Kamis, 07 Juni 2012

BBM BERSUBSIDI


Seorang ibu-ibu yang dipanggil sebagai ekonom oleh pewawancara radio dengan menggebu-gebu mencoba menguraikan dengan matematika bahwa pemerintah dengan mudahnya telah mensubsidi orang kaya sebesar satu juta rupiah per bulan. Dengan asumsi bahwa setiap orang kaya mengkonsumsi 200 liter premium per bulan dimana per liter premium disubsidi oleh pemerintah sebesar lima ribu rupiah (selisih antara 9.500 dengan 4.500), total per bulan menjadi satu juta rupiah.

Subsidi sebesar satu juta rupiah perbulan tersebut dilakukan dengan cara mengagalkan rencana pemberian bantuan langsung sebesar tiga ratus ribu rupiah perbulan untuk rakyat miskin. Oleh karena itu seharusnya pemiliknya kendaraan pribadi dikenakan pajak sebesar satu juta rupiah atau minimal lima ratus ribu rupiah perbulan, sehingga akan ada penambahan pendapatan pajak sebesar puluhan trilliun rupiah.

Pendapat seperti di atas bukan hanya disampaikan oleh ibu-ibu itu saja, tetapi banyak juga pengamat lain mengatakan hal yang sama. Seolah-olah kalau ada orang yang memiliki kendaraan pribadi terus membeli bbm bersubsidi adalah orang yang tidak punya malu, maling negara, penghisap darah si miskin, sungguh amat sangat tidak berguna dan hanya menjadi beban negara saja. Apa memang benar begitu ?

Aku termasuk salah satu orang yang membeli bbm bersubsidi, kira-kira untuk berangkat ke kantor akan memerlukan sekitar 150 liter premium per bulan. Jadi kira-kira dalam setahun aku mendapatkan subsidi sekitar sembilan juta rupiah. Tapi khan karena kerja, maka setiap tahun juga aku bayar pajak ke negara ? Bayar pajak penghasilan, pbb, kadang-kadang ppn kalau belanja, pajak kendaraan dan lain-lain yang kalau dihitung semuanya angkanya mencapai lebih seratus juta rupiah. Perbandingan antara pajak yang dibayar dengan subsidi bbm yang diterima cukup jauh, masih terdapat surplus yang cukup tinggi. Subsidi hanya berada dibawah 10% dibandingkan dengan pajak yang disetorkan.

Kondisi hitungan-hitungan pajak berbanding subsidi tersebut, aku yakin akan hampir mirip antara setiap orang yang menggunakan bbm. Karena dengan memakai bbm tersebut maka akan menambah penghasilan, yang pada akhirnya penghasilan tersebut akan dikenai pajak oleh pemerintah.  Kalau mobil pribadinya lebih banyak dan cc nya lebih tinggi, tentu saja akan berbanding lurus dengan tingkat penghasilannya. Jadi....tidak merugikan negara.....haqul yaqin tidak merugikan negara.

Malahan akhirnya aku curiga.......jangan-jangan para pengamat tersebut tidak pernah membayar pajak ??? Jadi lupa tidak memperhitungkan pajak yang telah dibayar ke negara.

(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar