Minggu, 27 Januari 2013

A'ING

Masih inget sama Eha ? tetanggaku yang menikah muda dan sekarang telah beranak empat dengan kehidupan miskin, kurang pendidikan, tidak beranjak dari generasi sebelumnya ?  Nah kali aku ingin bercerita tentang oom-nya Eha.  Nama aslinya aku enggak tahu, tetapi orang bilang si A-ing.  Aing sama ibunya Eha, sama-sama anak pungut wak pendek yang tinggal di gang tembok, di perumahan liar memanfaatkan lahan yang belum dibangun oleh pemiliknya. 

Sekitar 15 tahun yang lalu Aing, walapun kelihatan mentalnya agak terbelakang, tetapi masih hidup normal.  Badan dan bajunya walaupun tidak bagus, tetapi lumayan bersih.  Bahkan kadang-kadang dia pergi ke mushola ikut sholat berjamaah.  Namun lama-lama mental Aing tampak mengalami kemunduran, setiap hari baik pagi, siang, ataupun malam, kerjanya duduk di pinggir jalan. Badannya semakin tidak terawat, baju tidak ganti dan kotor, serta mukanya juga kotor.  Rambutnya menjadi berwarna kecoklatan, gimbal seperti bulu domba.  Giginya menghitam, kalau menyeringai cukup menakutkan anak kecil yang melihatnya.  Orang-orang menyebut Aing adalah orang gila.

Suatu hari aku dan istriku karena tidak masak, membeli nasi goreng ke depan.  Enggak tahu kenapa istriku membeli nasi gorengnya di lebihkan satu bungkus.  Rupanya nasi goreng tersebut di peruntukan untuk Aing, kita berikan ke dia sambil pulang ke rumah.  Aing memang sudah biasa nongkrong di jalan Apel, duduk diantara rumput-rumput.  Jalan Apel sendiri kira-kira jaraknya 70 meter dari rumahku, dilalui apabila mau ke depan perumahan daerah pertigaan jalan Nangka depan Mal Bekasi tempat banyak pedagang kaki lima penjual makanan.  Menurut istriku, biasanya kakaknya (ibu nya Eha) yang setiap hari memberi jatah makan sama Aing.  Tapi maklum saja, mereka itu untuk makan sendiri saja susah, jadi pemberian jatah makan ke Aing pun tidak menentu.  Tidak seperti pengiriman ransum makanan yang diberikan keluarga tersangka di tahanan KPK, yang bisa rutin dilaksanakan dengan gizi memadai.

Akhirnya setiap membeli makanan diluar, kami upayakan untuk menghitung Aing.  Kadang-kadang kalau malam hari makanan di rumah masih ada, istriku membungkus makanan tersebut dan diserahkan ke Aing.  Demikian juga apabila pulang pengajian malam, kebetulan mendapatkan nasi kotak atau snack, Aing lah yang mendapatkan jatah tersebut.  Sembari bercanda aku suka bilang, gimana Mah ? anak nomor satu udah dikirim makanan ?  Pernah suatu waktu, Aing tidak berada di tempat, hilang kira-kira seminggu lebih.  'Jangan-jangan, Aing  diculik untuk diambil organ tubuhnya' kata istriku.  Alhamdulilah, beberapa waktu kemudian Aing muncul lagi di tempat semula dalam keadaan seperti sedia kala.  Hehehe aku gak berani bilang sehat seperti sedia kala, karena kenyataannya sakit ingatan.  Tapi kami sekeluarga merasa lega ketika melihat Aing kembali.

Rupanya Aing 'merasa' kalau kami kadang-kadang mengalami kesulitan menyambangi dia di jalan Apel.  Kira-kira sudah setahun ini, 'pos' Aing pindah ke jalan Agraria, persis di depan pintu pagar rumah tetanggaku.  Kebetulan rumah tersebut kosong, jadi Aing dengan tenang dapat 'bersemedi' ditempat tersebut tanpa terganggu.  Setiap hari baik pagi-pagi, siang hari yang panas dan terik, sore hari,  malam-malam yang dingin, maupun hujan besar, Aing tetap setia bertahan di tempat tersebut.  Duduk dengan siku ditekuk, asik bergumam sendiri.   Dia baru pindah dari sana, apabila mau makan dan mungkin mau buang 'hajat'.

Untuk urusan disiplin, Aing memang jagonya.  Setiap di beri makanan, Aing akan langsung ngeloyor pergi ke jalan Apel tempatnya terdahulu dan menghabiskan makanan di sana.  Sampahnya juga dibuang dengan tertib, jauh lebih tertib dibanding orang 'waras' yang masih membuang sampah sembarangan.  Menyebabkan Jakarta banjir karena saluran mampet dipenuhi sampah.

Satu karunia yang diberikan oleh Allah kepada dia adalah, walaupun dengan kondisi kurang makan, badan kotor, kena angin, hujan, panas, dan debu setiap hari, namun Aing kelihatannya tidak pernah sakit.  Padahal dia tidak pernah olah raga.  Allah maha pengasih dan maha penyayang.  Aing, kalau kamu di dunia keadaanya tetap seperti itu, mudah-mudahan di akhirat kelak mendapat kebahagiaan sejati.  Amin.




(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar