Rasa dingin yang menggigit permukaan kulit
membuatku terbangun, kucoba memicingkan mata mengintip
sekeliling. Nampak bilah-bilah papan
kayu bercat coklat tua selebar 20 centi tersusun rapi, disangga dengan balok
kayu berukuran 15 x 15 dengan warna cat yang sama. Diluar terdengar bunyi air
bergemuruh.....otakku langsung mengolah kedua informasi tersebut yaitu udara
dingin dan bunyi air, pasti diluar hujan besar.
Perlahan kusingkirkan selimut dan aku bangun
untuk memastikan keadaan di luar, mengintip lewat jendela kaca yang berada
disebelah kanan tempat tidur.
Kusingkapkan gordeng warna kuning, diluar sudah gelap dan ketika aku
lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 18.57.
Aku baru teringat bahwa seharusnya jam 19.00 malam kami kumpul untuk
makan malam, berarti aku tinggal punya waktu 3 menit untuk sampai ke
restoran. Padahal letak restoran cukup
jauh dari kamarku, mungkin sekitar 400 meter.
"sebentar lagi masuk waktu isya" pikirku. Udah tanggung kemalaman deh, mendingan nunggu
isya dulu di jama' sama magrib, biar nanti tenang. "tapi......, gak enak kalau telat
terlalu lama" pikiran lain mencoba mempengaruhi. Sejenak aku terombang-ambing, tapi akhirnya
aku putuskan untuk segera bergabung dengan teman-teman, sholatnya nanti saja
malam kalau sudah selesai acara. Tanpa
mandi, aku pake jaket dan syal untuk menahan udara dingin. Aku ambil juga payung yang telah disiapkan
hotel, lalu membuka kunci pintu keluar.
Begitu pintu dibuka, udara hangat cenderung
panas langsung menghampiri tubuhku.
Rupanya diluar tidak hujan, udara dingin mungkin dikarenakan dua buah ac
yang terpasang di bungalauku belum sempat aku stel tingkat kedinginannya, masih
dipasang dengan kedinginan maksimal.
Sedangkan suara air bergemuruh adalah suara ombak bercampur dengan deru
compressor ac dan cipratan ombak yang mengenai tiang-tiang kayu penyangga
bungalau,
Pulau Ayer adalah salah satu pulau yang
terletak di derah kepulauan seribu, memerlukan waktu 30 menit perjalanan dari
pantai Marina Ancol. Tidak ada penduduk asli di pulau, sehingga orang yang
berada di pulau tersebut kalau bukan wisatawan berarti pegawai hotel. Di kepulauan seribu memang ada beberapa macam
pulau, yaitu ada pulau yang berisi penduduk saja, ada pulau yang berisi
penduduk dan ada hotelnya, ada pulau yang tidak berpenghuni, dan ada pulau yang
sebelumnya tidak berpenghuni namun dibangun cottage-cottage sehingga akhirnya
berpenghuni namun hanya khusus wisatawan dan karyawan hotel, seperti halnya pulau
Ayer ini.
Cottage atau bungalau yang dibangun di pulau
Ayer secara garis besar terdiri dari dua macam, yaitu bungalau yang dibangun di
atas laut, dan bungalau yang dibangun di daratan. Ada 30 lebih floating cottage
atau bungalau yang didirikan di atas laut, dan ada lebih dari 20 bunglau
termasuk kamar hotel yang terletak di daratan atau disebut land cottage. Fasilitas lain yang ada seperti jogging track
sekitar 1,2 kilometer mengelilingi pulau, lapangan basket, lapangan volley
pantai, beberapa tempat outbond, kolam renang, restaurant, penyewaan sepeda,
ruangan karaoke, serta beberala fasilitas olah raga air seperti jet sky, banana
boat, dll.
Kalau mau datang ke Ayer sebaiknya bersama
keluarga, sehingga dapat menikmati suasana lain untuk penyegaran. Jangan seperti aku, walaupun berangkat sama
rombongan, namun karena cottagenya masing-masing dan saling berjauhan, rasanya
cuma pindah tidur doang.......hehehe bahkan cederung sereeeem. Pemandangan malam hari dari teras cottage memandang ke laut, belum habis tatapan mata
telah terlihat lampu-lampu di pantai Jakarta.
Tidak ada pemandangan lautan lepas.
Mungkin karena cottageku yang berhadapan dengan Jakarta, serta jarak pulau yang tidak begitu jauh dari pantai Marina Ancol.
Yang sangat merasa kehilangan adalah ketiga
pagi-pagi terbangun, tidak terdengar suara merbot memanggil saat tahrim atau
beberapa menit sebelum waktu sholat subuh tiba. Biasanya marbot di mesjid deket rumahku sudah mulai
membangunkan warga jam 04.00 pagi. Demikian pula ketika
datang waktu subuh, tidak terdengar suara adzan...dari mesjid Nurul Iman, yaitu
mesjid berukuran 6 x 10 meter yang berkarpet hijau, cukup terawat, terletak
dekat pintu mess karyawan. Kata pegawai
disana, memang adzan di pulau Ayer tidak pakai speaker......takut mengganggu ????? Astagfirullah.
Menemani kami lari pagi di jogging track,
sekitar 25 sampai 30 pegawai, baik laki-laki maupun perempuan kompak
menyapu seluruh daratan pulau dengan sapu lidi panjang. Sebagian ada yang membawa roda mengangkut
sampah-sampah yang dominan adalah berupa guguran daun tua. Tampaknya hampir
seluruh karyawan, diharuskan mulai kerja pagi-pagi sambil berolah raga dengan
menyapu mulai jam 5.30 sampai jam 6.30.
Pembersihan pulau bukan hanya harus dilakukan di daratan, rupanya juga
harus dilakukan di lautan yaitu di pantai yang menghadap ke Jakarta. Pantai yang kemaren sore aku amati cukup
bersih sehingga dasar pantai berwarna kuning terkena cahaya matahari jelas
terlihat, pagi ini berubah menjadi penuh sampah plastik berbagai jenis dan
berbagai warna. Bukti penduduk Jakarta masih suka buang sampah sembarangan......huh.
(salam hangat dari kang sepyan)