Sabtu, 15 Desember 2012

PENYAMUN

Kata penyamun mulai aku dengar dari buku ceritera di perpustakaan SD kalau gak salah judulnya pangeran di sarang penyamun.  Seorang pangeran dari sebuah kerajaan, melakukan perjalanan ke pinggiran hutan untuk berburu.  Namun sialnya sang pangeran terpisah dari rombongan ketika sedang asyk memburu seekor kijang, dan dia tersesat.  Ditengah perjalanan dia bertemu dengan segerombolan penyamun.  Awal mulanya pangeran bertemu dengan seorang tua yang juga sedang mengembara, lalu pangeran meminta kepada orang tua tersebut untuk ditunjukkan jalan pulang ke arah kota.  Pangeran mengira bahwa orang tua adalah orang baik-baik, sehingga dia mau saja ketika dibawa masuk ke dalam hutan.  Namun rupanya ketika sudan berada di dalam hutan dia diserahkan kepada gerombolan penyamun, dan rupanya orang tua tersebut adalah salah satu anggota gerombolan. 

Ketika telah berada di dalam hutan, gerombolan tersebut termasuk orang tua yang tadi menunjukkan jalan berubah menjadi beringas, merampas semua harta yang dimiliki pangeran termasuk emas dan berlian yang dipakai sebagai perhiasan.  Tidak cukup itu, ketika gerombolan penyamun tersebut mengetahui bahwa dia adalah pangeran dari suatu kerajaan, dia menyandera dan mengancam pangeran serta  meminta tebusan kepada Raja berupa setengah dari harta seluruh kerajaan.  Kalau tebusan tersebut tidak dipenuhi, maka sang pangeran akan di bunuh.  Aku berfikir bahwa betapa jahat penyamun tersebut, dan kita harus hati-hati menilai orang karena yang kita lihat baik, bisa saja di dalam lubuk hatinya tersimpan niat jahat.

Melompat pada kejadian masa kini, mari kita membahas berita yang cukup panas yang sering ditayangkan di Televisi dalam dua bulan terakhir ini diantaranya adalah menyangkut adanya pemerasan oleh anggota DPR kepada Direksi BUMN, dan konon katanya dilaporkan oleh Dahlan Iskan sebagai Menteri BUMN.  Ceritera tentang hal ini sebenarnya sudah aku dengar jauh-jauh hari, walaupun hanya seperti ceritera bisik-bisik diantara kami para karyawan, jadi bukan merupakan berita baru.  Kadang dapat informasi dari teman kami yang bekerja sebagai staf di sekretariat perusahaan BUMN ketika sedang menyiapkan bahan untuk menghadapi panggilan DPR. Atau kadang dapat ceritera dari Bapak-Bapak calon Direksi yang melakukan fit and proper test di kementrian BUMN......hehehe katanya banyak telepon dan SMS dari orang yang mengaku dapat menggolkan menjadi Direksi BUMN, melalui oknum anggota DPR.  Kebenaran cerita tersebut ya belum tentu, namanya juga cuma 'rumor' atau 'gosip' digosok makin sip.

Aku coba mengingat-ingat kronologi kejadian pelaporan oleh Menteri BUMN, bermula dari adanya surat edaran kementrian sekretaris kabinet pak Dipo Alam, isinya kira-kira semua kementrian harus kerja yang lurus, jangan mau dirong-rong oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.  Kementrian BUMN menindak lanjuti dengan membuat surat edaran serupa kepada seluruh Direksi BUMN.  Rupanya ada beberapa Direksi BUMN yang menanggapi surat edaran tersebut dengan melaporkan kepada Menteri BUMN tentang adanya 'permintaan' fasilitas dari oknum anggota DPR ke perusahaannya.  Menteri BUMN meneruskan laporan tersebut melalui SMS kepada Menteri Dipo Alam.

Aku pikir ceritera sampai disini adalah sebuah cerita yang wajar, sebuah ceritera supervisi dan monitoring antara atasan dan bawahan.  Bahkan laporan pak Dahlan Iskan sangat baik karena dilakukan secara informal (melalui SMS).  Tentunya hal tersebut dimaksudkan untuk dapat dicarikan strategi yang tepat  mengupayakan perbaikan dimasa mendatang, yang bisa menguntungkan perusahaan tetapi tidak merugikan atau mencoreng pihak lain.  Karena namanya 'permintaan' biasanya tersirat bukan tersurat, jadi akan sulit dibuktikan.  Sebagaimana halnya orang pacaran, yang bisa dibuktikan di depan hukum khan kalau sudah menikah, ada surat nikahnya.  Kalau baru pacaran saja, amat sulit membuktikannya.  Atau meminjam istilah Bapak Dirut RNI dalam salah satu acara TV katanya seperti kentut, kejadiannya dapat di dengar dan dirasakan, tetapi sulit dibuktikan, apalagi kalau yang kentut menyangkal dengan sumpah pocong.

