Masih inget sama Eha ? tetanggaku yang menikah muda dan sekarang telah
beranak empat dengan kehidupan miskin, kurang pendidikan, tidak beranjak
dari generasi sebelumnya ? Nah kali aku ingin bercerita tentang
oom-nya Eha. Nama aslinya aku enggak tahu, tetapi orang bilang si
A-ing. Aing sama ibunya Eha, sama-sama anak pungut wak pendek yang
tinggal di gang tembok, di perumahan liar memanfaatkan lahan yang belum
dibangun oleh pemiliknya.
Sekitar 15 tahun yang lalu Aing,
walapun kelihatan mentalnya agak terbelakang, tetapi masih hidup
normal. Badan dan bajunya walaupun tidak bagus, tetapi lumayan bersih.
Bahkan kadang-kadang dia pergi ke mushola ikut sholat berjamaah. Namun
lama-lama mental Aing tampak mengalami kemunduran, setiap hari baik
pagi, siang, ataupun malam, kerjanya duduk di pinggir jalan. Badannya
semakin tidak terawat, baju tidak ganti dan kotor, serta mukanya juga
kotor. Rambutnya menjadi berwarna kecoklatan, gimbal seperti bulu
domba. Giginya menghitam, kalau menyeringai cukup menakutkan anak kecil
yang melihatnya. Orang-orang menyebut Aing adalah orang gila.
Suatu
hari aku dan istriku karena tidak masak, membeli nasi goreng ke depan.
Enggak tahu kenapa istriku membeli nasi gorengnya di lebihkan satu
bungkus. Rupanya nasi goreng tersebut di peruntukan untuk Aing, kita
berikan ke dia sambil pulang ke rumah. Aing memang sudah biasa
nongkrong di jalan Apel, duduk diantara rumput-rumput. Jalan Apel
sendiri kira-kira jaraknya 70 meter dari rumahku, dilalui apabila mau ke
depan perumahan daerah pertigaan jalan Nangka depan Mal Bekasi tempat
banyak pedagang kaki lima penjual makanan. Menurut istriku, biasanya
kakaknya (ibu nya Eha) yang setiap hari memberi jatah makan sama Aing.
Tapi maklum saja, mereka itu untuk makan sendiri saja susah, jadi
pemberian jatah makan ke Aing pun tidak menentu. Tidak seperti
pengiriman ransum makanan yang diberikan keluarga tersangka di tahanan
KPK, yang bisa rutin dilaksanakan dengan gizi memadai.
Akhirnya
setiap membeli makanan diluar, kami upayakan untuk menghitung Aing.
Kadang-kadang kalau malam hari makanan di rumah masih ada, istriku
membungkus makanan tersebut dan diserahkan ke Aing. Demikian juga
apabila pulang pengajian malam, kebetulan mendapatkan nasi kotak atau
snack, Aing lah yang mendapatkan jatah tersebut. Sembari bercanda aku
suka bilang, gimana Mah ? anak nomor satu udah dikirim makanan ? Pernah
suatu waktu, Aing tidak berada di tempat, hilang kira-kira seminggu
lebih. 'Jangan-jangan, Aing diculik untuk diambil organ tubuhnya' kata
istriku. Alhamdulilah, beberapa waktu kemudian Aing muncul lagi di
tempat semula dalam keadaan seperti sedia kala. Hehehe aku gak berani
bilang sehat seperti sedia kala, karena kenyataannya sakit ingatan.
Tapi kami sekeluarga merasa lega ketika melihat Aing kembali.
Rupanya
Aing 'merasa' kalau kami kadang-kadang mengalami kesulitan menyambangi
dia di jalan Apel. Kira-kira sudah setahun ini, 'pos' Aing pindah ke
jalan Agraria, persis di depan pintu pagar rumah tetanggaku. Kebetulan
rumah tersebut kosong, jadi Aing dengan tenang dapat 'bersemedi'
ditempat tersebut tanpa terganggu. Setiap hari baik pagi-pagi, siang
hari yang panas dan terik, sore hari, malam-malam yang dingin, maupun
hujan besar, Aing tetap setia bertahan di tempat tersebut. Duduk dengan
siku ditekuk, asik bergumam sendiri. Dia baru pindah dari sana,
apabila mau makan dan mungkin mau buang 'hajat'.
Untuk urusan
disiplin, Aing memang jagonya. Setiap di beri makanan, Aing akan
langsung ngeloyor pergi ke jalan Apel tempatnya terdahulu dan
menghabiskan makanan di sana. Sampahnya juga dibuang dengan tertib,
jauh lebih tertib dibanding orang 'waras' yang masih membuang sampah
sembarangan. Menyebabkan Jakarta banjir karena saluran mampet dipenuhi
sampah.
Satu karunia yang diberikan oleh Allah kepada dia adalah,
walaupun dengan kondisi kurang makan, badan kotor, kena angin, hujan,
panas, dan debu setiap hari, namun Aing kelihatannya tidak pernah
sakit. Padahal dia tidak pernah olah raga. Allah maha pengasih dan
maha penyayang. Aing, kalau kamu di dunia keadaanya tetap seperti itu,
mudah-mudahan di akhirat kelak mendapat kebahagiaan sejati. Amin.
(salam hangat dari kang sepyan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar