Senin, 10 September 2012

HAJI MABRUR

Rasanya baru saja kemaren aku berkumpul di mesjid Bank Indonesia untuk mengikuti pembukaan manasik haji Khafilah Haji Bank-Bank Pemerintah (KHBP) yang namanya kadang suka ketuker dengan HKBP (Huria Kristen Batak Protestan).  Sekarang aku sudah ditugaskan untuk membuka pelaksanaan manasik yang sama namun berbeda penyelenggara.  Bank-bank pemerintah yang dahulunya bekerja sama membuat KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) yang dinamakan KHBP sekarang masing-masing bank membentuk KBIH sendiri yang dimotori oleh masing-masing pengurus BAPEKIS (Badan Pembina Kerohanian Islam). Setelah dihitung dengan benar, ternyata rentang waktu tersebut cukup lama yaitu 10 tahun. Aku ikut manasik di KHBP tahun 2002, dan pembukaan manasik BAPEKIS kemaren tahun 2012.

Tujuan utama orang berangkat haji adalah untuk menunaikan rukun islam kelima, dan diharapkan dapat dilakukan dengan sempurna sesuai rukun dan syarat haji.  Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan insentif yang biasa dinamakan manasik haji. Semacam masuk kedalam suatu kursus atau bimbingan belajar, yang bukan hanya menyiapkan masalah tata-cara pelaksanaan termasuk praktek 'dummy' haji, juga dalam setiap pelatihannya disiapkan dari sisi mental terutama keikhlasan dan kesabaran.

Keihkhlasan diperlukan karena selama 25 - 40 hari harus meninggalkan keluarga dan pekerjaan, serta harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk ongkos haji (administrasi, pesawat, sewa rumah yang termasuk dalam komponen ONH yang dibayarkan ke pemerintah).  Juga ongkos-ongkos lainnya seperti biaya ratiban, bekal perjalanan, cadangan beli oleh-oleh, serta biaya yang harus ditinggalkan untuk keluarga di rumah.  Kesabaran amat sangat diperlukan mengingat perjalanan dilakukan ke negeri orang yang tentu saja berbeda suhu udaranya maupun lingkungannya. Terus perjalanan dilakukan berbarengan sekitar 2 - 3 juta orang menuju satu koordinat yang sama.  Walaupun tujuan ibadahnya sama tetapi budaya serta adat istiadat masing-masing jemaah haji apalagi berbeda negara, tentu saja berbeda.  Maka hanya dengan kesabaran dan empati, ritual ibadah haji dapat dilakukan dengan sempurna. Terhindar dari jidal, fusuk, dan rofas yang dilarang dilakukan selama ibadah haji.

Kalau rukun dan syarat haji telah dilaksanakan dengan sempurna, serta jemaah haji tidak melakukan jidal, fusuk dan rofas, maka insya Allah pulang menjadi haji yang mabrur.  Masalahnya yang seperti apakah haji mabrur itu ? Apakah hajiku sepuluh tahun lalu termasuk haji mabrur ? Aku pikir itulah inti manasik, yaitu menyiapkan jemaah haji supaya mampu mendapatkan predikat haji mabrur.  Untuk itu diperlukan suatu hal yang jelas dan mudah untuk menerangkan definisi haji mabrur.

Dalam penutupan manasik sepulang ibadah haji, aku masih teringat ceramah Profesor Amin Suma dimana beliau menjadi pemimpin 7 rombongan KHBP, beliau menyebutkan bahwa haji mabrur adalah seseorang yang sekembalinya dia melakukan ibadah haji menunjukkan peningkatan kualitas. Misalnya kualitas ibadah sholat yang dahulunya sering bolong, menjadi tidak ada lagi bolongnya. Yang dahulunya asal mengerjakan (cepatan, telatan), menjadi lebih tertib dan tepat waktu.  Yang dahulunya telah tertib dan tepat waktu meningkat menjadi ditambah rawatib.  Yang dahulunya telah terbiasa sholat rawatib, maka ditingkatkan lagi dengan sholat malam dan witir, dan seterusnya.

Kualitas zakat juga semakin meningkat baik dari sisi persentase dengan penambahan infak dan shodaqoh, serta unsur riya semakin dikendalikan.  Kehidupan bermasyarakat semakin menjadi orang yan berguna bagi masyarakat sekitarnya dengan semakin peduli kebutuhan tetangga, mau ikut berkorban baik tenaga maupun harta untuk kepentingan umum, menghormati kepentingan warga, dll.

Intinya haji yang dianggap mabrur bukan berarti harus berada dalam tarap sempurna, tetapi cukup dengan meningkat mengarah pada kesempurnaan dan dilakukan secara terus menerus.  Diharapkan dengan mengingat kembali saat-saat melakukan ibadah haji, maka walaupun tanpa pergi haji lagi, haji yang mabrur akan terus menerus melakukan peningkatan kualitas dirinya.  Berdoalah selalu sehabis sholat allahuma hajjan mabruro (jadikan haji mabrur) sa'ian maskuro (sai yang diterima) danzban magfuro (dosa diampuni)  amalan solihan makbul (amal soleh  yang baik) tijarrotan lantabur (usaha yang tidak pernah merugi). Menurutku do'a itu merupakan do'a yang sangat efisien karena menyangkut dunia akhirat, dan hanya dituntunkan bagi orang-orang yang pernah melakukan ibadah haji.

Banyak di antara teman-temanku yang mengatakan aku gak mau melakukan ibadah haji dahulu karena takut menyandang predikat haji, yaitu takut nanti kelakuannya tidak menunjukkan kelakuan haji (belum mampu sampai pada tingkatan sempurna). Padahal sebenarnya siapa sih yang tahu kesempurnaan ibadah ? Dengan definisi mabrur adalah yang mampu meningkatkan kualitas, aku pikir itu lebih masuk akal dan lebih gampang. Sehingga akan menghilangkan ketakutan orang yang merasa belum siap melaksanakan ibadah haji.

Mak Duleh, Guru ngaji istriku sering bilang bahwa kalau orang meninggal dan belum berhaji, sedangkan dia telah diberikan rejeki yang cukup untuk berangkat haji, maka dia tinggal pilih apakah mau dianggap yahudi atau nasrani. Jadi....so what gitu loh. Takdir kematian seseorang itu tidak bisa diprediksi dengan tepat, tetapi kedatangannya pasti. Jadi siapkan diri Anda, salah satunya segera berhaji biar tidak dianggap yahudi atau nasrani di akhirat nanti. Jangan terlalu memikirkan beban predikat haji, yang penting kita berusaha, Insya Allah yang dilihat oleh Tuhan adalah usaha kita. Belum sempurna ? ya kita sempurnakan sedikit demi sedikit, dan tentu saja berdo'a Allahuma hajjan mabruro.

Sebagaimana sholat dikatakan tanha anil pahsyaiwalmunkar yaitu sholat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Tapi kok masih banyak perbuatan keji dan munkar di Indonesia ? Jalan keluarnya bukan menghentikan sholat atau tidak mau sholat dulu katena belum bisa berhenti berbuat keji dan munkar, tetapi sholatlah agar kiata selalu ingat untuk tidak melakukan perbuatan keji dan munkar.

Demikian juga berhaji......minimal selama 40 hari atau 25 hari jadi orang baik, karena selalu berkumpul dengan orang-orang baik. Daripada tidak pernah berhaji, maka tidak pernah menjadi orang baik secara konsisten dalam waktu sebulan. Mudah-mudahan setelah sebulan selalu sholat, selalu kemesjid berjamaah, itu akan membekas menjadikan kualitas ibadah kita meningkat satu setrip......itu sudah mabrur.....gampang khan ?  Setelah pulang ketika akan melakukan perbuatan salah, predikat haji akan membantu mencegahnya, kadang tidak berhasil tetapi sekali-sekali berhasil......lumayan.

Jadi tunggu apa lagi, segeralah berhaji, niatkan jangan hanya di dalam hati. Pergilah ke bank mulai membuat tabungan haji. Siapa tahu kalau tenyata udah keburu harus ketemu malaikat ijroil sebelum berangkat haji, buku tabungan haji dapat dianggap ijasah haji......hehehehe.

(salam hangat dari kang sepyan)

5 komentar:

  1. alhamdulillah sudah seperti pak ustad kasih ceramah,gak ngira ya fasih juga hehehe....... sukses selalu

    BalasHapus
  2. ini yang seri spiritual.....ada juga khan yang seri sosial dan seri manajerialnya......tapi kalo urusan haji, kalah sama mba tutut deh.

    BalasHapus
  3. hatur thankyou mang artikel haji mabrurnya...moga bisa nyusl ntar :-)

    BalasHapus
  4. sok atuh didungakeun.....kalo belum punya tabungan haji, besok senin segera ke bank buka tabungan haji. Kata pak ustadz......ajal tidak menunggu manusia tersebut bertobat.

    BalasHapus
  5. mohon do'a nya mang, smoga bisa menjalankan ibadah haji dngn baik dan menjadi orang "berperilaku lebih baik sepulangx ibadah haji...amiin

    BalasHapus