidupannya, dalam karir maupun bisnis di rumah. "Pokoknya usahakan setiap pagi sebelum berangkat bekerja sedekah, tidak usah besar-besar, sesuai kemampuan saja.  Tapi kalau sedekahnya kecil, ya hasilnya juga tentu akan kecil, hahaha", setengah bercanda beliau mengakhiri diskusi kecil siang tersebut.

Aku jadi teringat dalam kesempatan sebelumnya beliau pernah memberikan nasihat agar setiap malam sebaiknya melakukan sholat malam.  Juga memberikan contoh orang-orang yang kami kenal, yang aku lihat cukup disegani karena keberhasilan dalam membina rumah tangga maupun keberhasilan karir, yang katanya mereka selalu melakukan sholat malam.  "Jangan terlalu malam, tetapi menjelang pagi saja sekitar jam 4 kurang sholat malamnya, sehingga tidak perlu tidur lagi sampai subuh" demikian beliau memberi tips tambahan.

Setelah aku renungkan dan dirangkum dari berbagai pengalaman maupun sumber, ada 4 amalan penting yang sebaiknya dilakukan setiap hari sebelum mulai bekerja.  Yaitu (1) sholat malam, (2) sholat subuh berjamaah di mesjid, (3) sedekah, (4) sholat dhuha.  Insya Allah kalau keempat amalan tersebut dilakukan dengan konsisten, maka akan didapatkan ketenangan batin, kejernihan berfikir, yang pada akhirnya mengaktifkan soft kompetensi.  Dengan kompetensi tersebut akan membawa keberhasilan dunia, dan yang paling penting akan menambah catatan amal baik untuk mengimbangi kejahatan-kejahatan yang sulit sekali kita hindari.

Tapi pada kenyataannya, sangat sulit melakukan keempat amalan tersebut secara konsisten.  Apalagi di tengah kesibukan bekerja dengan jadwal yang sering berubah, serta mengharuskan banyak kegiatan bepergian ke luar kota.  Oleh karena itu aku coba mencatatnya setiap hari, yaitu kalau dilakukan masing-masing amalan tersebut mendapat skor 1, sedangkan kalau tidak dilakukan mendapat skor 0.  Misalnya seperti hari ini aku hanya mendapat skor dua yaitu hanya sholat malam dan sedekah.  Sholat duha dan subuh berjamaah tidak dapat dilakukan karena dalam perjalanan pagi-pagi berangkat jam 03.30 dari Kotacane menuju Medan ngejar pesawat.  Waktu berangkat belum masuk waktu subuh dan sepanjang perjalanan di Tanah karo tidak ada mesjid. Baru ketemu mesjid di Tiga Binanga kira-kira 3 jam perjalanan, atau sudah jam 6.30, jadinya terpaksa aku sholat subuh di mobil saja.  Sedangkan sholat duha ya tidak dilakukan juga....hehehe...ngejar pesawat....hehehe....selalu ada seribu alasan yang masuk akal untuk tidak mengerjakan.

Setiap hari nilai-nilai tersebut dikumpulkan, sampai akhir bulan.  Lalu dirata-ratakan dan anggap saja itu sebagai nilai Indeks Pahala Pagi.  Kalau nilainya di atas 3,5 sampai 4 maka predikatnya  "cum laude", kalau nilainya 3 sampai 3,5 berarti sangat memuaskan, kalau nilainya 2 sampai 3 ? ya....itu namanya pas-pasan.  Sedangkan kalau nilainya di bawah 2 berarti tidak lulus.  Harus dicari lagi kiat-kiat lain, agar dibulan depan nilainya dapat meningkat.  Sistim penilaian tersebut dalam tahap lanjutan dapat divariasikan dengan memasukan indeks kualitas.

Sholat malam, dilakukan minimal dua rakaat saja.  Kalau belum memasukan unsur kualitas maka sholat malam yang dilakukan jam 10 malam dua rakaat dengan sholat malam yang dilakukan jam 3 pagi delapan rakaat ditambah sholat witir tiga rokaat nilainya sama-sama 1.  Tapi bisa saja kita membuat indeks tambahan kualitas, yaitu melakukan grading misalnya kalau sekedar dikerjakan nilainya 0,25;  kalau waktunya sepertiga malam terakhir nilainya 0,50; kalau dilakukan 11 rakaat dengan witir nilainya 0,75; dan kalau dilakukan 11 rakaat di sepertiga malam baru nilainya bulat 1,0.

Sholat subuh berjamaah juga sama bisa dibuat grading dari yang terendah misalnya datang ke mesjid setelah qomat, sampai yang tertinggi yaitu datang ke mesjid sebelum adzan subuh ditambah sholat fajar dan berdzikir.  Siapa yang tidak tahu pahala subuh berjamaah di mesjid ? dalam suatu hadis dikatakan bahwa sholat subuh berjamaah di mesjid amalannya sama dengan sholat sepanjang malam.  Andai kita tebuka pikirannya, kalaupun datang kemesjid hanya bisa dilakukan dengan merangkak, maka kita akan merangkak ke mesjid untuk mengikuti sholat subuh berjamaah.

Berapa rupiah sih sedekah yang "pantas" kita lakukan ? Seharusnya jawabannya adalah sebesar-besarnya, karena kita pasti akan mendapatkan balasan yang berlipat-lipat.  Tapi kalau besar khan sulit mengeluarkannya ? Apalagi setiap hari ?  hati kecilku protes.  Oleh karena itu sebaiknya dibuat standar, misalnya dengan besaran yang sama dengan zakat mal yang biasa kita keluarkan.  Jadi kalau gaji kita sebesar 10 juta, maka untuk sedekah harian dicadangkan saja Rp. 250.000,- dibagi 30 atau 31 hari kira-kira sehari sedekah sebesar Rp. 10.000,- kalau hari sabtu dan minggu Rp. 5.000,- itungan amat ??? ya samakan saja setiap hari Rp. 10.000,-.  Kalau gajinya 20 juta maka sedekah perhari Rp. 20.000,-.  Kalau gajinya hanya lima juta ya cukup Rp. 5.000,- dan kalau UMR sekitar dua jutaan kira-kira sedekahnya Rp. 2.000 saja.  Insya Allah, tidak akan menjadi tambah miskin dengan sedekah dan tidak akan menjadi bertambah kaya dengan tidak mengeluarkan sedekah.  Untuk grading nilainya silahkan ditimbang-timbang dari besaran tersebut.

Sholat duha adalah sholat yang dapat dilakukan setelah terbit fajar, kalau di Jakarta umumnya dapat dilakukan mulai jam 06.30 sampai jam 10-an.  Sebaiknya tidak dilakukan dalam waktu kerja, karena akan mengganggu ritme kerja terutama yang bekerja secara team dan kerja di bidang pelayanan.  Mengganggu kenyamanan orang lain, misalnya ketika butuh kita....eh lagi sholat duha, terpaksa nunggu dulu.  Pasti mereka enggak berani menyalahkan. Siapa yang berani menyalahkan orang beribadah.  Tapi dalam hati kecilnya ngedumel.  Jadi sebaiknya lakukan sholat duha sebelum kerja.  Bila tidak mungkin sempat di rumah karena jarak rumah ke tempat kerja cukup jauh, maka usahakan datang 30 menit sebelum jam kerja.  Umumnya kantor bukan jam 7.30 atau jam 8.00, tiga puluh menit sebelumnya telah masuk waktu duha.  Untuk grading nilainya bisa berdasarkan jumlah rakaat.

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.  Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula" (Al-Zalzalah - 99 ; 7 - 8).

Firman Allah tidak pernah salah, tidak pernah bohong, memiliki kebenaran yang mutlak.  Semua amalan manusia yang baik maupun yang jahat akan tercatat dalam kitab, yang akan diserahkan dan harus dipertanggung-jawabkan pada saat hari pembalasan, yang waktunya pasti akan tiba.

Jadi berapa IP anda bulan ini ?

(serial NOW OR NEVER)


(salam hangat dari kang sepyan)

Selasa, 04 Juni 2013

UMRAH PERDANA

Akhirnya waktu keberangkatan  umrah kami tujuh kakak beradikpun tiba.  Empat kakakku ceu Aam, Ceu Yeyet, Ceu Iis, dan Ceu Yayat yang semuanya perempuan dan dua adik laki-laki yaitu Ence dan Dencu, sudah berkumpul di rumah pada malam keberangkatan.  Rencananya travel akan menjemput kami pagi-pagi.  Maklum berangkat hari Senin, jadi walaupun jadwal pesawat jam 11 siang, kami harus berangkat subuh untuk mengantisipasi macetnya jalan dari Bekasi ke Cengkareng, berebutan dengan ribuan kendaraan lain yang akan berangkat kerja di Jakarta.

Selesai makan malam aku tanya sama ceu Aam dan ceu Yeyet, pada bawa bekal berapa ? Ternyata  mereka bilang bawa bekal rupiah sekitar lima ratus ribuan dan bekal riyal sekitar dua ratus lima puluh riyal.  Mereka memiliki riyal pemberian dari Jajang adikku yang tidak ikut umrah, karena kebetulan dia baru pulang haji tahun kemaren dan masih memiliki sisa riyal.
"Khan semua biaya, untuk ongkos dan makan sudah ditanggung travel, ini persediaan buat beli kurma saja ?" alasan ceu Aam.  
Dengan sedikit bercanda aku bilang "namanya juga mau berangkat ke luar negeri, masa cuma bawa uang segitu".  
"Jadi perlu bawa uang berapa ?" ceu Yeyet bertanya. 
Aku teruskan candaanku, "ya, dibawalah sekitar lima sampai sepuluh juta, pakai rupiah saja. Nanti kalau perlu belanja di sana baru ditukar sesuai kebutuhan".  
Padahal sebenernya bawa uang segitu juga menurutku udah cukup (walau minimal) asal tidak berniat membelikan oleh-oleh untuk orang sekampung.

Rupanya candaanku itu dianggap sangat serius, sehingga malam-malam mereka minta diantar ke ATM untuk membawa uang tunai tambahan masing-masing lima juta.  Bahkan salah satu adikku (aku tidak sebutkan namanya deh) membawa seluruh saldo tabungannya, walaupun tetep masih kurang dari lima juta.  Hehehe, jadi enggak enak......kirain mereka cuma bawa tambahan sekitar satu sampai dua juta saja.

Pagi-pagi buta kami sudah siap dengan seragam batik hijau yang kainnya dikasih dari travel.  Kakak-kakakku tampak saling mengamati dan membanggakan desain yang dipakainya, karena walaupun kainnya sama, ternyata hasil akhirnya berbeda. Ada yang model tangannya besar, ada yang diberi variasi kain renda, bahkan ada juga yang dikombinasikan dengan tambahan kain hijau polos.  Demikian juga atribut lainnya sudah melekat, terutama ceu Yeyet tampak paling komplit.  Tas kuning berisi paspor, dan keperluan pribadi sudah dikalungkan di leher dan diikat ke badan, terus ditambah tanda pengenal dan lain-lain, pokoknya heboh banget.  Sedangkan kami yang laki-laki tidak seheboh kakak-kakak perempuan.

Setelah sarapan, sekitar jam 5.30 kami berangkat.  Bissmillahi amantu billah, tawakaltu alallah. Labbaika allahuma labbaika. Labbaika laasyarikalaka labbaika.  Innal hamda wani'matalaka walmulka.  Laa syarikalaka.

Sampai di Cengkareng sekitar jam 7.30 pagi dan sambil menunggu jamaah lain, travel telah menyediakan sarapan dengan membooking salah satu restoran yang ada di depan pintu masuk terminal D.  Dan kamipun sarapan untuk yang kedua kalinya, yaitu tadi pagi sehabis subuh sarapan di rumah, dan sekarang sarapan lagi. Harus persiapan stamina yang kuat, jadi makan banyak bolehlah untuk kali ini.  Lupakan diet. Sekitar jam 9 kami dibagi boarding pass dan paspor, serta disuruh masuk ke ruang tunggu.

Karena orang berjubel yang masuk, kami agak terpencar-pencar dalam antrian.  Ternyata ada kejadian heboh saat masuk ke Terminal 2.D.  Salah satu kakakku (ini juga aku rahasiahkan namanya), ngotot tidak mau melepaskan tas kecilnya untuk dimasukkan ke tempat X-ray.  Kebetulan diantara kami bertujuh, ada dua orang kakakku yang belum pernah naik pesawat, jadi umrah ini merupakan pengalaman pertama naik pesawat.  Terjadi perdebatan dan saling tarik antara petugas dan kakakku.  Petugas tetap meminta seluruh barang bawaan masuk X- ray dan kakakku tetap tidak mau.  Kakakku ketakutan melepaskan tas kecilnya karena berisi seluruh barang berharga yang dia punya, termasuk perhiasan, riyal dan uang tunai lima juta yang dibawa dari ATM tadi malam.  Untung kejadian tersebut dilihat oleh kakakku yang lainnya yang sudah biasa naik pesawat.  Setelah dijelaskan, akhirnya walaupun dengan penuh kewaspadaan, tas kecil tersebut mau juga dilepas masuk lorong X-ray.  Kasihan sekali dia, mukanya sampai pucat.  Kami lupa menjelaskan hal tersebut sebelumnya, karena tadinya kami pikir itu adalah hal yang biasa saja.

Setelah selesai pemeriksaan imigrasi kami duduk di ruang tunggu, menunggu panggilan boarding.  Karena mungkin pagi-pagi sudah makan dua kali, dan berangkat subuh-subuh belum sempat "menyetor" secara tuntas, maka harus dilakukan penuntasan "setoran" ke kamar mandi bandara.  Kembali terjadi kejadian heboh didalam kamar mandi.  Kakakku teriak-teriak di dalam kamar mandi karena tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan air.  Ketika masuk, karena "mendesak" alias "kebelet" tidak melakukan orientasi lapangan dulu.  Begitu ada lobang langsung sikat, setelah selesai baru bingung membereskannya. Kembali salah satu kakakku yang lain meng"guide" cara-cara menggunakan alat kamar mandi dari luar ruangan.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kejadian-kejadian tersebut banyak di alami oleh orang-orang yang berumrah dan berhaji, terutama yang dari kampung-kampung dimana mereka belum pernah punya pengalaman menggunakan peralatan modern dan belum pernah masuk bandara.  Seperti cara naik lift, naik eskalator, penggunaan shower, bath tube, pengaturan air panas dan dingin, menyalakan dan mengatur AC, menggunakan kunci berbentuk kartu, menggunakan toilet duduk, prosedur pemeriksaan x-ray, prosedur di imigrasi, mencari tempat duduk di pesawat, memasang sabuk pengaman, dan lain-lain.  Yang bisa saja menurut pendapat orang yang biasa bepergian hal tersebut sangat biasa, tetapi menurut sebagian orang merupakan hal yang luar biasa.  Dimana setiap kegiatan tersebut dilakukan, akan selalu memacu adrenalin dan membuat detak jantung meningkat.

Manasik perlu dilakukan bukan hanya tentang bagaimana pengerjaan rangkaian ibadah umrah dan haji, tetapi juga harus termasuk bagaimana prosedur masuk hotel, masuk bandara, masuk pesawat, masuk mal, dsb.  Jadi kemajuan yang didapat, bukan hanya tambahan amal ibadah, juga tambah menjadi manusia modern.....hehehe.....seperti kakakku.


(salam hangat dari kang sepyan)