"Mohon masukan, besok maen di Kujang mau tee off jam
sabaraha ?" aku kirimkan SMS tersebut ke kedua temenku, Arfan dan
Andilta. Sengaja bahasa SMS-ku aku buat sedikit seperti resmi, tapi
ujungnya di sundakan. Mereka berdua adalah temen sekolah waktu ngambil
S1 di Unpad 28 tahun lalu. Alhamdulillah sampai sekarang pertemanan
tersebut masih terjalin, terutama karena kita masing-masing punya hobby
olah raga yang sama. Serta biasa sama-sama mencari lapangan yang
harganya miring untuk maen week end. Maklum green fee golf untuk
lapangan-lapangan yang deket Jakarta atau daerah puncak kalau week end
mahalnya minta ampun. Makanya dicarilah lapangan pinggiran seperti di
Cikampek milik Pupuk Kujang. Walaupun lapangan kurang bagus, gak pakai
car, dan kedi-kedinya gak pake BH, maksudnya kedi laki-laki, jadilah.
Yang penting tujuan olah raga tercapai.
Biasa kalau hari Sabtu
atau hari Minggu aku gak ada acara, iseng nyari temen untuk
berolah-raga, sekalian ngobrol ngalor-ngidul. Kebetulan juga sudah lama
gak maen sama Andilta dan Arfan, karena minggu lalu rencana kami
bertiga akan maen, tidak kesampaian karena Andilta harus jadi panitia
perkawinan di salah satu pejabat tempat dia banyak dapat proyek, jadi
rencananya di undur Minggu depan. Artinya ya minggu ini dong.
Beberapa
saat kemudian Andilta membalas " ok kita jalan jam 6-an aja ya" aku
balas "Lu dari rumah jam berapa ?" "Aku jam 5.30 dari rumah, ketemu di
rumah Arfan kah ?" Andilta segera merespon, maksudnya untuk membantu
pemerintah menghemat BBM biasanya kita berangkat hanya pakai satu mobil
saja, mobil lainnya disimpan di tempat Arfan yang jalanannya depan
rumahnya lumayan lebar.
Namun sampai menjelang tidur, Arfan gak
memberikan respon apa-apa. Aku juga sengaja tidak menghubungi langsung,
cuma kirim bbm dengan pesan memberitahukan bahwa aku dan Andilta udah
setuju besok maen bareng dan akan nyamperin dia jam 6. Arfan cuma respon
"ok ok". Kalau sudah begini, biasanya ada kemungkinan tidak jadi. Jadi
akupun sudah buat alternatif olah raga lain, seandainya memang
benar-benar rencana tersebut gagal.
Dan akhirnya pagi-pagi habis
sholat subuh aku terima BBM Arfan dengan kalimat yang polite banget
"Ass. Sepyan maaf bener saya lupa ngabarin, saya mau ke Bandung pagi ini
ada nganterin nyonya, Andilta belum berangkat khan ?" Karena aku sudah
menduga hal ini terjadi, aku respon "Wah harus bilangin dia.
Mudah-mudahan belum berangkat". Beberapa saat Arfan kembali kirim kabar
"Sudah saya SMS Andilta, dan dia bilang ok nggak apa-apa. Kebetulan dia
pun lagi kurang tidur. Kalau besok pagi Insya Allah saya bisa. Maaf
sekali lagi ya Kang" Dengan percakapan tersebut, maka jelaslah sudah
hari Sabtu ini tidak jadi main, diundur hari Minggu. Maka akupun
langsung mempersiapkan pelaksanaan plan "B"
Aku ganti baju dengan
celana pendek, kaos, dan menggunakan sepatu kets. Lalu kuambil beberapa
lembar uang sepuluh ribuan dan dua ribuan untuk sekedar jaga-jaga kalau
mau nyari jajanan dan untuk uang parkir. Lalu aku panasin motor.
Sejenak suaranya ngeberebet, maklum motor ini sangat jarang digunakan
dan jarang dipanasi juga. Jadi kalau mau dipakai suka ngeberebet begitu.
Setelah di gas kenceng-kenceng dan suara ngeberebetnya hilang, aku
jalan ke stadion, lewat gang-gang nembus ke belakang stadion. Kebetulan
rumahku lokasinya ada di belakang stadion, jaraknya paling sekitar
500-600 meter saja. Sesuai dengan plan"B" aku mau lari dengan jarak 18
hole, jadi targetku bisa lari minimal 6 kilometer.
Stadion Bekasi
saat ini sedang di pugar, sehingga tempat lari putaran besar
mengelilingi stadion maupun lapangan jogging dalam stadion yang
mengelilingi lapangan sepak bola tidak bisa dipergunakan. Karena entah
mau dibikin apa, hampir tujuh puluh persen komplek stadion di tutup
dengan pagar seng, dan tampak dari luar banyak tiang-tiang pancang.
Namun dalam beberapa bulan terakhir ini, tidak kelihatan ada orang
bekerja. Kang Pepen, Walikota Bekasi tampaknya kurang peduli sama aku,
warganya yang membutuhkan stadion yang lapang, sekedar untuk mencari
udara segar dihari libur berolah raga, yang memerlukan juga informasi
mau diapakan, atau mau dijadikan apa stadion Bekasi. Aku sudah sering
nyari informasi di stadion melihat-lihat barangkali dipasang pengumuman
ke warga, atau ada gambar rencana bangunan, yang umumnya suka
diperlihatkan kepada warga yang juga sama-sama steak holder kota ini.
Tapi sampai saat ini, aku belum menemukan informasi itu.
Sisa
tiga puluh persen lapangan yang dapat digunakan adalah aula, lapangan
untuk sepatu roda, serta lapangan yang ada di sekitar bumi perkemahan.
Yang bisa digunakan tempat warga jogging sekarang adalah di dua tempat
terakhir itu, yaitu di lapangan bumi perkemahan terdapat jalan
didalamnya dengan keliling sekitar 400 meter, dan lapangan untuk maen
sepatu roda kalau pagi hari digunakan untuk jogging dengan keliling
sekitar 200 meter. Karena hari masih pagi, aku berlari di lapangan yang
ada di komplek perkemahan. Tempatnya rimbun karena disekelilingnya masih
banyak terdapat pohon-pohon tinggi, demikian juga ditengah-tengah
jogging trek yg tidak dijadikan lapangan ditumbuhi bunga-bunga yang
karena kurang terawat tumbuh menjadi pohon yang cukup tinggi pula.
Tiga
putaran awal aku mulai dengan berjalanan santai kemudian semakin lama
semakin cepat. Kira-kira memerlukan waktu 10-12 menit untuk
menyelesaikan 3 putaran awal tersebut. Lalu kemudian disusul dengan
berlari jogging dengan kecepatan 6-8 kilometer per jam. Dengan
perhitungan tersebut, aku perkirakan waktu jogging mulai pemanasan
sampai dengan pendinginan kembali akan memerlukan waktu 1 jam. Waktu
yang ideal untuk berolah raga, berangkat tadi sekitar jam setengah tujuh
sudah bisa sampai rumah kembali paling lambat jam delapan. Sehingga
masih sempet nganter istriku ke pasar.
Target awalku setelah
pemanasan adalah lari tanpa berhenti 10 putaran, baru disusul
pendinginan 2 putaran, sehingga total seluruhnya menjadi 15 putaran,
setiap putaran 400 meter jadilah 6 kilometer. Tetapi baru berlari dua
putaran atau total lima putaran, rasanya kok sudah mulai capek ya ?
Maklum sudah jarang jogging, biasanya cukup diganti dengan treadmill
20-30 menit saja. Dipake lari beneran di lapangan kok jadi terasa. Hati
kecilku mulai membisik "Sepyan, yang penting khan targetmu 10 putaran
lari, biar lebih cepet kamu ambil jalur dalam saja. Toh hitungannya sama
juga satu putaran, tapi kamu tidak akan terlalu cape karena jaraknya
lebih pendek" Aku pikir bener juga ya bisikan hatiku ! Ya sudah aku
mepet sebelah lingkar dalam, toh tidak ada yang
tahu......hehehehe.....atau toh tidak ada yang tahu pasti jarak 400
meter satu putaran itu apakah diambil di lingkaran dalam, di
tengah-tengah jalan, atau dilingkaran luar. Jadi anggap saja ini untuk
balancing, khan tadi 5 putaran awal sudah berjalan dan berlari di
lingkaran luar.
Namun walaupun sudah berlari dilingkaran dalam,
putaran keenam tetep rasanya cape, tapi aku paksakan terus berlari
dengan agak melambat. Di pertengahan putaran ketujuh, aku teringat
cerita temen SMA ku, Letkol Yogi. Dia cerita bahwa dalam hidup itu
jangan terlalu memaksakan diri, apalagi untuk kita-kita yang sudah
berusia 45 ke atas. Ada katanya senior dia yang walaupun tekanan
darahnya agak tinggi namun karena merasa sehat dia tetap ikutan test
fisik dengan berlari, menurut Yogi, kalau di TNI suka ada test fisik
untuk para perwiranya. Tidak tahunya, akhirnya beliau "lewat" saat
berlari dalam rangkaian test kebugaran tersebut. Mengingat cerita
tersebut rasanya kok dadaku juga jadi sakit. Aku coba paksakan berlari
sampai putaran ketujuh terrsebut selesai dengan sedikit-sedikit memegang
dada. Putaran kedelapan dan kesembilan aku lakukan dengan jalan cepat,
dan rasanya tidak ada masalah dengan dadaku, toh bukan berlari khan cuma
berjalan. Kalau seniornya Yogi khan berlari. Toh aku juga tidak
menderita tekanan darah tinggi.
Putaran kesepuluh aku melihat ada
dua orang anak muda yang berlari, agak lambat paling kecepatan 6 km per
jam. Aku coba mengikuti ritme mereka dengan ikut berlari dibelakangnya.
Terus mengikuti dan tiba-tiba satu putaran atau putaran kesepuluh tanpa
terasa dapat diselesaikan, putaran sebelas, duabelas, tigabelas, dan
empat belas dapat diselesaiakan tanpa terasa. Ketakutan tiba-tiba jatuh
aku lawan dengan membisiki hati bahwa aku tidak punya indikasi tekanan
darah tinggi, lariku juga tidak terlalu cepat. Jalur lariku karena
mengikuti ritme orang lain, jadi berada di tengah-tengah badan jalan
bahkan cenderung ke arah luar, tidak nyuri-nyuri lagi berlari di
lingkaran dalam.
Putaran kelima belas aku selesaikan dengan
berjalan melambat untuk mendinginkan, dan dilanjutkan dengan berjalan
dilapangan sepatu roda dua putaran dimaksudkan selain untuk mencari
sinar matahari pagi yang sungguh jarang sekali aku dapatkan karena
hampir setiap hari berada di ruang tertutup, juga untuk menebus
kekurangan jarak karena telah mengambil lingkaran terdalam. Lokasi
lapangan sepatu roda tidak terlindungi pohon-pohon sehingga sinar
matahari pagi dapat langsung dinikmati oleh seluruh inchi bagian tubuh
orang-orang yang berolah raga disana. Rasanya setelah melakukan ritual
15 putaran tersebut, seluruh sel yang ada di tulang sum-sumku
bergerak-gerak gembira karena mendapatkan pupuk oranik yang dia
perlukan.
Ternyata selain kebugaran fisik yang didapatkan,
pikirankupun berputar ikut jogging sehingga mudah-mudahan bertambah
sehat........pikiranku berputar yaitu menganalisa bahwa mungkin seperti
itulah bibit-bibit korupsi itu muncul dihati. Dimulai dengan adanya
bisikan hati yang memberikan janji mendapatkan sesuatu dengan cara lebih
mudah, dengan berlari dilingkaran dalam. Dibumbui dengan alasan bahwa
tidak ada yang tahu, dan secara ilmiah pun sulit membuktikan lintasan
lari tersebut berukuran 400 meter pada posisi berlari dimana. Dijalur
pinggir luar, jalur tengah, atau jalur dalam. Akhirnya diputuskan untu
berlari dilingkaran dalam, karena jaraknya lebih pendek sehingga lebih
cepat menyelesaikan putaran. Artinya
lebih cepat mencapai target lima belas putaran yang telah ditentukan.
Padahal
sebenarnya siapa sih yang membuat target 15 putaran ? Kenapa sih harus
membuat target tersebut. Target dibuat sendiri dan tidak ada orang yang
tahu, demikian pula manfaat dari pencapaian target itu hanya untuk diri
sendiri. Kok harus curang dengan mencari jarak yang pendek ? Toh kalau
misalnya target joggingnya dikurangipun hanya 14 atau bahkan hanya 10
putaran, tidak bakalan ada orang lain yang tahu.
Demikian pula
dengan perasaan sakit dada dan perasaan tidak kuat terus berlari,
ditambah dengan mengingat cerita teman ada yang meninggal ketika sedang
jogging. Pada akhirnya mendorong tubuhku untuk mempercayai pikiran
tersebut, sehingga yang semula berlari dirubah menjadi cukup berjalan.
Padahal ketika berlari kembali dan tidak mengingat-ngingat hal tersebut,
ternyata tubuh ini mampu untuk mencapai target yang ditentukan.
Seperti
itulah kekuatan pikiran, sehingga banyak orang bijak yang mengatakan
bahwa apapun yang Anda pikirkan maka dapat diwujudkan. Oleh karena itu
hati-hatilah dengan pengendalian pikiran. Buat pikiran tetap optimis,
positif, dan sehat sehingga wujud gerak kita dan arah jalan kita menuju
arah yang lebih baik. Apabila timbul niat yang tidak baik sekecil
apapun, harus segera di lawan, karena kalau dibiarkan otak kita akan
lebih aktif untuk dapat mewujudkannya dengan menambahkan argumen-argumen
yang menguatkan. Bahkan dengan sadisnya diri sendiri saja mau
dicurangi.
Jadi selamat berfikir positif dan selalu bersihkan hati dari niat yang tidak baik.......mensana in confore sano.
Pontianak, 05 Juli 2012
(salam hangat dari kang sepyan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar