Waktu aku jalan ke Bandung, teman-teman disana banyak yang nyalamin,
katanya ada teman kuliahku dulu yang sekarang ditempatkan di Bandung,
nyampaikan salam untukku. Dia minta aku mampir ke tempatnya. Jadi
ketika sedang "break" ada waktu sebentar, aku sempetin mampir ke
kantornya. Setelah berbasa-basi nanya kabar, keluarga, berat badan
(hehehe), kesehatan, dan lain sebagainya, tibalah pada "curhatan".
Rupanya beliau ditempatkan di Bandung bukan dalam rangka mutasi atau
promosi, tetapi karena sedang menghadapi masalah.
Ketika masuk
lagi ke pertanyaan apa penyebab beliau terlibat masalah dengan
perusahaannya itu ? salah satunya disebabkan ada dana yang tidak bisa
diperanggung-jawabkan. Dia bercerita bahwa saat ybs menjadi pemimpin
salah satu kantor yang ada di ibu kota propinsi, kebetulan ada pejabat
yang akan menikahkan anaknya. Lalu seluruh pejabat perusahaan yang ada
di wilayah tersebut dibagi pekerjaan untuk mensukseskan. Misalnya
mengamankan tempat parkir, membuat baju seragam, memastikan kehadiran
undangan, dan lain-lain. Dan sebagai pemimpin kantor, "rasanya" kata
temenku itu, tidak mungkin untuk meminta ganti atas biaya yang
dikeluarkan. Jadinya, berusahalah dia mencari dana, yang juga tidak
mungkin juga berasal dari gajinya. Tetapi dicari dari pos biaya lain.
Dan ketika audit mengetahui ada pembukuan biaya yang tidak "semestinya",
maka jadilah ybs. kena masalah dan dipindahkan ke Bandung.
Pesta......kalau
dalam bahasa Sunda disebut "kariaan" atau mungkin juga berasal dari
kata ka-riya-an, atau sesuatu yang "riya". Dengan penggunaan gedung
mewah, acara mewah, makanan mewah, baju mewah dalam pesta pernikahan
atau pesta sunatan, dll., cenderung lebih banyak "riya" nya. Semakin
pejabat, semakin mewah. Padahal inti utama dari acara pesta tersebut
adalah selamatan atau sebagai bukti terima kasih kita atas anugerah sang
pencipta, bukti syukur kita atas segala karunia-Nya, dan meminta
diselamatkan dari mara bahaya.
Semakin tinggi jabatan akan
semakin meriah dan mewah pesta. Para bawahan berusaha dengan berbagai
cara "mengabdi" pada atasannya. Pesta berjalan dengan mulus, tamu
senang dan pejabat yang punya pesta tidak boleh pusing, termasuk tentang
biaya. Yang ketiban pulung adalah orang yang diperintah. Bukan hanya
harus pinter menjadi pemimpin itu, tetapi harus "pinter-pinter" itulah
katanya kunci tangga menuju sukses (ini salah satu bisikan Bos-ku).
Rupanya
bukan hanya dalam pesta pernkahan saja hal ini terjadi. Termasuk dalam
pesta demokrasi. Bagamana gunjang-ganjingnya negeri ini dengan buntut
dari pesta pemilihan ketua umum partai Demokrat. Mantan bendaharanya
teriak dari balik terali, siapa memang yang membayar hotel ? dari mana
itu uangnya ? Siapa yang bayar iklan di TV ? dari mana uangnya ? Ketika
pesta telah usai, dan alam keterbukaan tidak mampu menutupi lagi.
Betapa pesta atau keriaan tersebut telah menyeret banyak nama besar.
Mentri, ketua parpol terbesar, semuanya sudah menjadi
tersangka..........katakan "tidak".......hehehe.
Sebenarnya apa
sih manfaat keriaan ? manfaat pesta ? kalau kita dalami maknanya,
benar-benar lebih banyak di tonjolkan riya-nya. Komunikasi dan
silatrahminya sangat minimal, namun biaya baik dari yang punya pesta
maupun pengorbanan yang datang ke pesta cukup besar. Mungkin ke depan
kita harus mulai memformat ulang konsep pesta menjadi lebih menonjolkan
aspek selamatan dan syukurannya. Tasyakuran, pengajian......aku pikir
akan lebih bermanfaat. Biayanyapun akan lebih murah, dan sisanya dapat
dimanfaatkan untuk memulai kehidupan baru. Rumah baru, usaha baru,
mobil baru, dll.
Jadi......siapkah Anda menjadi pioneer memformat ulang rencana pesta Anda ?
(salam hangat dari kang sepyan)
saya pribadi mau membuat format syukuran (pesta) yg biasa saja, tapi klo di kampung biasanya menginginkan sesuatu sesuai adatt ceunah. klo syukuran biasa2 saja, komentar yg keluar adalah "mau di taruh dimana muka keluarga besar kita...!!!", dan para tetangga berkomentar "katanya anu (haji, guru, mantri, kuwu, camat dll), pelitt amat.., padahal gk tiap hari ini ngadain pesta (syukuran), masa ngundang penceramah j yg ecek2, lauk pauknya j pake daging ayam bukan sapi..." nah lho...!!!
BalasHapus.
kadang bingung hidup d kampung, mau berbuat baik ato buruk pasti j jadi bahan pembicaraan hehe... :D
#hanya opini
mmmmmhhhhh, emang susah.....tapi nu penting jangan sampai ngerugikan orang lain seperti contoh-contoh di atas.
BalasHapussiap hehee... :)
BalasHapus