Senin, 07 April 2014

AKU INGIN SHOLAT

Tiap hari bolak-balik Bekasi Jakarta pada saat jam padat, kalau dipikir-pikir sungguh melelahkan.  Tapi memang bukan untuk dipikir, tetapi untuk dijalani.  Mencoba menggunakan berbagai moda transportasi mulai dari mobil sendiri.....ya...ampuuunn, berangkat teng habis sholat subuh dari rumah sekitar jam 5.15 untuk mencapai pintu tol Bekasi barat yang berjarak 2 km saja sudah hampir jam 6.00.  Praktis selama setengah jam berebutan, umpel-umpelan merayap mulai depan Giant, masuk kolong putaran, hingga bisa bayar tol.  Belum lagi di jalan tol, bukan lagi jalan bebas hambatan, karena terus merayap tanpa henti sampai Jakarta. Waktu tempuh sampai di kantor hampir 2 jam dengan tingkat stres level 9 dari skala 10.

Moda transportasi Bis Damri ataupun APTB, tetap lambat karena tetap tidak bisa menghindari jalan umum.  Yang terlanjur sangat padat.  Orang pintar sudah menghitung adanya gap antara penambahan jalan dan penambahan kendaraan.  Tetapi orang pintar juga tidak henti-hentinya memberi ijin penjualan kendaraan, memberi ijin nomor kendaraan bahkan untuk kendaraan yang telah akil balig.  Sehingga terasa sekali bedanya kepadatan lalu lintas dari tahun ke tahun. Tapi sudahlah, ini khan pertanda meningkatnya kesejahteraan.

Akhirnya pilihan yang terbaik diantara yang semuanya kurang menyenangkan, ya naik commuter line.  Sejak dipimpin pak Jonan PT. KAI memang banyak melakukan perubahan, termasuk menghilangkan kereta ekonomi, karcis berkartu, disediakan WC, dll. Sangat brilian meningkatkan pendapatan KAI, jumlah penumpang meningkat drastis dan semuanya bayar, walaupun disisi lain aku harus rela umpel-umpelan, tidak pernah dapat tempat duduk, didorong, digencet serta beradu napas......hehehe kadang-kadang bersebelahan dengan orang yang jarang mandi, jarang ganti baju, dan jarang gosok gigi.

Pulang kantor teeeeettt sih jam 16.30, tapi mana berani pulang pas jam kantor, nanti dibilang apa kata dunia, dibilang kurang dedikasi, dibilang itung-itungan, dan stigma negatif lainnya. Yang cocok itu pulang jam 17.30. Pantes deh, kita lebihin kerja satu jam itung-itung mengganti waktu kerja seharusnya yang kita pake untuk melamun, buka-buka internet, atau ngerumpi.  Kebetulan juga sekitar jam 17.40 ada kereta yang ke Mangarai dan selanjutnya di Mangarai ikut kereta yang dari Kota ke Bekasi.  Masalahnya transit di Mangarai menjadi "horor" karena berjubelnya calon penumpang tidak sebanding dengan kapasitas angkut kereta. Walaupun sudah berhimpitan kaya ikan teri dalam toples.

Sebetulnya ada kereta yang jurusan Mangarai ke Bekasi jam 18.02, namun rasanya lebin banyak dibatalkan jadwal tersebut dibanding berangkat.  Ada-ada saja alasan anak buah pak Jonan, mengalami gangguan lah, ada kerusakan lah, masuk Depo lah, dll. Jadi biasanya di Mangarai bisa nunggu sekitar setengah jam. Akibatnya sampai ke rumah pas adzan Isya. Loh....kapan sholat Magribnya ?

Beberapa kali, aku mencoba untuk sholat Magrib dahulu di kantor, jadi pulang kira-kira jam 18.30.  Tapi ampun deh, tambah malem bukannya tambah sepi orang, malah tambah penuh.  Jadinya perjalanan sangat lambat, sampai di rumah hampir jam sembilan malam.  Mandi, sholat isya  tidur, bangun lagi, sholat subuh, lalu berangkat lagi ke kantor. Benar-benar pulang cuma mau numpang tidur.  Rasanya enggak sehat hidup rutin seperti itu.  Jadi pilihan pulang jam 17.30 agak lebih manusiawi.  Masih memiliki waktu sekitar 90 menit untuk membantu anaku ngerjakan PR, mendengarkan cerita istriku, menonton acara D'terong, dll.  Tapi masalahnya, sholat magrib dimana ?

Di statsiun Mangarai memang ada Mesjid terletak di pojok dekat WC dengan ukuran sekitar 4 x 6 meter ditambah emperannya sekitar 90 centimeter.  Tapi dengan waktu Magrib yang cuma sedikit, maka tempat tersebut menjadi sangat kecil dibandingkan dengan jumlah orang yang ada.  Karpet hijaunya sungguh kotor, berbau dan sudah bercampur debu.  Kalau kita sujud disana, maka akan menempel beberapa kerikil dk kening.  Biasanya pas waktu magrib akan ada dua imam  yaitu imam yang di dalam dan imam yang di emperan.  Imam yang diemperan mengimami sekitar 6 orang yang berbaris dua dua, di ubin kramik warna putih. Diluar orang yang sholat berjubel orang yang ngantri ambil air wudlu dan orang yang ngantri masuk mesjid.  Tampak orang-orang sholeh dan sholehah itu tabah menerima kenyataan yang harus dihadapi, sambil telinga waspada mendengar pengumuman kereta yang dinantikan sedang tertahan di sinyal masuk statsiun mana.

Ya Allah....aku ingin sholat.

Mudah-mudahan ajaran guru ngajiku yang menyebutkan bahwa dalam keadaan seperti itu, sholat Magribnya boleh di 'jama dengan sholat Isya setelah sampai di rumah, adalah benar.  Mudah-mudahan ada kekuatan yang menggerakan sehingga di tempat-tempat umum harus menyediaka Mesjid, sehingga aku bisa sholat tepat waktu dan berjamaah. Tidak harus nunggu pensiun.  Mudah-mudahan pak Jonan baca blogku lalu membangun mesjid yang besar di Mangarai.

Ya Allah........aku ingin sholat.

(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar