Selasa, 13 Agustus 2013

BAJU LEBARAN

Malam ini setelah sholat isya kami tidak taraweh lagi, tapi kami ganti dengan takbiran.  Orang-orang tua kami jaman dulu tidak perlu menunggu sidang istbat selesai untuk menetapkan hari lebaran.  Bukan karena tidak mengikuti ketentuan pemerintah, tetapi karena waktu itu belum ada siaran TV ke kampungku.  Jadi cukup dengan melihat warna merah di kalender ditambah dengan rembugan orang-orang sedesa, yang telah diputuskan seminggu sebelum lebaran.  Nampak Bapaku, kakekku dan bapak-bapak lainnya yang biasanya duduk di shaf paling depan menghadap ke kiblat, sekarang berbalik jadi menghadap ruangan langgar, bersender pada kayu-kayu berwarna coklat kelabu yang menjadi tiang penyangga dinding langgar.  Dindingnya sendiri terbuat dari bilah anyaman bambu.  Kayu-kayu tersebut tampak berwarna coklat ke abu-abuan, bukan karena di pernis, tetapi warna asli kayu yang telah terkombinasi dengan udara, debu, panas, dan gosokan punggung-punggung baju waktu orang bersender.

Waktu tadi berangkat isya, ayahku sengaja membawa lampu petromak yang ada di rumah.  Sehingga langgarku malam ini terasa lebih semarak dengan sinar lampu petromak menerangi ruangan langgar ukuran 6 x 10 meter.  Kalo lagi tarawih malam-malam sebelumnya, mushola kami cukup diterangi dengan dua lampu templok.  Satu lampu templok digantungkan di paku yang di pasang di tiang kayu penyangga mimbar.  Dan satu lagi dipasang disalah satu kayu tiang penyangga tengah mushola.  Kalau kita melakukan tadarusan sehabis sholat taraweh, maka salah satu lampu diturunkan, dan orang-orang yang tadarusan akan duduk mengelilingi lampu.  Memicingkan mata menyesuikan besarnya iris mata dengan keremangan sinar yang tersedia, untuk memastikan tidak ada titik ataupun tasjid yang kelewat.

Aku bersama Kodir anaknya mang Asbul imam mushola dan Sahlan anaknya mang Alasan, berkumpul bertiga di tengah ruang mushola.  Kadang-kadang ikut takbir yang dipimpin mang Asbul, tapi kadang-kadang enggak karena sibuk ngobrol sambil ketawa-ketiwi.  Bila kami lupa diri saking asyknya ngobrol, Embah panggilan untuk kakekku akan melotot dan mengangkat tangan dengan ibu jari dan telunjuk dibuat bentuk O, maksudnya isyarat mengancam, kalau ribut terus mau di sentil.  Biasanya kami segera pura-pura khusuk ikut takbir.  Tapi lima menit kemudian, kembali kami ribut.  Topik obrolan yang membuat kami lupa diri adalah tentang baju lebaran.  Kami saling menceritakan pengalaman masing-masing sampai mendapat baju lebaran, misalnya bagaimana proses meminta, pilihan baju, bagimana proses membeli di pasar, dll.  Selalu menarik kalau sudah membicarakan topik tersebut, kalau istilah sekarang di dunia maya mungkin trending topik.  Ada yang cerita bahwa waktu meminta baju lebaran sampai harus pura-pura kabur dulu, untuk meluluhkan hati orang tuanya agar mau menjual beberapa ekor ayam.  Ada yang membeli baju lebaran berupa baju pramuka yaitu celananya coklat tua dan bajunya coklat muda, agar bisa sekalian dipakai untuk seragam pramuka sekolah.  Dan mata kami pun, menerawang membayangkan bagaimana rupa kami besok waktu mengenakan baju lebaran.

Moment lebaran memang merupakan salah satu, bahkan untuk kebanyakan kami warga kampung merupakan satu-satunya moment yang memperbolehkan kami, anak-anak, meminta baju baru.  Sehingga kalau lebaran tahun ini tidak membeli baju baru, artinya baru lebaran tahun depan ada kemungkinan dibelikan baju baru lagi. 

Zaman telah berubah, dan generasi pun telah berubah.  Generasi lampu templok mushola telah berubah menjadi generasi listrik dan gadget.  Terjadi perubahan yang sangat drastis antara generasi aku sebagai anak-anak dibandingkan generasi sekarang, yaitu generasi aku sebagai orang tua.  Sampai menjelang lebaran, tidak ada satupun anaku yang meminta baju lebaran.  Bahkan kamilah orang tuanya yang memaksa-maksa mereka ke mal untuk membelikan baju lebaran.  Setelah datang ke mal pun, disuruh memilih bahkan tanpa dibatasi budget, tetap saja mereka kelihaan ogah-ogahan.  Dunia rasanya menjadi kebalik-balik.  Aku merasa memiliki kewajiban untuk membelikan semua anak-anak baju lebaran, mungkin sebagai upaya untuk mempertahankan tradisi atau sekedar sebagai upaya untuk balas dendam.  Sedangkan anak-anak merasa bahwa lebaran tidak perlu baju baru.  Toh beli baju baru bisa kapan saja.

Aku jadi teringat sama ibuku, ketika aku sudah mulai bekerja dan ibuku melihat lemari pakaian, beliau bilang "jangan terlalu banyak membeli sampah, mendingan dipakai menabung atau dibelikan saja uangnya untuk hal-hal yang lebih berguna".  Tumpukan bajuku di lemari dianggap ibuku sebagai tumpukan sampah.  Padahal jaman sekarang khan harus ada pakaian olah raga, pakaian tidur, pakaian kerja sehari-hari, pakaian resmi, pakaian santai, belum lagi semuanya harus matching dengan sepatu, ikat pinggang, jam tangan, dan lain-lain.  Kalau berbeda-beda warna bisa diketawain teman-teman, nanti dibilangnya kampungan tidak mengikuti mode, tidak pantes jadi eksekutif muda.  Bahkan untuk pakaian olah raga saja harus banyak karena berbeda jebis olah raga perlu berbeda juga bentuk baju maupun sepatunya, untuk lari, senam, tenis, golf, renang, dll.  Jadi memang pakaian harus banyak.  Setidaknya menurut versi-ku.

Kalau ada mode yang baru harus beli lagi, walaupun telah bertumpuk pakaian di rumah.  Baju lama juga tida bisa langsung dibuang atau diberikan sama orang lain, karena disamping masih bagus, juga untuk jaga-jaga siapa tahu suatu saat baju tersebut masih diperlukan untuk di matching-matchingkan sesuai tema pertemuan.  Padahal pada kenyataannya banyak diantara baju-baju tersebut yang sudah sangat lama tidak pernah dipakai.  Karena toh walaupun bajunya banyak, tetap saja yang dipakai baju setiap kali hanya satu stel.  Banyak diantara baju-baju tersebut yang hanya diakai sekali atau dua kali saja, setelah itu tidak pernah disentuh sama sekali karena telah kehilangan moment.

Padahal kawan......kata guru ngajiku dulu, baju-baju tersebut kelak akan menghisab kita.  Mengapa rezeki yang telah Allah berikan tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya.  Kenapa baju tersebut dibeli tetapi tidak dipakai.  Kenapa baju-baju yang sudah jarang dipakai tidak segera diberikan pada orang lain yang membutuhkan.  Dan kenapa-kenapa lainnya.

Jadi......masih mau beli baju baru ???


(salam hangat dari kang sepyan)

1 komentar:

  1. Informasi Kontes SEO untuk para blogger atau MASTER SEO gan.. ada 3 kontes SEO 2014 yang baru running nih, Semua GRATIS PENDAFTARAN.

    *Kontes seo Afa Togel www.kontes-seo-afatogel.com/ Total hadiah 25.jt
    18 januari 2014 - 18 maret 2014

    *Kontes seo Batik Poker www.kontes-seo-batikpoker.com/ Total hadiah 32.jt
    22 januari 2014 - 22 maret 2014

    *Kontes seo Eyang Togel www.kontes-seo-eyangtogel.com/ Total hadiah 25.jt
    26 januari 2014 - 26 maret 2014

    info lebih lengkap masuk aja ke situsnya

    BalasHapus