Malam ini setelah sholat isya kami tidak taraweh lagi, tapi kami ganti
dengan takbiran. Orang-orang tua kami jaman dulu tidak perlu menunggu
sidang istbat selesai untuk menetapkan hari lebaran. Bukan karena tidak
mengikuti ketentuan pemerintah, tetapi karena waktu itu belum ada
siaran TV ke kampungku. Jadi cukup dengan melihat warna merah di
kalender ditambah dengan rembugan orang-orang sedesa, yang telah
diputuskan seminggu sebelum lebaran. Nampak Bapaku, kakekku dan
bapak-bapak lainnya yang biasanya duduk di shaf paling depan menghadap
ke kiblat, sekarang berbalik jadi menghadap ruangan langgar, bersender
pada kayu-kayu berwarna coklat kelabu yang menjadi tiang penyangga
dinding langgar. Dindingnya sendiri terbuat dari bilah anyaman bambu.
Kayu-kayu tersebut tampak berwarna coklat ke abu-abuan, bukan karena di
pernis, tetapi warna asli kayu yang telah terkombinasi dengan udara,
debu, panas, dan gosokan punggung-punggung baju waktu orang bersender.
Waktu
tadi berangkat isya, ayahku sengaja membawa lampu petromak yang ada di
rumah. Sehingga langgarku malam ini terasa lebih semarak dengan sinar
lampu petromak menerangi ruangan langgar ukuran 6 x 10 meter. Kalo lagi
tarawih malam-malam sebelumnya, mushola kami cukup diterangi dengan dua
lampu templok. Satu lampu templok digantungkan di paku yang di pasang
di tiang kayu penyangga mimbar. Dan satu lagi dipasang disalah satu
kayu tiang penyangga tengah mushola. Kalau kita melakukan tadarusan
sehabis sholat taraweh, maka salah satu lampu diturunkan, dan
orang-orang yang tadarusan akan duduk mengelilingi lampu. Memicingkan
mata menyesuikan besarnya iris mata dengan keremangan sinar yang
tersedia, untuk memastikan tidak ada titik ataupun tasjid yang kelewat.
Aku
bersama Kodir anaknya mang Asbul imam mushola dan Sahlan anaknya mang
Alasan, berkumpul bertiga di tengah ruang mushola. Kadang-kadang ikut
takbir yang dipimpin mang Asbul, tapi kadang-kadang enggak karena sibuk
ngobrol sambil ketawa-ketiwi. Bila kami lupa diri saking asyknya
ngobrol, Embah panggilan untuk kakekku akan melotot dan mengangkat
tangan dengan ibu jari dan telunjuk dibuat bentuk O, maksudnya isyarat
mengancam, kalau ribut terus mau di sentil. Biasanya kami segera
pura-pura khusuk ikut takbir. Tapi lima menit kemudian, kembali kami
ribut. Topik obrolan yang membuat kami lupa diri adalah tentang baju
lebaran. Kami saling menceritakan pengalaman masing-masing sampai
mendapat baju lebaran, misalnya bagaimana proses meminta, pilihan baju,
bagimana proses membeli di pasar, dll. Selalu menarik kalau sudah
membicarakan topik tersebut, kalau istilah sekarang di dunia maya
mungkin trending topik. Ada yang cerita bahwa waktu meminta baju
lebaran sampai harus pura-pura kabur dulu, untuk meluluhkan hati orang
tuanya agar mau menjual beberapa ekor ayam. Ada yang membeli baju
lebaran berupa baju pramuka yaitu celananya coklat tua dan bajunya
coklat muda, agar bisa sekalian dipakai untuk seragam pramuka sekolah.
Dan mata kami pun, menerawang membayangkan bagaimana rupa kami besok
waktu mengenakan baju lebaran.
Moment lebaran memang merupakan
salah satu, bahkan untuk kebanyakan kami warga kampung merupakan
satu-satunya moment yang memperbolehkan kami, anak-anak, meminta baju
baru. Sehingga kalau lebaran tahun ini tidak membeli baju baru, artinya
baru lebaran tahun depan ada kemungkinan dibelikan baju baru lagi.
Zaman
telah berubah, dan generasi pun telah berubah. Generasi lampu templok
mushola telah berubah menjadi generasi listrik dan gadget. Terjadi
perubahan yang sangat drastis antara generasi aku sebagai anak-anak
dibandingkan generasi sekarang, yaitu generasi aku sebagai orang tua.
Sampai menjelang lebaran, tidak ada satupun anaku yang meminta baju
lebaran. Bahkan kamilah orang tuanya yang memaksa-maksa mereka ke mal
untuk membelikan baju lebaran. Setelah datang ke mal pun, disuruh
memilih bahkan tanpa dibatasi budget, tetap saja mereka kelihaan
ogah-ogahan. Dunia rasanya menjadi kebalik-balik. Aku merasa memiliki
kewajiban untuk membelikan semua anak-anak baju lebaran, mungkin sebagai
upaya untuk mempertahankan tradisi atau sekedar sebagai upaya untuk
balas dendam. Sedangkan anak-anak merasa bahwa lebaran tidak perlu baju
baru. Toh beli baju baru bisa kapan saja.
Aku jadi teringat
sama ibuku, ketika aku sudah mulai bekerja dan ibuku melihat lemari
pakaian, beliau bilang "jangan terlalu banyak membeli sampah, mendingan
dipakai menabung atau dibelikan saja uangnya untuk hal-hal yang lebih
berguna". Tumpukan bajuku di lemari dianggap ibuku sebagai tumpukan
sampah. Padahal jaman sekarang khan harus ada pakaian olah raga,
pakaian tidur, pakaian kerja sehari-hari, pakaian resmi, pakaian santai,
belum lagi semuanya harus matching dengan sepatu, ikat pinggang, jam
tangan, dan lain-lain. Kalau berbeda-beda warna bisa diketawain
teman-teman, nanti dibilangnya kampungan tidak mengikuti mode, tidak
pantes jadi eksekutif muda. Bahkan untuk pakaian olah raga saja harus
banyak karena berbeda jebis olah raga perlu berbeda juga bentuk baju
maupun sepatunya, untuk lari, senam, tenis, golf, renang, dll. Jadi
memang pakaian harus banyak. Setidaknya menurut versi-ku.
Kalau
ada mode yang baru harus beli lagi, walaupun telah bertumpuk pakaian di
rumah. Baju lama juga tida bisa langsung dibuang atau diberikan sama
orang lain, karena disamping masih bagus, juga untuk jaga-jaga siapa
tahu suatu saat baju tersebut masih diperlukan untuk di
matching-matchingkan sesuai tema pertemuan. Padahal pada kenyataannya
banyak diantara baju-baju tersebut yang sudah sangat lama tidak pernah
dipakai. Karena toh walaupun bajunya banyak, tetap saja yang dipakai
baju setiap kali hanya satu stel. Banyak diantara baju-baju tersebut
yang hanya diakai sekali atau dua kali saja, setelah itu tidak pernah
disentuh sama sekali karena telah kehilangan moment.
Padahal
kawan......kata guru ngajiku dulu, baju-baju tersebut kelak akan
menghisab kita. Mengapa rezeki yang telah Allah berikan tidak
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kenapa baju tersebut dibeli tetapi tidak
dipakai. Kenapa baju-baju yang sudah jarang dipakai tidak segera
diberikan pada orang lain yang membutuhkan. Dan kenapa-kenapa lainnya.
Jadi......masih mau beli baju baru ???
(salam hangat dari kang sepyan)
Informasi Kontes SEO untuk para blogger atau MASTER SEO gan.. ada 3 kontes SEO 2014 yang baru running nih, Semua GRATIS PENDAFTARAN.
BalasHapus*Kontes seo Afa Togel www.kontes-seo-afatogel.com/ Total hadiah 25.jt
18 januari 2014 - 18 maret 2014
*Kontes seo Batik Poker www.kontes-seo-batikpoker.com/ Total hadiah 32.jt
22 januari 2014 - 22 maret 2014
*Kontes seo Eyang Togel www.kontes-seo-eyangtogel.com/ Total hadiah 25.jt
26 januari 2014 - 26 maret 2014
info lebih lengkap masuk aja ke situsnya