Jumat, 16 Agustus 2013

TEBOY

Kebiasaanku selama bulan puasa ini adalah sahur menjelang akhir.  Kira-kira jam 3.45 bangun, lalu menyiapkan makanan dan jam 4.10 menit kami mulai makan sahur sampai jam 4.30.  Kata pak ustadz kita disunahkan mengakhirkan makan sahur.  Sunnah yang menurut aku sangat bermanfaat karena jangka waktu dari makan sahur ke buka puasa menjadi semakin pendek, jadi akan mengurangi rasa lapar.  Terus jangka waktu ke sholat subuh tinggal 10 menit pas banget untuk persiapan bersuci dan pergi ke mesjid.  Waktu tidur malam juga bisa cukup panjang, cukup untuk istirahat untuk mengerjakan tugas rutin esok hari.

Tapi malam kemaren aku dibangunkan oleh suara hp istriku yang terus berbunyi sekitar jam 2 malam.  Lagi enak-enaknya kami terlelap, rupanya ada teman istriku tetangga RT yang mebangunkan kami.  Katanya ketika mau persiapan makan sahur, dia keluar sebentar dan melihat didepan rumahnya ada kucing angora warna putih.  Dia mengabarkan mungkin kucing itu adalah kucing kami yang hilang.  Sambil merem-merem terpaksa deh aku ngeluarin motor jalan ke rumahnya .  Dan sampai disana, kucingnya sudah tidak ada di tempat yang tadi.

Sudah dua minggu ini si Teboy, begitu kami memanggil kucing kami, hilang.  Awalnya adalah ketika sedang mempersiapkan makan sahur, orang yang bantu-bantu di rumah membuka pintu keluar, mungkin ingin cari angin atau mau buang sampah.  Setelah itu pintu dibiarkan terbuka, dan si Teboy memanfaatkan kesempatan tersebut untuk jalan-jalan keluar.  Entah tersesat, entah ada orang yang ngambil, atau entah karena apa karena sejak saat itu dia gak pernah pulang ke rumah.

Istriku cenderung menganggap si Teboy tersesat, sehingga setiap pagi dia keliling perumahan yang hampir meliputi dua RW.  Memperhatikan selokan, halaman rumah orang, tempat-tempat sampah, yang diperkirakan bisa dijadikan persembunyian si Teboy.  Sehingga hampir seluruh tetangga tahu akan kehilangan si Teboy, ciri-cirinya adalah kucing angora besar, hidungnya pesek, berbulu putih dengan sedikit abu-abu di kepala dan buntutnya.  Akibatnya, begitu mereka melihat ada kucing warna putih, sering telepon ke rumah.  Walaupun sampai sekarang yang mereka lihat ternyata kucing kampung biasa, bukan Teboy kami.

Sedangkan kalau aku lebih cenderung menduga si Teboy ada yang ngambil.  Karena akhir-akhir ini, kalau setiap pagi aku mau berangkat subuh ke mesjid, kok banyak sekali tukang "pulung" dengan ciri khas membawa besi panjang yang ujungnya dibengkokan dan membawa karung plastik besar.  Demikian pula kalau sore-sore jalan-jalan ke sekitar mesjid Al-Ahar komplek Jaka Permai, di sepanjang jalan berderet orang-orang duduk di trotoar.  Ibu-ibu muda membawa anak kecil, dan di depannya ada gerobak sampah.  Kesannya adalah mereka para pemulung.

Aku kadang berpikir, apakah mereka benar-benar pemulung atau sekedar menyamar menjadi pemulung ?  Memanfaatkan moment bulan puasa, bulan penuh barokah, dimana Allah melipat-gandakan pahala.  Sehingga banyak sekali orang ingin berbuat baik, membantu sesama untuk bersyukur atas karuna yang diberikan, diantaranya dengan cara bersedekah. 

Entah ini pikiran aku saja atau mungkin sama dengan pikiran yang lain, kalau misalnya mau bersedekah maka aku lebih senang memberikan pada pemulung dibandingkan kepada peminta-minta, dengan catatan kedua-duanya sama-sama secara fisik sehat.  Apalagi pemulung perempuan yang bawa anak kecil.  Kesannya mereka adalah pejuang tangguh, yang mau berusaha keras namun masih miskin.  Rasanya sangat layak diberi sedekah, rasana tidak sia-sia memberi sedekah pada mereka.  Syukur-syukur bisa dijadikan tambahan modal sehingga kehidupannya yang semula jadi tukang pulung berubah menjadi pengepul, selanjutnya menjadi pengusaha.  amin.

Tapi apakah benar-benar mereka pemulung ??? Nah itulah yang sekarang meragukan, dengan semakin bertambahnya komunitas mereka.  Jangan-jangan, modus seperti ini pun telah diorganisir sebagaimana pengemis ?? Jangan-jangan, mereka memiliki Bos yang telah mempelajari psikologi orang sedekah ?  Ini megapolitan....semua bisa terjadi.


Seperti tayangan hitam putih di Trans TV, ternyata menjadi peminta-minta walaupun bukan sebagai cita-cita tetapi telah menjadi mata pencaharian, bahkan menjadi profesi.  Dengan penghasilan setara penghasilan sarjana baru lulus yang kerja di sektor keuangan, bahkan mungkin lebih besar.  Serta ada koordinatornya atau mungkin semacam "mucikari" atau semacam "manajer" yang akan membantu dalam hal mencarikan tempat mangkal dan berurusan dengan pihak berwajib.  mmmmmmmhhhhhhh.......

 (salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar