Minggu, 12 Januari 2014

AYO KITA KE BALI !!!

Ini adalah kali kelima aku jalan lagi ke Denpasar, setelah delapan tahun lalu, yaitu jamannya bom Bali kedua, aku sempat bekerja di Denpasar hampir 15 bulan.  Rasanya telah habis seluruh tempat wisata di Bali aku jelajahi.  Setiap jengkal pasir pantai seperti kuta, legian, jimbaran, nusa dua, dream land, peti tenget, tanah lot, sampai lovina telah aku akrabi.  Demikian pula wisata gunung dan wisata daerah keramat seperti besakih, trunyam, bedugul, kintamani, ubud, tirta empul, sangeh, sampai ke daerah Negara maupun Karang Asem, telah aku datangi.  Jadi setiap datang ke Bali, tidak pernah terpikir olehku untuk membuat agenda wisata lagi. Berangkat, kerja, langsung balik.

Dalam kedatangan kali ini, ada hal yang sangat berbeda.  Dari atas pesawat terihat jembatan panjang berliku-liku di atas laut.  Rupanya Bali tengah berbenah membuat jalan Tol  di atas laut yang menghubungkan Bandara Ngurah Rai dengan Benoa, Nusa Dua, serta Denpasar.  Bandara juga sedang dirombak total, besar-besaran menjadi bandara modern.  Sayang masih dalam masa pembangunan, jadi kami terpaksa harus muter-muter melewati gang-gang untuk dapat masuk atau keluar Bandara.   

Keluar bandara Ngurah Rai, aku melihat beberapa perubahan selain pembangunan jalan tol.  Rupanya sekarang Denpasar telah memiliki under pass di sekitar patung Dewa Rucci atau yang dahulu di sebut Simpang Siur.  Alamat simpang siur bisa hilang kalau begini, karena persimpangan tersebut menjadi tidak siur lagi.  Saking berubahnya kondisi di sana, sampai aku kebingungan mencari jalan sunset road.  Melewati jalan tol, tadinya aku berharap akan melihat ombak dari atas jembatan.  Ternyata entah karena air laut sedang surut atau karena ada perubahan lingkungan.  Yang terlihat adalah lumpur warna hitam dibawah jalan tol.  Mudah-mudahan bukan karena dibangun jalan tol yang menyebabkan perubahan ekosistem pantai Bali.

*****

Waktu masih menunjukkan pukul 04.45 pagi wib, tapi nampak di luar sudah mulai terang.  Karena perbedaan waktu satu jam antara Jakarta dan Denpasar, berarti sudah hampir jam enam pagi di Bali.  Aku memang sengaja tidak mengubah jarum jam tangan.  Segera aku ganti baju dengan baju olah raga dan jogging ke pantai Kuta.  Banyak perubahan di sekitar pantai.  Akses yang dahulu tertutup dari garis pantai yang sejajar dengan jalan pantai kuta ke kiri, sekarang telah dibuka, bahkan diberi jogging track.  Tampak beberapa bule sedang jogging, dari mulai pinggir hotel Ina di Kuta bisa sampai ke depannya Centro bahkan terus sampai ke pantai depannya hotel kartika plaza.  Coca Cola bekerjasama dengan desa Adat Kuta, telah membuka akses tersebut, terlihat dari prasasti yang ditandatangani kedua belah pihak.

Demikian juga ketika sore hari tiba, pantai yang dipenuhi oleh bule berpakaian minimalis, bukan hanya di kuta.  Tetapi menyebar tanpa terputus sampai ke legian, terus nyambung ke seminyak.  Tempat yang dahulu hanya terbatas sekitar satu kilometer sekarang telah berkembang menjadi hampir lima kilometer.  Sebuah kemajuan yang luar biasa yang tentunya sangat menunjang perekonomian masyarakat bali, karena akan menambah jumlah guide, sewa mobil, sewa motor, hotel, tukang pijat, pedagang makanan, pedagang oleh-oleh, pengrajin, tukang tatto, dan lain-lain.

Semakin penasaran dengan kemajuan daerah wisata Bali, maka ketika ada waktu break sore hari, aku minta sopir untuk mengantar ke Garuda Wisnu Kencana, Dreamland, Uluwatu, dan lain-lain.  Banyak sekali perubahan.  GWK yang dahulu sangat sepi, sekarang telah semakin ramai.  Pada sore hari ada pertunjukkan tari kecak dan legong.  Sayang waktu luangku tidak terlalu banyak, jadi aku gak sempat menonton tari kecak yang asli dimainkan orang bali.  Kalau aku nonton tari sekitar 2 jam, berarti tidak bisa mengunjungi tempat lain.  Perbedaan lain di GWK, yang dahulu gratis sekaramg harus bayar tiket masuk, kalau gak salah tarifnya Rp. 50.000,- per orang.

Dreamland yang dahulu hampir 100% berisi bule amat sangat minimalis nongkrong, sekarang bule yang ada hanya satu dua saja.  Selebihnya turis domestik, dan kesannya menjadi agak kotor.  Untuk sampai ke lokasi pantai, kita diangkut dengan mobil khusus dari pelataran parkir ke bibir jalan menuju pantai.  Sebagai imbalannya parkir mobil dikenakan tarif Rp. 15.000,- sekali parkir.

Waktu mau naik ke Uluwatu, sopir memberikan alternatif  "Pak, sekarang ada pantai baru yang sangat bagus, namanya pantai Pandawa.  Kalau kita ke Uluwatu, maka kita tidak bisa ke Pandawa karena akan terlalu malam".  Memang sopir-sopir di Bali, biasa seperti itu merangkap seperti guide.  Akhirnya aku setuju untuk mencoba mengunjungi pantai Pandawa yang letaknya balik arah menuju arah nusa dua.  Pertimbangan lain selain ingin lihat wisata baru juga biar pulangnya lebih dekat ke Jimbaran.  Makan malam di Cafe Menega Jimbaran sambil melihat pesawat landing dan take off, diiringi nyanyian meksikoan dari 6 pengamen dengan alat musik komplit, sudah langsung kebayang lagi.  Sejenak melupakan bahwa di Cafe itulah, bom bali dua diledakan.

Jalan mulus beraspal hotmix, selalu begitu di setiap ruas jalan di Bali.  Mungkin karena tektur tanah dalamnya berkapur, sehingga tempelan aspal cederung lebih tahan lama.  Atau mungkin margin pemborong tidak terlalu banyak dipotong jadi kualitas aspal bisa lebih bagus.  Rupanya pantai pandawa adalah pantai yang berada di bawah tebing, dan desa adat disana telah membuka tebing tersebut sehingga mobil bisa memiliki akses masuk ke pantai.  Dikiri kanan tampak tebing batu karas hitam berundak-undak dan berkelok-kelok.  Nun di depan sana, hamparan laut biru bersih terbentang.  Ya Allah.....betapa indahnya ciptaan-Mu.  Setengah jam aku menikmati saat-saat matahari terbenam.  Memandang laut yang dipenuhi perahu kano.  Ombaknya tenang dan dibawahnya batu karang putih bercampur pasir putih.  Seperti bermain perahu di kolam renang super besar.

Aku puas-puasin foto-foto, dari berbagai sudut dan berbagai arah.  Dan aku setuju kata Wiwit yang ikut seperjalanan denganku, bahwa pemandangan itu tidak bisa dibungkus dibawa pulang.  Tetapi harus dinikmati di tempat.  Jadi.......ayo kita ke Bali.

(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar