Selasa, 04 Juni 2013

UMRAH PERDANA

Akhirnya waktu keberangkatan  umrah kami tujuh kakak beradikpun tiba.  Empat kakakku ceu Aam, Ceu Yeyet, Ceu Iis, dan Ceu Yayat yang semuanya perempuan dan dua adik laki-laki yaitu Ence dan Dencu, sudah berkumpul di rumah pada malam keberangkatan.  Rencananya travel akan menjemput kami pagi-pagi.  Maklum berangkat hari Senin, jadi walaupun jadwal pesawat jam 11 siang, kami harus berangkat subuh untuk mengantisipasi macetnya jalan dari Bekasi ke Cengkareng, berebutan dengan ribuan kendaraan lain yang akan berangkat kerja di Jakarta.

Selesai makan malam aku tanya sama ceu Aam dan ceu Yeyet, pada bawa bekal berapa ? Ternyata  mereka bilang bawa bekal rupiah sekitar lima ratus ribuan dan bekal riyal sekitar dua ratus lima puluh riyal.  Mereka memiliki riyal pemberian dari Jajang adikku yang tidak ikut umrah, karena kebetulan dia baru pulang haji tahun kemaren dan masih memiliki sisa riyal.
"Khan semua biaya, untuk ongkos dan makan sudah ditanggung travel, ini persediaan buat beli kurma saja ?" alasan ceu Aam.  
Dengan sedikit bercanda aku bilang "namanya juga mau berangkat ke luar negeri, masa cuma bawa uang segitu".  
"Jadi perlu bawa uang berapa ?" ceu Yeyet bertanya. 
Aku teruskan candaanku, "ya, dibawalah sekitar lima sampai sepuluh juta, pakai rupiah saja. Nanti kalau perlu belanja di sana baru ditukar sesuai kebutuhan".  
Padahal sebenernya bawa uang segitu juga menurutku udah cukup (walau minimal) asal tidak berniat membelikan oleh-oleh untuk orang sekampung.

Rupanya candaanku itu dianggap sangat serius, sehingga malam-malam mereka minta diantar ke ATM untuk membawa uang tunai tambahan masing-masing lima juta.  Bahkan salah satu adikku (aku tidak sebutkan namanya deh) membawa seluruh saldo tabungannya, walaupun tetep masih kurang dari lima juta.  Hehehe, jadi enggak enak......kirain mereka cuma bawa tambahan sekitar satu sampai dua juta saja.

Pagi-pagi buta kami sudah siap dengan seragam batik hijau yang kainnya dikasih dari travel.  Kakak-kakakku tampak saling mengamati dan membanggakan desain yang dipakainya, karena walaupun kainnya sama, ternyata hasil akhirnya berbeda. Ada yang model tangannya besar, ada yang diberi variasi kain renda, bahkan ada juga yang dikombinasikan dengan tambahan kain hijau polos.  Demikian juga atribut lainnya sudah melekat, terutama ceu Yeyet tampak paling komplit.  Tas kuning berisi paspor, dan keperluan pribadi sudah dikalungkan di leher dan diikat ke badan, terus ditambah tanda pengenal dan lain-lain, pokoknya heboh banget.  Sedangkan kami yang laki-laki tidak seheboh kakak-kakak perempuan.

Setelah sarapan, sekitar jam 5.30 kami berangkat.  Bissmillahi amantu billah, tawakaltu alallah. Labbaika allahuma labbaika. Labbaika laasyarikalaka labbaika.  Innal hamda wani'matalaka walmulka.  Laa syarikalaka.

Sampai di Cengkareng sekitar jam 7.30 pagi dan sambil menunggu jamaah lain, travel telah menyediakan sarapan dengan membooking salah satu restoran yang ada di depan pintu masuk terminal D.  Dan kamipun sarapan untuk yang kedua kalinya, yaitu tadi pagi sehabis subuh sarapan di rumah, dan sekarang sarapan lagi. Harus persiapan stamina yang kuat, jadi makan banyak bolehlah untuk kali ini.  Lupakan diet. Sekitar jam 9 kami dibagi boarding pass dan paspor, serta disuruh masuk ke ruang tunggu.

Karena orang berjubel yang masuk, kami agak terpencar-pencar dalam antrian.  Ternyata ada kejadian heboh saat masuk ke Terminal 2.D.  Salah satu kakakku (ini juga aku rahasiahkan namanya), ngotot tidak mau melepaskan tas kecilnya untuk dimasukkan ke tempat X-ray.  Kebetulan diantara kami bertujuh, ada dua orang kakakku yang belum pernah naik pesawat, jadi umrah ini merupakan pengalaman pertama naik pesawat.  Terjadi perdebatan dan saling tarik antara petugas dan kakakku.  Petugas tetap meminta seluruh barang bawaan masuk X- ray dan kakakku tetap tidak mau.  Kakakku ketakutan melepaskan tas kecilnya karena berisi seluruh barang berharga yang dia punya, termasuk perhiasan, riyal dan uang tunai lima juta yang dibawa dari ATM tadi malam.  Untung kejadian tersebut dilihat oleh kakakku yang lainnya yang sudah biasa naik pesawat.  Setelah dijelaskan, akhirnya walaupun dengan penuh kewaspadaan, tas kecil tersebut mau juga dilepas masuk lorong X-ray.  Kasihan sekali dia, mukanya sampai pucat.  Kami lupa menjelaskan hal tersebut sebelumnya, karena tadinya kami pikir itu adalah hal yang biasa saja.

Setelah selesai pemeriksaan imigrasi kami duduk di ruang tunggu, menunggu panggilan boarding.  Karena mungkin pagi-pagi sudah makan dua kali, dan berangkat subuh-subuh belum sempat "menyetor" secara tuntas, maka harus dilakukan penuntasan "setoran" ke kamar mandi bandara.  Kembali terjadi kejadian heboh didalam kamar mandi.  Kakakku teriak-teriak di dalam kamar mandi karena tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan air.  Ketika masuk, karena "mendesak" alias "kebelet" tidak melakukan orientasi lapangan dulu.  Begitu ada lobang langsung sikat, setelah selesai baru bingung membereskannya. Kembali salah satu kakakku yang lain meng"guide" cara-cara menggunakan alat kamar mandi dari luar ruangan.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kejadian-kejadian tersebut banyak di alami oleh orang-orang yang berumrah dan berhaji, terutama yang dari kampung-kampung dimana mereka belum pernah punya pengalaman menggunakan peralatan modern dan belum pernah masuk bandara.  Seperti cara naik lift, naik eskalator, penggunaan shower, bath tube, pengaturan air panas dan dingin, menyalakan dan mengatur AC, menggunakan kunci berbentuk kartu, menggunakan toilet duduk, prosedur pemeriksaan x-ray, prosedur di imigrasi, mencari tempat duduk di pesawat, memasang sabuk pengaman, dan lain-lain.  Yang bisa saja menurut pendapat orang yang biasa bepergian hal tersebut sangat biasa, tetapi menurut sebagian orang merupakan hal yang luar biasa.  Dimana setiap kegiatan tersebut dilakukan, akan selalu memacu adrenalin dan membuat detak jantung meningkat.

Manasik perlu dilakukan bukan hanya tentang bagaimana pengerjaan rangkaian ibadah umrah dan haji, tetapi juga harus termasuk bagaimana prosedur masuk hotel, masuk bandara, masuk pesawat, masuk mal, dsb.  Jadi kemajuan yang didapat, bukan hanya tambahan amal ibadah, juga tambah menjadi manusia modern.....hehehe.....seperti kakakku.


(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar