Rasanya baru saja kemaren aku berkumpul di mesjid
Bank Indonesia untuk mengikuti pembukaan manasik haji Khafilah Haji
Bank-Bank Pemerintah (KHBP) yang namanya kadang suka ketuker dengan HKBP
(Huria Kristen Batak Protestan). Sekarang aku sudah ditugaskan untuk
membuka pelaksanaan manasik yang sama namun berbeda penyelenggara.
Bank-bank pemerintah yang dahulunya bekerja sama membuat KBIH (Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji) yang dinamakan KHBP sekarang masing-masing bank
membentuk KBIH sendiri yang dimotori oleh masing-masing pengurus BAPEKIS
(Badan Pembina Kerohanian Islam). Setelah dihitung dengan benar,
ternyata rentang waktu tersebut cukup lama yaitu 10 tahun. Aku ikut
manasik di KHBP tahun 2002, dan pembukaan manasik BAPEKIS kemaren tahun
2012.
Tujuan utama orang berangkat haji adalah untuk menunaikan
rukun islam kelima, dan diharapkan dapat dilakukan dengan sempurna
sesuai rukun dan syarat haji. Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan
insentif yang biasa dinamakan manasik haji. Semacam masuk kedalam suatu
kursus atau bimbingan belajar, yang bukan hanya menyiapkan masalah
tata-cara pelaksanaan termasuk praktek 'dummy' haji, juga dalam setiap
pelatihannya disiapkan dari sisi mental terutama keikhlasan dan
kesabaran.
Keihkhlasan diperlukan karena selama 25 - 40 hari
harus meninggalkan keluarga dan pekerjaan, serta harus mengeluarkan
biaya yang cukup besar untuk ongkos haji (administrasi, pesawat, sewa
rumah yang termasuk dalam komponen ONH yang dibayarkan ke pemerintah).
Juga ongkos-ongkos lainnya seperti biaya ratiban, bekal perjalanan,
cadangan beli oleh-oleh, serta biaya yang harus ditinggalkan untuk
keluarga di rumah. Kesabaran amat sangat diperlukan mengingat
perjalanan dilakukan ke negeri orang yang tentu saja berbeda suhu
udaranya maupun lingkungannya. Terus perjalanan dilakukan berbarengan
sekitar 2 - 3 juta orang menuju satu koordinat yang sama. Walaupun
tujuan ibadahnya sama tetapi budaya serta adat istiadat masing-masing
jemaah haji apalagi berbeda negara, tentu saja berbeda. Maka hanya
dengan kesabaran dan empati, ritual ibadah haji dapat dilakukan dengan
sempurna. Terhindar dari jidal, fusuk, dan rofas yang dilarang dilakukan
selama ibadah haji.
Kalau rukun dan syarat haji telah
dilaksanakan dengan sempurna, serta jemaah haji tidak melakukan jidal,
fusuk dan rofas, maka insya Allah pulang menjadi haji yang mabrur.
Masalahnya yang seperti apakah haji mabrur itu ? Apakah hajiku sepuluh
tahun lalu termasuk haji mabrur ? Aku pikir itulah inti manasik, yaitu
menyiapkan jemaah haji supaya mampu mendapatkan predikat haji mabrur.
Untuk itu diperlukan suatu hal yang jelas dan mudah untuk menerangkan
definisi haji mabrur.
Dalam penutupan manasik sepulang ibadah
haji, aku masih teringat ceramah Profesor Amin Suma dimana beliau
menjadi pemimpin 7 rombongan KHBP, beliau menyebutkan bahwa haji mabrur
adalah seseorang yang sekembalinya dia melakukan ibadah haji menunjukkan
peningkatan kualitas. Misalnya kualitas ibadah sholat yang dahulunya
sering bolong, menjadi tidak ada lagi bolongnya. Yang dahulunya asal
mengerjakan (cepatan, telatan), menjadi lebih tertib dan tepat waktu.
Yang dahulunya telah tertib dan tepat waktu meningkat menjadi ditambah
rawatib. Yang dahulunya telah terbiasa sholat rawatib, maka
ditingkatkan lagi dengan sholat malam dan witir, dan seterusnya.
Kualitas
zakat juga semakin meningkat baik dari sisi persentase dengan
penambahan infak dan shodaqoh, serta unsur riya semakin dikendalikan.
Kehidupan bermasyarakat semakin menjadi orang yan berguna bagi
masyarakat sekitarnya dengan semakin peduli kebutuhan tetangga, mau ikut
berkorban baik tenaga maupun harta untuk kepentingan umum, menghormati
kepentingan warga, dll.
Intinya haji yang dianggap mabrur bukan
berarti harus berada dalam tarap sempurna, tetapi cukup dengan meningkat
mengarah pada kesempurnaan dan dilakukan secara terus menerus.
Diharapkan dengan mengingat kembali saat-saat melakukan ibadah haji,
maka walaupun tanpa pergi haji lagi, haji yang mabrur akan terus menerus
melakukan peningkatan kualitas dirinya. Berdoalah selalu sehabis
sholat allahuma hajjan mabruro (jadikan haji mabrur) sa'ian maskuro (sai
yang diterima) danzban magfuro (dosa diampuni) amalan solihan makbul
(amal soleh yang baik) tijarrotan lantabur (usaha yang tidak pernah
merugi). Menurutku do'a itu merupakan do'a yang sangat efisien karena
menyangkut dunia akhirat, dan hanya dituntunkan bagi orang-orang yang
pernah melakukan ibadah haji.
Banyak di antara teman-temanku yang
mengatakan aku gak mau melakukan ibadah haji dahulu karena takut
menyandang predikat haji, yaitu takut nanti kelakuannya tidak
menunjukkan kelakuan haji (belum mampu sampai pada tingkatan sempurna).
Padahal sebenarnya siapa sih yang tahu kesempurnaan ibadah ? Dengan
definisi mabrur adalah yang mampu meningkatkan kualitas, aku pikir itu
lebih masuk akal dan lebih gampang. Sehingga akan menghilangkan
ketakutan orang yang merasa belum siap melaksanakan ibadah haji.
Mak
Duleh, Guru ngaji istriku sering bilang bahwa kalau orang meninggal dan
belum berhaji, sedangkan dia telah diberikan rejeki yang cukup untuk
berangkat haji, maka dia tinggal pilih apakah mau dianggap yahudi atau
nasrani. Jadi....so what gitu loh. Takdir kematian seseorang itu tidak
bisa diprediksi dengan tepat, tetapi kedatangannya pasti. Jadi siapkan
diri Anda, salah satunya segera berhaji biar tidak dianggap yahudi atau
nasrani di akhirat nanti. Jangan terlalu memikirkan beban predikat haji,
yang penting kita berusaha, Insya Allah yang dilihat oleh Tuhan adalah
usaha kita. Belum sempurna ? ya kita sempurnakan sedikit demi sedikit,
dan tentu saja berdo'a Allahuma hajjan mabruro.
Sebagaimana
sholat dikatakan tanha anil pahsyaiwalmunkar yaitu sholat dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar. Tapi kok masih banyak perbuatan keji dan
munkar di Indonesia ? Jalan keluarnya bukan menghentikan sholat atau
tidak mau sholat dulu katena belum bisa berhenti berbuat keji dan
munkar, tetapi sholatlah agar kiata selalu ingat untuk tidak melakukan
perbuatan keji dan munkar.
Demikian juga berhaji......minimal
selama 40 hari atau 25 hari jadi orang baik, karena selalu berkumpul
dengan orang-orang baik. Daripada tidak pernah berhaji, maka tidak
pernah menjadi orang baik secara konsisten dalam waktu sebulan.
Mudah-mudahan setelah sebulan selalu sholat, selalu kemesjid berjamaah,
itu akan membekas menjadikan kualitas ibadah kita meningkat satu
setrip......itu sudah mabrur.....gampang khan ? Setelah pulang ketika
akan melakukan perbuatan salah, predikat haji akan membantu mencegahnya,
kadang tidak berhasil tetapi sekali-sekali berhasil......lumayan.
Jadi
tunggu apa lagi, segeralah berhaji, niatkan jangan hanya di dalam hati.
Pergilah ke bank mulai membuat tabungan haji. Siapa tahu kalau tenyata
udah keburu harus ketemu malaikat ijroil sebelum berangkat haji, buku tabungan
haji dapat dianggap ijasah haji......hehehehe.
(salam hangat dari kang sepyan)
alhamdulillah sudah seperti pak ustad kasih ceramah,gak ngira ya fasih juga hehehe....... sukses selalu
BalasHapusini yang seri spiritual.....ada juga khan yang seri sosial dan seri manajerialnya......tapi kalo urusan haji, kalah sama mba tutut deh.
BalasHapushatur thankyou mang artikel haji mabrurnya...moga bisa nyusl ntar :-)
BalasHapussok atuh didungakeun.....kalo belum punya tabungan haji, besok senin segera ke bank buka tabungan haji. Kata pak ustadz......ajal tidak menunggu manusia tersebut bertobat.
BalasHapusmohon do'a nya mang, smoga bisa menjalankan ibadah haji dngn baik dan menjadi orang "berperilaku lebih baik sepulangx ibadah haji...amiin
BalasHapus