Senin, 18 November 2013

PELAJARAN DAMRI BANDARA

Sudah beberapa hari ini rasanya ngantuuuk terus, mungkin kurang tidur pikirku.  Sehingga dalam rencana perjalanan ke Banda Aceh kali ini, sudah dijadwalkan untuk nambah waktu tidur di bus Damri dari Bekasi ke Soekarno Hatta.  Kebayang khan macet, kayanya lumayan bisa dapat waktu tidur bersih sekitar 90 menit.  Setelah beli karcis di counter, segera aku cari tempat dipertengahan bus sekitar jajaran ke 6 dari depan pinggir jendela, dengan pertimbangan lebih sedikit orang lewat yang dapat mengganggu rencanaku.  Lalu mataku aku merem-meremkan.

Aku terbangun ketika kondektur bus memeriksa karcis di daerah pintu tol bekasi barat.  "Hoaaaaaaaaaamm" terpaksa deh aku break tidurku yang baru berjalan sekitar 15 menit.  Disebelah telah terisi penumpang Bapak-Bapak yang kutaksir usianya sekitar 60-an, tinggi diatas 170 cm, dan penampilannya tampak rapi dengan celana jeans serta kaos berkerah.  Dari logatnya serta tujuannya ketika dia menjawab pertanyaan kondektur, aku dapat memastikan bahwa Bapak tersebut berasal dari Tapanuli Utara.  Ketika giliranku di tanya sang kondektur, aku jawab mau ke Sumatera jadi turun di 1B......hehehe ketahuan deh cari maskapai penerbangan yang murah......., aku dahuluin tugas kondektur yang setelah penumpang menjawab tujuan biasanya dia akan menyebutkan terminal tempat kita berhenti.  

Mungkin si Bapak sebelah agak aneh dengan caraku menjawab, kok enggak bilang mau ke kota mana ? Setelah kondektur berlalu dan aku bersiap merem, dia bertanya "ke Sumateranya mau kemana pak ?"
"Mau ke Banda Aceh pak" jawabku pendek, maksudnya sih mau neruskan jadwal tidur jadi menghindari keterusan ngobrol. 
Eeeeeh.....rupanya si Bapak melihat bahwa ada kemungkinan satu pesawat, jadi dia terus tanya lagi "berarti transit di Kualanamu ya ?"
Aku jawab pendek juga "enggak pak, pesawatnya langsung tidak transit".
"Waktu dulu saya masih bertugas, tidak ada pesawat yang langsung ke Aceh.......bla....bla....bla...." si Bapak rupanya belum tahu daftar "Jadwalku"  jadi terus saja asyk ngajak ngobrol. Sampai akhirnya aku tahu rupanya kita pernah tetanggaan, rupanya belaiu lah orangnya yang terkenal menjadi tuan tanah di komplek perumahanku, sampai punya 12 kavling.  Ya sudah, kepalang tanggung aku 'cancel' deh jadwal tidurnya.

Dia ceritera bahwa ketika dahulu keluar SMA, Bapaknya bilang "karena kau anak pertama, jadi harus segera bekerja agar ketujuh adikmu bisa terurus" maksudnya tidak ada biaya untuk meneruskan kuliah.  Dititipkannyalah pada om-nya yang menjadi Kasatserse di daerah Langsa untuk dicarikan pekerjaan yaitu bekerja di pertambangan minyak di hutan pedalaman Aceh.  Selama dua tahun si Bapak bekerja mencari bekal hidup.  "Karena saya tidak merokok dan juga karena tidak ada yang bisa di beli, maka lumayan irit saya hidup disana, sehingga hampir seluruh gajinya di tabung" demikian dia ceritera masa mudanya.  Dari hasil tabungan itulah dia bisa meneruskan kuliah dan akhirnya pergi ke Jakarta dan menjadi pejabat pemda DKI.

Memiliki empat anak dua laki-laki dan dua perempuan, dan semuanya cukup sukses.  "Walaupun keadaan saya lebih baik di banding orang tua saya dulu, tapi saya tetap mengajarkan pada anak-anak saya, agar bisa mandiri sebagaimana saya waktu muda" demikin dia menyampaikan prinsip dalam mendidik anak.  Sehingga rata-rata anak saya sekolahnya mendapatkan beasiswa.  Dua anak perempuannya sekolah ke luar negeri dengan beasiswa penuh, dan mendapatkan suami bule.  Yang satu tinggal di Amerika bersuami orang Amerika dan yang satu lagi tinggal di Kanada bersuamikan imigran asal Prancis.  Sedangkan kedua anak laki-lakinya ada yang alumni STAN dan sekarang berkarir di Departemen Keuangan, dan satu lagi alumni UI yang kerjanya pindah-pindah, sudah delapan perusahaan, terakhir di Axa Mandiri.

Termasuk orang tua yang sangat berhasil pikirku, apalagi ketika dia juga ceritera tentang bisnis tanahnya yang selalu untung berlipat-lipat, baik di daerah Bekasi dari beli harga Rp.15.000 per meter sekarang sudah mencapai Rp. 3 juta.  Demikian pula dengan investasi di tempat lain seperti daerah Cikarang - Cibarusah maupun dekat bandara Kualanamu. Bikin ngiler saja.

Namun, ketika berbicara tentang anaknya yang hidup di luar negeri, ada nada kepedihan yang kutangkap.  "Menantu saya itu tidak percaya agama ?" katanya.  Demikian pula dalam hal menghormati orang tua, ketika sudah jauh-jauh kami yang tua ini datang dari Indonesia ke Amerika, menantunya cuma jabat tangan mengucapkan selamat datang, lalu balik masuk kamar lagi meneruskan maen game.  Mungkin karena perbedaan budaya, sepertinya tidak ada kemesraan hubungan antara orang tua dan anak.  

Pernah suatu saat di ajak ke tempat orang tuanya (besan), harus membuat jadwal dulu.  Setelah jauh-jauh datang, mereka langsung ngajak makan di restorant, lalu setelah makan salaman dan pulang.  Seperti hubungan bisnis saja. "Saya pikir, karena waktu berkunjungnya harus janjian dulu, mereka akan masak menyiapkan makanan untuk kami....hehehe" kata si Bapak terkekeh. 

Lebih jauh si Bapak berceritera bahwa berdasarkan pengamatannya, rasa individual menantunya termasuk juga anaknya sekarang menjadi semakin menonjol.  Dalam hal pengelolaan keuanganpun, walau mereka suami isteri, mereka melakukan pengelolaan keuangan yang terpisah. Ketika pergi ke mal dan membeli suatu barang, maka mereka masing-masing akan membayar masing-masing sesuai yang mereka ambil.  Makanan di rumahpun masing-masing telah memiliki jatah.  "Jadi kalau di kulkas ada makanan jatah menantu saya misalnya roti, maka saya tidak boleh mengambilnya" demikian si Bapak memberikan tambahan ilustrasi.



Diakhir perjalanan menjelang sampai Bandara, dengan mata seorang kakek yang rindu akan cucunya, dia berceritera dan menirukan bahwa cucunya sekarang sedang belajar nyanyi......."chi cha chi cha dididing......habbbp lalu ditangkap" lagu anak-anak Indonesia.......sebelum turun si Bapak sempat berpesan "kalau bisa....usahakan dapat menantu orang Indonesia saja".......sebuah pesan yang sangat dalam, yang disampaikan dari sebuah pengalaman yang sangat muahhhaaalllll.

(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar