Senin, 25 November 2013

NASIB DAGING QURBAN

Qurban adalah sebuah moment yang ditunggu-tunggu, oleh tetangga kami terutama yang tinggal di daerah gang tembok.  Yaitu sekitar seratusan kepala keluarga yang mendirikan bangunan liar di atas tanah kavling yang belum dibangun oleh pemilik kavlingnya.  Benar sekali apa yang disampaikan para ustadz, bahwa tidak semua orang memiliki rezeki yang cukup bahkan melimpah sehingga dapat memilih makan daging kapan saja.  Tetapi bagi Surni, Umi, Keri, Eha, dan lain-lain, qurban artinya mereka bisa mencicipi makan enak, bisa masak dan menghidangkan daging hangat ke tengah-tengah keluarganya.

Menjelang datangnya hari raya Idul Adha, mereka melakukan investigasi di tempat mana saja dilakukan pemotongan hewan qurban, berapa jumlah hewan qurban yang telah terkumpul, jam berapa motongnya, bagaimana sistim pembagian dagingnya, kemana mencari kupon, bagaimana agar bisa melakukan trik bolak-balik ngantri.  Mereka analisa dan diskusikan dengan membandingkan cara-cara yang telah ditempuh panitia qurban sebelumnya untuk mencari celah agar bisa mendapatkan daging qurban sebanyak-banyaknya.  Strategi dipasang, anak-anak dan suami disebar sehingga  bisa antri di beberapa tempat sekaligus.........makanya kami sebagai panitia qurban selalu kewalahan, karena rupanya ada perlombaan trik antara panitia qurban dan pihak penerima qurban.

Sore setelah selesai hari raya, masing-masing anggota keluarga membawa satu, dua, bahkan lima plastik bagian qurban yang umumnya berkisar antara 200 gram sampai satu kilogram.  Bercampur ada daging, tulang, lemak, jeroan, kaki, dll.  Jeroan dan tulang segera dimasak, sedangkan dagingnya dikumpulkan agar bisa dikonsumsi di hari-hari mendatang.  Jaman ibuku dulu diawetkan dengan cara dijemur yaitu dibuat dendeng, tetapi sekarang lebih banyak yang mengawetkan dengan cara yang praktis yaitu disimpan di freezer dibuat daging beku.  Masalahnya adalah, mereka tidak memiliki kulkas ???

Aku tahu hal tersebut karena mendadak dalam kulkasku pada bagian atas untuk membuat es batu, kok jadi ada plastik daging.  Istriku bilang itu adalah titipan daging tetangga yang suka bantu-bantu ngebersihin rumah dan mencuci.  Rupanya mereka memanfaatkan freezer tetangga kenalan atau majikannya untuk mengawetkan daging qurban.  Bukan ditempat aku saja, tetapi di sebar di beberapa tempat lainnya.  Umumnya tetanggaku yang tinggal di gang tembok merangkap menjadi buruh cuci di dua atau tiga majikan sekaligus.

Kejadian menggelikan sekaligus mengharukan adalah ketika ada diantara daging mereka yang hilang.  Kebetulan dititipkan di salah satu majikan yang memiliki isteri dua.  Rupanya suaminya tidak tahu bahwa daging yang di kulkas rumahnya bukan miliknya, tetapi hanya daging titipan tukang cucinya  Malam-malam dia ambil daging tersebut untuk dimasak di rumahnya yang lain.......ini hanya dugaan, karena kejadian sebenarnya tidak pernah terungkap. Yang jelas, ketika pagi harinya si empunya daging memeriksa kulkas, betapa terkejutnya dia karena dagingnya hilang.  Ditanya sama ibu yang punya rumah dia jawab enggak tahu......mau nanya sama suaminya, takut bertambah ribut.........jadi akhirnya terpaksalah dia terima nasib.  Nasib untuk tahun ini cukup menikmati sop tulang dan jeroan.

Dengan nada masygul dia ceritera kejadian tersebut ke istriku "untung aja bu, si bocah kemaren maksa pingin makan sate.  jadi sebelum daging dititipkan kami ambil sedikit untuk dibuat sate.......jadi kami bisa mencicipi dagingnya, bukan hanya makan 'balung' tok".........."namanya belum rezeki" kata istriku sambil menyelipkan lembaran kertas warna biru untuk dibelikan daging ke warung sekedar penghibur untuk mengganti sebagian daging yang hilang untuk anaknya.


Jadi jangan anggap daging qurban kita sia-sia.  Jangan anggap tidak ada orang yang menantikan sedekah qurban kita.  Jangan karena merasa tahun lalu sudah qurban jadi tahun ini tidak perlu qurban, karena ada kepentingan lain yang menurut sudut pandang kita mendesak.  Tapi ingatlah di setiap rezeki yang kita dapatkan ada haknya orang miskin.  Telah diperintahkan kepada orang yang mampu untuk melakukan qurban, maka laksanakanlah.......jangan ditunda-tunda.  Jangan sampai menyesal ketika akhirnya kita tidak diberikan keluasan rezeki karena tidak amanah.........hehehehe.......koq jadi menasehati......jadi gak enak........maaf.....maaf......maaf.

(salam hangat dari kang sepyan)

Senin, 18 November 2013

PELAJARAN DAMRI BANDARA

Sudah beberapa hari ini rasanya ngantuuuk terus, mungkin kurang tidur pikirku.  Sehingga dalam rencana perjalanan ke Banda Aceh kali ini, sudah dijadwalkan untuk nambah waktu tidur di bus Damri dari Bekasi ke Soekarno Hatta.  Kebayang khan macet, kayanya lumayan bisa dapat waktu tidur bersih sekitar 90 menit.  Setelah beli karcis di counter, segera aku cari tempat dipertengahan bus sekitar jajaran ke 6 dari depan pinggir jendela, dengan pertimbangan lebih sedikit orang lewat yang dapat mengganggu rencanaku.  Lalu mataku aku merem-meremkan.

Aku terbangun ketika kondektur bus memeriksa karcis di daerah pintu tol bekasi barat.  "Hoaaaaaaaaaamm" terpaksa deh aku break tidurku yang baru berjalan sekitar 15 menit.  Disebelah telah terisi penumpang Bapak-Bapak yang kutaksir usianya sekitar 60-an, tinggi diatas 170 cm, dan penampilannya tampak rapi dengan celana jeans serta kaos berkerah.  Dari logatnya serta tujuannya ketika dia menjawab pertanyaan kondektur, aku dapat memastikan bahwa Bapak tersebut berasal dari Tapanuli Utara.  Ketika giliranku di tanya sang kondektur, aku jawab mau ke Sumatera jadi turun di 1B......hehehe ketahuan deh cari maskapai penerbangan yang murah......., aku dahuluin tugas kondektur yang setelah penumpang menjawab tujuan biasanya dia akan menyebutkan terminal tempat kita berhenti.  

Mungkin si Bapak sebelah agak aneh dengan caraku menjawab, kok enggak bilang mau ke kota mana ? Setelah kondektur berlalu dan aku bersiap merem, dia bertanya "ke Sumateranya mau kemana pak ?"
"Mau ke Banda Aceh pak" jawabku pendek, maksudnya sih mau neruskan jadwal tidur jadi menghindari keterusan ngobrol. 
Eeeeeh.....rupanya si Bapak melihat bahwa ada kemungkinan satu pesawat, jadi dia terus tanya lagi "berarti transit di Kualanamu ya ?"
Aku jawab pendek juga "enggak pak, pesawatnya langsung tidak transit".
"Waktu dulu saya masih bertugas, tidak ada pesawat yang langsung ke Aceh.......bla....bla....bla...." si Bapak rupanya belum tahu daftar "Jadwalku"  jadi terus saja asyk ngajak ngobrol. Sampai akhirnya aku tahu rupanya kita pernah tetanggaan, rupanya belaiu lah orangnya yang terkenal menjadi tuan tanah di komplek perumahanku, sampai punya 12 kavling.  Ya sudah, kepalang tanggung aku 'cancel' deh jadwal tidurnya.

Dia ceritera bahwa ketika dahulu keluar SMA, Bapaknya bilang "karena kau anak pertama, jadi harus segera bekerja agar ketujuh adikmu bisa terurus" maksudnya tidak ada biaya untuk meneruskan kuliah.  Dititipkannyalah pada om-nya yang menjadi Kasatserse di daerah Langsa untuk dicarikan pekerjaan yaitu bekerja di pertambangan minyak di hutan pedalaman Aceh.  Selama dua tahun si Bapak bekerja mencari bekal hidup.  "Karena saya tidak merokok dan juga karena tidak ada yang bisa di beli, maka lumayan irit saya hidup disana, sehingga hampir seluruh gajinya di tabung" demikian dia ceritera masa mudanya.  Dari hasil tabungan itulah dia bisa meneruskan kuliah dan akhirnya pergi ke Jakarta dan menjadi pejabat pemda DKI.

Memiliki empat anak dua laki-laki dan dua perempuan, dan semuanya cukup sukses.  "Walaupun keadaan saya lebih baik di banding orang tua saya dulu, tapi saya tetap mengajarkan pada anak-anak saya, agar bisa mandiri sebagaimana saya waktu muda" demikin dia menyampaikan prinsip dalam mendidik anak.  Sehingga rata-rata anak saya sekolahnya mendapatkan beasiswa.  Dua anak perempuannya sekolah ke luar negeri dengan beasiswa penuh, dan mendapatkan suami bule.  Yang satu tinggal di Amerika bersuami orang Amerika dan yang satu lagi tinggal di Kanada bersuamikan imigran asal Prancis.  Sedangkan kedua anak laki-lakinya ada yang alumni STAN dan sekarang berkarir di Departemen Keuangan, dan satu lagi alumni UI yang kerjanya pindah-pindah, sudah delapan perusahaan, terakhir di Axa Mandiri.

Termasuk orang tua yang sangat berhasil pikirku, apalagi ketika dia juga ceritera tentang bisnis tanahnya yang selalu untung berlipat-lipat, baik di daerah Bekasi dari beli harga Rp.15.000 per meter sekarang sudah mencapai Rp. 3 juta.  Demikian pula dengan investasi di tempat lain seperti daerah Cikarang - Cibarusah maupun dekat bandara Kualanamu. Bikin ngiler saja.

Namun, ketika berbicara tentang anaknya yang hidup di luar negeri, ada nada kepedihan yang kutangkap.  "Menantu saya itu tidak percaya agama ?" katanya.  Demikian pula dalam hal menghormati orang tua, ketika sudah jauh-jauh kami yang tua ini datang dari Indonesia ke Amerika, menantunya cuma jabat tangan mengucapkan selamat datang, lalu balik masuk kamar lagi meneruskan maen game.  Mungkin karena perbedaan budaya, sepertinya tidak ada kemesraan hubungan antara orang tua dan anak.  

Pernah suatu saat di ajak ke tempat orang tuanya (besan), harus membuat jadwal dulu.  Setelah jauh-jauh datang, mereka langsung ngajak makan di restorant, lalu setelah makan salaman dan pulang.  Seperti hubungan bisnis saja. "Saya pikir, karena waktu berkunjungnya harus janjian dulu, mereka akan masak menyiapkan makanan untuk kami....hehehe" kata si Bapak terkekeh. 

Lebih jauh si Bapak berceritera bahwa berdasarkan pengamatannya, rasa individual menantunya termasuk juga anaknya sekarang menjadi semakin menonjol.  Dalam hal pengelolaan keuanganpun, walau mereka suami isteri, mereka melakukan pengelolaan keuangan yang terpisah. Ketika pergi ke mal dan membeli suatu barang, maka mereka masing-masing akan membayar masing-masing sesuai yang mereka ambil.  Makanan di rumahpun masing-masing telah memiliki jatah.  "Jadi kalau di kulkas ada makanan jatah menantu saya misalnya roti, maka saya tidak boleh mengambilnya" demikian si Bapak memberikan tambahan ilustrasi.



Diakhir perjalanan menjelang sampai Bandara, dengan mata seorang kakek yang rindu akan cucunya, dia berceritera dan menirukan bahwa cucunya sekarang sedang belajar nyanyi......."chi cha chi cha dididing......habbbp lalu ditangkap" lagu anak-anak Indonesia.......sebelum turun si Bapak sempat berpesan "kalau bisa....usahakan dapat menantu orang Indonesia saja".......sebuah pesan yang sangat dalam, yang disampaikan dari sebuah pengalaman yang sangat muahhhaaalllll.

(salam hangat dari kang sepyan)

Jumat, 08 November 2013

BUBUR AYAM LANDMARK

Hari ini adalah untuk ketiga kalinya aku ngantri bubur ayam yang mangkal di depan gedung kantor, setelah 10 bulan lalu kantorku pindah ke daerah Dukuh Atas yaitu di gedung Landmark tower B.  Entah sekarang berapa menit waktu tunggu yang dibutuhkan untuk dapat menikmati semangkuk bubur ayam panas.  Kali pertama aku ngantri bubur ayam, waktu tunggu sekitar 10 menit.  Begitu aku kelihatan bengong-bengong melihat orang berjubel, tiba-tiba ada seorang asisten tukang bubur yang bertanya mau pesan apa dan mempersilahkan aku duduk di salah satu bangku plastik hijau yang kebetulan kosong. 10 menit kemudian sang asisten tadi menyodorkan semangkuk penuh bubur.......yum...yum..yummy.

Kali kedua dengan 'pede' aku mencari bangku yang kosong, dan setelah dapat tempat duduk aku panggil sang asisten tukang bubur yang sekali-sekali lewat untuk mengambil mangkuk-mangkuk kosong.  Namun kali ini sang asisten berbeda orangnya dengan asisten yang terdahulu.  Aku tunggu-tungu sampai lebih 15 menit bahkan 20 menit, bubur tak kunjung datang dan sang asisten gak muncul-muncul.  Karena tidak sabar dan tidak jelas, terpaksa aku ikut merangsek ke kerumunan orang-orang yang mengelilingi tukang bubur.  Ketika tukang bubur sedikit melirik, segera kumanfaatkan situasi itu dengan memesan menggunakan intonasi nada protes karena sudah lama menunggu dan belum dilayani.  Total waktu tungguku meningkat menjadi 30 menit lebih. Untung aku datang pagi, jadi waktunya masih longgar walaupun harus terpotong sekitar 45 menit untuk ngantri dan makan bubur.

Untuk kunjungan ketiga ini, aku gak mau kejadian lalu terulang.  Datang ke lokasi, segera aku menyelinap ke bagian belakang roda atau ke belakang punggungnya tukang bubur.  Rupanya daerah ini yang agak longgar sehingga memudahkan akses untuk pesan langsung ke tukang bubur. Setelah pesan diterima sang tukang bubur, baru aku mencari tempat duduk yang kosong.  Waktu tunggu yang dibutuhkan kira-kira 15 menit. Cukup kenyang, Alhamdulillah.

"Bubur Ayam Landmark" kang Dadan Pramadi karib kuliahku dulu men'share' photo semangkuk bubur dalam group BBM. Aku lihat gambar mangkuk yang di alasi kertas coklat, didalamnya terlihat penuh berisi accesories bubur seperti kerupuk warna oranye, emping, taburan suir ayam, potongan cakue, taburan goreng bawang kering, semprotan kecap, dan sedikit sambal kacang.  Bubur ayam khas Cirebon, memang tidak kelihatan warna buburnya, tetapi lebih dominan accesoriesnya. Rupanya bubur ayam yang di depan Landmark tersebut merupakan salah satu tempat pavorit untuk sarapan pagi di Jakarta dengan harga murah meriah.  Satu mangkok Rp. 9.000 sedangkan bila setengah mangkok Rp. 7.000, hehehe agak susah memang kalau dimasukan dalam rumus matematika.

Dibawah jembatan menuju halteu busway Dukuh Atas, atau bersebelahan dengan awal Jalan Jendral Sudirman ada jalan putaran menurun untuk berbalik menuju arah pejompongan ataupun menuju kuningan.  Kelihatannya putaran jalan tersebut salah design, karena walaupun daerah tersebut cukup padat dengan antrian bus way, tetapi tepat di sisi tebing bersisian dengan jalan Sudirman (bersebelahan tetapi berbeda ketinggian sekitar 3 sampai empat meter, sehingga membentuk tebing), terdapat jalan aspal yang jarang terjamah kendaraan.  Dan, enterpreneur mikro, dengan jeli memanfaatkan lokasi tersebut untuk mencari nafkah, apalagi pasar di depan mereka terdapat dua tower gedung Landmark dengan masing-masing 30 lantai.

Berjejer roda-roda penjual makanan, berturut-turut mulai tukang gorengan seperti cireng, bakwan, tempe, tahu, dan molen, terus roda tukang mie ayam, lalu roda tukang ketoprak, disebelahnya lagi soto lamongan, lalu ada roda yang menjual nasi uduk, lontong sayur, dan ketupat, setelah itu baru roda tukang bubur Cirebon.  Disamping tukang bubur ayam tersebut masih ada roda tukang bubur kacang ijo, dan sebuah kios semi permanen yang berjualan rokok dan sejenisnya.  Terakhir ditutup dengan deretan tukang ojeg.  Di depan roda-roda mereka masih tersisa lahan untuk parkir sekitar 5 buah mobil, dan sekitar 20 buah bangku plastik warna hijau, tanpa sandaran.

"DEKENE WONK CIREBON" terpampang tulisan warna kuning terbuat dari kertas yang bisa ditempel, yaitu ditempel per huruf tepat diatas kayu bingkai jendela roda.  Sedangkan pada kacanya sendiri ditulis BUBUR AYAM dengan huruf warna putih dengan pinggiran merah.  Dua orang berbadan cukup besar berdiri dengan tangan lincah tiada henti membuat bubur pesanan.  Roda bubur yang berukuran sekitar satu sampai satu setengah meter,  tampak sesak tertutup kedua orang tersebut.  Didepan roda berjubel orang ngantri, dan satu orang pengantri rata-rata beli lebih dari 3 porsi bubur untuk di bawa ke kantor.  Bahkan ada yang beli sampai 10 porsi......nambah antrian aja.

Di antara deretan pedagang yang ada, tukang buburlah yang paling rame.  

Bila bukan orang yang berkantor di landmark banyak yang datang bawa mobil, ternyata bisa berkolburasi dengan tukang parkir. Tukang parkirlah yang membantu memesan dan membawakan mangkok bubur, sehingga bisa menikmati bubur di mobil sambil dengerin berita macet jalanan.  Tentunya dengan tips tambahan ke tukang parkir. Namanya itu simbiosis mutualisma........jadi........silahkan mencoba.........yam.......yam.....yummy.


(salam hangat dari kang sepyan)