Jumat, 08 Februari 2013

HIDUPLAH INDONESIA RAYA

Sore itu pulang kantor tanggal 15 Januari 2013, kebetulan tidak ada kegiatan lain.  Jadi setelah mandi, ganti baju, sholat dan makan, aku iseng-iseng manteng televisi menonton siaran berita.  Memang tidak fokus hanya dengan satu chanel televisi, tetapi berganti-ganti sesuai dengan selera ibu jari dan selera mata.  Setelah menonton aku jadi merenung, kok banyak sekali berita-berita aneh yang rasanya tidak masuk akal sehat.  Rasanya berita-berita tersebut mustahil, ataupun mungkin berasal dari negara antah berantah.  Tapi menurut pembaca berita, kejadian tersebut memang benar-benar terjadi.

Berita aneh pertama adalah tentang 'keseleo lidah' hakim Daming ketika ditanya oleh salah satu anggota DPR yang melakukan fit and proper test, atas bagaimana sikapnya terhadap hukuman mati bagi kasus perkosaan.  Dengan maksud mencairkan suasana, pak Daming menjawab bahwa pada dasarnya yang memperkosa maupun yang diperkosa sama-sama enak.  Sejenak banyak orang-orang yang ikut tertawa mendengar candaan tersebut, entah tertawa kecut atau tertawa lucu.  Untungnyaada seorang aktifis anak yang mendengar dengan hati nurani sehingga dia melaporkan hal tersebut kepada media, sehingga aku ikut menonton beritanya.

Pak Daming adalah seorang Hakim senior sehingga dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi Hakim Agung.  Namanya hakim dengan embel-embel 'Agung' tentunya jabatan tersebut merupakan jabatan tertinggi bagi seorang hakim karir.  Tentunya perlu diisi oleh hakim-hakim yang benar-benar mumpuni.  Hakim sendiri adalah orang yang diberi kepercayaan oleh negara untuk memutuskan seseorang berbuat salah atau berbuat benar.  Seseorang berperilaku sesuai norma dan ketentuan atau berperilaku menyimpang dari norma dan ketentuan.  Aku pernah dengar bahwa hakim itu memang dituntun dengan perundang-undangan dalam melakukan putusan, tetapi pada dasarnya perundang-undangan hanya dijadikan sebagai tuntunan.  Ada faktor lain yang ebih mendasar yang harus dijadikan sebagai acuan seorang hakim ketika melakukan putusan,  adalah bersandar pada hati nurani hakim.

Dengan demikian, hati nurani hakim tidak boleh memiliki cacat sedikitpun.  Aapalagi untuk hakim agung.  Jadi memang sangat aneh apabila ada seorang calon hakim agung yang keseleo lidah.  Kebersihan hati terwujud dari bersihnya perkataan dan perbuatan.

Berita selanjutnya adalah tentang upaya pemerintah meningkatkan produksi padi di suatu daerah.  Dengan semakin sempinya lahan pertanian, maka upaya memenuhi pangan rakyat Indonesia yang semakin banyak adalah melakukan intensifikasi.  Salah satu cara intensifikasi adalah dengan menggunakan bibit unggul sehingga didapatkan produksi padi yang lebih banyak untuk setiap lahan pertanian yang sama.  Untuk membantu petani pemerintah memberikan subsidi benih padi kepada petani.

Namun demikian, setelah benih padi tersebut di tanam, ternyata hasilnya tidak seragam.  Ada tempat yang menghasilkan produksi padi banyak dengan batang padi yang bagus dan tahan hama, namun kebanyakan padi yang ditanam tersebut tidak berbeda dengan yang biasa ditanam oleh petani pada umumnya.  Jadi dalam berita tersebut dicurigai benh padi subsidi diganti oleh 'oknum'.  Betapa jahatnya oknum tersebut, hanya dengan mendapatkan keuntungan tidak seberapa, menyebabkan kerugian yang sangat banyak.  Kalau hal tersebut memang benar-benar terbukti, aku tidak habis pikir terhadap logika 'oknum' tersebut.  Berita yang aneh dan tidak masuk akal.

Berita aneh selanjutnya adalah berita tentang korban perkosaan di Jakarta.  Sebagai pimpinan yang blusukan, Jokowi mengunjungi keluarga korban dan sebagai tanda empati beliau memberikan santunan sebesar Rp. 30 juta.  Namun rupanya berita tentang santunan tersebut mengundang 'seseorang' untuk dapat memilikinya dengan memanfaatkan keluguan korban.   Maka menyamarlah dia menjadi seorang polisi, karena 'seseorang' itu wanita maka kita sebut saja polisi wanita atau polwan gadungan.  Dengan modal seragam, polwan tersebut mendekati korban dan menyatakan bahwa dia adalah pendamping korban yang diutus oleh kepolisian.  Lalu terjadilah 'penitipan' uang santunan tersebut dari korban atau penerima santunan kepada polwan pendamping gadungan.  Setelah mendapatkan uang titipan, sang polwan pun raib, tinggalah korban gigit jari.  Kata bang Haji, itu Teeerrrrllllllaaaaaaalllllluuuuu.

Entah berita tersebut masih terkait dengan berita perkosaan di atas, atau ada berita perkosaan lain.  Dicurigai bahwa yang menjadi pemerkosa bagi korban seorang anak yang mengidap penyakit kelamin sehingga meninggal adalah ayah kandungnya.  Waduh.......dengernya saja berita-berita tersebut nambah stress.  Betapa kacaunya akhlak saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air.  Tidak masuk akal, aneh, dan jalan yang terbaik adalah memindahkan chanel ke OVJ nonton Entis Sutisna mencari duit.  Hahahaha......sejenak Sule mampu melupakan keanehan-keanehan tadi.

(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar