Sabtu, 21 Juli 2012

SUDIRMAN BERKILAU CINTA

Sejak diperlebarnya ruas pintu Tol Cikunir dan sudah hampir dua bulan ini belum selesai, menyebabkan waktu tempuh perjalanan pulang kantor dari Sudirman ke Bekasi menjadi dua kali lipat. Biasanya bisa ditempuh antara 45 menit sampai satu jam, sekarang rata-rata perlu waktu 1,5 jam, bahkan bisa lebih.  Macetnya selain jalur macet biasa antara Semanggi sampai Pancoran atau sampai Menara Saidah, akan ketemu macet lagi mulai pintu keluar tol Pondok Gede sampai dengan Cikunir. Jadi semakin tua di jalan neh, dan semakin me'lelah'kan.

Selasa sore aku coba pulang dengan cara lain. Mobil aku tinggal di parkiran kantor, kebetulan parkirannya cukup aman dan terlindung. Kembali menggunakan jasa Commuter Line. Berangkat dari kantor jam 16.50 dan udah nyampe rumah jam 18.00. Lumayan bisa dijadikan alternatif pengganti transportasi, walaupun sempat kejepit saking banyaknya penumpang waktu berada di Commuter Line jurusan Bogor untuk menempuh jarak antara statsiun Sudirman sampai Mangarai. Dari Mangarai naek Commuter Line jurusan Jakarta Kota ke Bekasi, lumayan lebih nyaman, bisa sambil membaca sekitar 30 halaman Supernova.

Rabu pagi berangkat ke kantor aku naek Commuter Line jam 05.45 dari statsiun Kranji, dengan catatan waktu sampai statsiun Sudirman lumayan cepat, hanya perlu waktu 35 menit, sudah termasuk transit di Mangarai. Jam 06.10 aku sudah sampe statsiun Sudirman di daerah Dukuh Atas.  Kalau naek boeing 640, maka akan sampe kantor paling lambat jam 06.20..... rasanya, lebih baik dmanfaatkan untuk olah raga saja, jalan pagi menusuri jalan Sudirman antara Dukuh Atas sampai Benhil.

Ternyata tata kota Jakarta, khususnya jalan Sudirman telah dipersiapkan dengan baik.  Lebar jalan untuk pejalan kaki tersedia cukup sekitar 2 sampai 3 meter, dan trotoar jalan tersebut ditutupi kramik warna coklat kemerahan berkuran 60 x 60 cm, diselingi kramik ukuran lebih kecil dengan warna lebih tua.  Dan kramik-kramik tersebut cukup bersih, kelihatan dirawat dengan telaten dan periodik.  Dalam jarak yang cukup ditanami pohon-pohon peneduh, dengan daun yang rimbun setinggi lebih kurang dua setengah meter sampai 3 meter.  Sehingga daun-daun tersebut cukup dekat dengan kepala pejalan kali, tetapi tidak menghalangi orang berjalan.

Kendaraan yang berseliweran di Jalan Sudirman yang terdiri dari 4 jalur dengan lebar 50 meter lebih, masih sangat lancar, serasa melihat kondisi Sudirman 30 tahun lalu.  Udara pagi yang cerah serta rimbunnya pepohonan, sangat mendukung kegiatan olah raga pagi.  Namun sayangnya, aku lihat sangat sedikit orang yang berjalan kaki.  Lebih banyak yang memanfaatkan jasa Kopaja seperti Boeing 640, P.19, atau P.15.  Padahal jarak tempuh Dukuh Atas - Benhil, cocok untuk digunakan alternatif olah raga pagi, memerlukan waktu 20 menit jalan cepat atau 30 menit jalan santai.  Terus terang pikiran kita telah terkooptasi dengan macetnya Sudirman, sehingga lebar jalan dan rimbunnya jalan untuk pejalan kaki, menjadi sudut sudirman yang terlupakan.

Melewati pertigaan Setiabudi di depan Chase Plaza tampak ada motor parkir, pengendara motor laki-laki masih menggunakan helm, dan disebelahnya berdiri perempuan menggunakan jaket kedodoran serta rambut masih agak awut-awutan bekas tertarik helm, menjingjing helm.  Tadinya aku pikir mereka adalah pasangan antara tukang ojek dan penumpang.  Tapi setelah diperhatikan.......kok tangan yang wanita nempel terus di tangan pria.  Bertumpuk di atas stang kiri sepeda motor.  Kaki sang wanita, mundur maju....seperti mau pergi, tapi berat berpisah dengan pria bermotor tersebut.  Matanya tak lepas memandang wajah di balik helm, dengan badan sedikit membungkuk agar kepala mereka bisa sejajar.  Wajahnya ceria, tampak dari tarikan garis tegas di atas bibir si wanita, serta tampak dari lubernya hormon estrogen menyirat diseluruh permukaan kulit mukanya.  Kalo dilihat dari bentuk muka, warna kulit, dan potongan badan si wanita, aku perkirakan profesi si wanita adalah sebagai salah satu OB di gedung tinggi depan mereka, atau mungkin juga menjadi penjaga parkir, penjaga kantin, dan sejenisnya.

Dua ratus langkah di depan mereka, ternyata ada lagi satu pasangan, dengan posisi yang hampir sama.  Si laki-laki duduk di sepeda motor bedanya helmnya sudah dibuka, berusia sekitar 25 tahun lebih, dengan perawakan kurus, dan rambut kriting dipotong agak pendek. Sedang si wanita memakai kerudung hitam panjang, dengn bentuk badan agak besar, dan berjaket dengan usia sekitar 25 tahun juga.  Kira-kira profesi mereka hampir sama dengan profesi pasangan sebelumnya. Mungkin mereka masuk kerja sekitar jam 6.30 atau paling telat jam 6.45, sehingga harus berangkat pagi-pagi di antar pasangannya.  Mata keduanya bertemu, lekat, lalu diraihnya tangan si wanita dan punggung jari-jari tangan tersebut digenggam erat, ditarik dan dikecup.  Si Wanita repleks menunduk mencium kening sang lelaki. Tempelan punggung tangan dengan mulut dan kening dengan mulut berlangsung cukup lama, karena waktu aku pura-pura melihat sesuatu ke belakang, ternyata mereka masih nempel.

Aku tidak menangkap adanya gerakan erotik ataupun gejolak birahi dari kegiatan kedua pasangan pinggir jalan tersebut.  Yang aku lihat hanyalah gelimang cahaya cinta yang terpancar dari tubuh mereka, dan dari tatapan-tatapan mereka. Ternyata ada sudut lain di Sudirman pagi hari, ada kemilau cinta disana.  Mudah-mudaham mereka merupakan pasangan yang resmi, dan mudah-mudahan mereka diberikan buah cinta yang dapat menjadi pemimpin masa depan Indonesia.

Aku teringat cerita Pak Sigit waktu baru pulang sekolah dari Amerika, bahwa disana di jalanan banyak orang berciman,..... hehehe ......terus terang waktu aku ngiri pingin lihat, kayanya asyk dong bisa nonton film biru langsung, gratis lagi.  Tapi dengankejadian pinggir Sudirman tadi..... kalau motifnya pasangan ciuman di jalanan di Amerika tersebut sama ? yang enggak seru dong.

Ternyata cinta dan kebahagiaan itu bukan ditentukan oleh kaya atau miskin bukan ditentukan oleh jabatan, bukan ditentukan oleh kendaraan yang digunakan, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, bahkan tidak terkendala oleh umur.  Jadi nikmatilah cinta mulai dari sekarang, jadikan cinta kepada pasangan yang sekarang sebagai cinta yang paling ideal.  Tidak perlu nunggu kaya dulu, nunggu jabatan naek dulu, nunggu mobil baru dulu, nunggu rumah jadi dulu, nunggu kulit putih terlebih dahulu, atau nunggu keadaan ideal dahulu.  Karena bukan keadaan ideal yang membentuk cinta ideal, tetapi niat, ketulusan, dan rasa syukurlah yang akan membemtuk cinta ideal.

Karena, belum tentu Presiden Direktur di gedung tinggi tempat OB tadi bekerja, memiliki pasangan yang mencintai seperti pasangan OB tadi pagi.  Belum tentu pasangan yang berada di mobil mewah yang melintas gagah di jalur cepat jalan Sudirman, memiliki kekuatan cinta sekemilau pasangan OB di pinggir jalan.......jadi.....seberapa kemilau cinta pasangan Anda ?


(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar