Sabtu, 12 Oktober 2013

BERKHIDMAT


Rasanya tinggi badanku lebih tinggi di banding dia.  Rasanya besar tubuhku  lebih besar dibanding dia.  Dan rasanya usiaku juga lebih tua dibanding dia.  Namun ketika siang itu setelah selesai sholat dhuhur berjamaah kami bertemu di salah satu ruangan yang diberi nama ruangan Khodijah, rasanya aku menjadi jauh lebih kecil dibanding dia.  Itulah kira-kira gambaran yang aku rasakan ketika bertemu dengan Kiai Syukur, yang kesehariannya mengabdikan diri menjadi pengurus mesjid ad-dzikra (dahulu namanya mesjid Khadafi) di daerah Sentul Bogor.

Ruangan Khodijah cukup besar, merupakan ruangan terbesar diantara ruangan lainnya yang berada di lantai dasar mesjid.  Cukup longgar menampung rombongan kami yang berjumlah 80 orang.  Kala itu kami berkunjung kesana dalam rangka membawa wisata atau semacam studi banding 71 merbot binaan, setelah pada hari dan malam sebelumnya diberikan pembinaan di Pondok Wira Tapos, Bogor.  Sekaligus melakukan penutupan acara silaturahmi kami dengan para merbot tersebut.

Dalam sambutannya Kiai Syukur berpesan kepada para merbot, agar jangan berkecil hati.  Walaupun posisi merbot tidak tercantum dalam struktur organisasi DKM yang setiap hari masjidnya dia urus.  Walaupun secara duniawi gaji merbot jarang ada yang memperhatikan, jarang ada yang memikirkan apakah keluarganya bisa makan ? apakah anak-anaknya bisa sekolah ? Tetapi percayalah bahwa gaji total merbot jauh lebih besar, tetapi sebagian besarnya akan dibayarkan di akhirat.  Bayangkan kalau mengabdi menjadi merbot 40 tahun, ada berapa banyak tabungan yang telah tersimpan untuk bekal di akhirat.

Selanjutnya Kiai Syukur menekankan bahwa orang yang bekerja menjadi merbot pada dasarnya adalah mengabdi kepada Allah, berkhidmat kepada-Nya.  Berkhidmatlah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.  Rezeki tidak perlu  besar yang penting berkah.  Coba kalau dilihat dari jumlah gaji, apa mungkin merbot bisa naik haji ? Tetapi kenyataannya banyak merbot yang berkali-kali naik haji........Aku tatap muka-muka merbot yang ada dihadapanku, tampak muka tulus dan jiwa  besar yang terpancar dari mata mereka  dibalik kesederhanaan penampilannya.  Dan......rasanya aku menjadi semakin kecil.

Orang-orang yang ada disekelilingku, selalu melakukan sholat berjamaah setiap waktu.  Kalau mereka telah menjadi merbot 10 tahun tanpa terputus, berarti mereka telah sholat berjamaah terus-terusan tanpa terputus sebanyak 18.250 waktu sholat.  Sedangkan aku, dengan dalih sibuk, perjalanan, nanggung, menunggu bos, kelewat, dan lain-lain, pernah berniat ingin sholat berjamaah di mesjid 40 waktu berturut-turut saja belum pernah kesampaian, kecuali waktu arba'in di Masjid Nabawi sekalian melakukan ibadah haji.  Tetapi ketika berada di Indonesia, tempat dimana aku lebih lama menjalani kehidupan.  Tempat aku menyimpan harta-harta dunia seperti mobil, rumah, tanah, pekerjaan.dll.  Tempat orang tua, istri, anak, kerabat, dan tetangga berada.  Aku menjadi tersibukkan.  Dunia telah banyak merampas seluruh kehidupanku.  Kata-kata "berkhidmatlah" menjadi sebuah tamparan yang telak.

Para merbot datang ke mesjid beberapa saat sebelum waktu sholat tiba.  Dia menyiapkan tempat, memasang pengeras suara, bersih-bersih, dan setelah waktu sholat tiba mengumandangkan adzan.  Sedangkan aku, kalaupun sekali-sekali pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah, datangnya selalu pas-pasan.  Kalau terdengar adzan, baru aku siap-siap berwudlu, berpakaian, lalu berangkat ke mesjid.  Hanya memburu sholat fardunya, itupun kadang-kadang masbuk.  Seakan lupa perintah untuk melakukan sholat rawatib sebagai penghias sholat fardhu.  Kondisi tersebut bukannya aku tidak tahu jadwal sholat, karena di Ipadku selalu terbuka laman jadwal waktu sholat.  Bahkan HP-ku juga setiap waktu sholat selalu setia memberikan alarm.  Bukan juga karena aku tidak memiliki jam, bahkan hampir diseluruh ruangan rumahku terpasang jam dinding.  Jam tangan juga selalu melilit di tangan. 

Hal tersebut terjadi karena hatiku yang kotor.  Terlanjur mendahulukan dunia.  Semua keberhasilan dan kesuksesan diukur dengan ukuran dunia. Seakan dengan setahun sekali aku memberi zakat pada mereka, yang sebenarnya adalah "kewajibanku" dan "hak mereka" rasanya sudah mampu mengimbangi amalan mereka.  Biarkan mereka berkhidmat....lalu kita mencari duit.......lalu kita beli amalan mereka dengan memberikan hak mereka dan sedikit bersedekah.....selesai !!!  Apakah memang seperti itu logikanya ?
Aku yakin jawabannya........Tidak !!!

Tidak perlu semua orang menjadi merbot, tetapi mari kita mencoba temanin merbot dengan datang ke mesjid sebelum waktu sholat.  Mari kita mencoba melakukan arba'in yaitu minimal 40 waktu sholat berturut-turut sholat berjamaah di mesjid.  Sekarang....ditengah kesibukan pekerjaan sehari-hari, jangan nunggu nanti setelah pensiun.  Ada yang mau coba ?




(salam hangat dari kang sepyan)

3 komentar:

  1. Subahanallah..... Saya juga pernah mencobanya pak tp sama seperti Bapak, mudah2an kita juga bisa menjalankannya spt itu nantinya mgkn tidak perlu sampai menunggu hari pensiun nanti... Amin ya robbal alamin... Malah saya wkt ditanah suci sampai berdoa sambil miminta kpd Allah SWT utk bisa mendapatkan rezeki yg lain selain yg sekarang ini sehingga wkt utk menjalankan menghadap Allah SWT setiap waktu dapat saya laksanakan dgn sempurna.. mudah2an itu semua adlh doa yg tertunda sementara wkt saja

    BalasHapus
  2. Amin......sok atuh segera cari merebot utk mesjid yg di kantor. Jadi kalo gak turni seminggu, dapet deh arbain

    BalasHapus
  3. Siap pak..... Lagi dlm proses, mudah2 aja cepat dpt ni...

    BalasHapus