Ceritera berubah menjadi bola panas ketika SMS menteri Dahlan Iskan kepada menteri Dipo Alam bocor dan menjadi konsumsi media.  Sebagian besar anggota DPR merasa menjadi tertuduh dan dia menuntut Dahlan Iskan menyebutkan siapa oknum yang 'meminta' tersebut, karena kalau tidak jelas nama orangnya, dianggap seluruh anggota DPR berbuat seperti itu.   Media dan beberapa pihak lain memanas-manasi dengan mengubah kata 'meminta' menjadi 'memeras', 'memalak' atau 'kongkalingkong'. Dan pak Dahlan Iskan dengan polosnya menyebutkan bahwa dia sudah punya sepuluh nama anggota DPR sesuai dengan laporan dari Direksi BUMN.

Badan Kehormatan DPR bertindak dengan memanggil Dahlan Iskan untuk meminta  nama-nama anggota DPR tersebut, walaupun pada akhirnya hal ini dalam berita berubah istilahnya menjadi pak Dahlan Iskan melaporkan anggota DPR ke BK.  Pada akhirnya timbul polemik, kenapa melaporkannya ke BK DPR bukannya ke KPK ?  Demikian juga ketika hanya dua nama yang disampaikan, timbul juga polemik dari anggota DPR kenapa hanya dua bukan sepuluh sebagaimana pernah disampaikan ke media sebelumnya oleh pak menteri.  Setelah kemudian daftar anggotanya ditambah lagi menjadi delapan, dan kemudian ada kesalahan nama kemudian di revisi, timbul lagi polemik baru, bahkan sampai ke teori persiapan pemilihan presiden 2014.  Maklum pak Menteri ini terkenal di masyarakat adalah menteri yang jujur, rendah hati, tapi sangat kaya dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat, suatu perpaduan sifat yang mengancam eksistensi calon presiden lainnya yang dijagokan. 

Disamping BK bekerja meminta laporan dari Mentri BUMN, komisi DPR yang lain mengorbankan waktu 'reses' nya untuk mengadakan sidang dengan memanggil jajaran kementrian ESDM.  Hal tersebut mengingat adanya temuan hasil audit BPK terhadap PLN yang menyebutkan adanya inefisiensi di tubuh PLN sebesar Rp. 37 T.  Kebetulan sekali mantan Dirut PLN dalam periode audit adalah Dahlan Iskan yang sedang di'bidik' yang saat itu sudah promosi menjadi Menteri BUMN.  Sidang komisi tersebut dilakukan secara terbuka, sehingga diliput oleh media Televisi.

Aku melihat bahwa orang-orang yang ada di Televisi atau orang-orang yang tehormat yang kata-katanya harusnya bijak, berubah menjadi beringas, menyandera, menuduh, mengancam.  Coba lihat apa kata-kata yang dilontarkan oleh anggota DPR saat membahas hasil temuan BPK dalam rapat komisi dengan kementrian ESDM, menurut aku yang awam, kok rasanya kurang proporsional.  Ketua komisi menyebutkan saya ingin mengusir.  Anggota komisi lain menyebutkan tidak menghargai karena hanya membaca resume audit BPK.  Ada yang mengkritik sikap, ada yang mengkritik penampilan, ada yang menggelembungkan masalah, ada yang menyalahkan persiapan.  Padahal hal yang ditanyakan adalah pekerjaan yang telah diserah terimakan kepada pejabat lain (Dirut PLN).  Kalau kebiasaan ditempatku sih, biasanya diselesaikan dulu oleh pejabat yang sekarang menangani, baru kalau ada hal yang perlu dikonfirmasi, maka dikonfirmasikan ke pajabat sebelumnya, etika nya memang begitu.  Tapi karena ini menyangkut negara, mungkin berbeda etika.

Ting tong, lampu tanda penggunaan sabuk pengaman dinyalakan.....Alhamdulillah sebentar lagi pesawatku yang membawa terbang dari Jakarta ke Medan akan segera mendarat.  Jadi ceriteranya cukup sampai disini saja........soalnya mba pramugari sudah menyuruh mematikan alat elektronik........yu dadah.

(salam hangat dari kang sepyan)

1 komentar:

  1. Kalau di Parahyangan dulu ada kisah Sangkuriang, dan Dahyang Sumbi...hidup dibelantara raya yg banyak penyamunya..logikanaya penyamun itu harus di tempat banyak orang kaya di DPR Sekarang...Jadi meski banyak orang kalau orangnya tidak beriman dan baertaqwa pada Tuhan YME, apa bedanya dengan hidup di hutan belantara teu aya rencang......yaaaa lahirlah penyamun di hutan belantara eksekutif yang sepi keimanan...wallohu allam...

    BalasHapus