Senin, 06 Agustus 2012

KANGEN

Betapa banyak hikmah yang kudapat dalam bulan Juli ini, bertepatan bulan ramadhan, bertepatan juga mendapatkan surat keputusan mutasi atau pindah tugas dan alhamdulillah tetap di Jakarta,  dan bertepatan dengan kepergian dua anakku keluar rumah untuk sekolah.  Anaku yang pertama harus mulai belajar jadi anak kos di Jatinangor, dan anaku yang kedua harus mulai masuk asrama di Serpong karena masuk SLA yang berasrama.

Untuk urusan anak pertama, karena kos biasa, terasa gak begitu masalah karena dengan era komunikasi saat ini, maka dapat dikontrol setiap hari, entah itu tentang apa kegiatan di ospeknya ataupun kegiatan sahur maupun buka puasanya.  Namun untuk urusan anak kedua agak berbeda, karena dengan aturan asrama yang tidak memperbolehkan adanya komunikasi, kalaupun diperbolehkan waktunya dibatasi hanya seminggu sekali dipinjami hand phone secara bergiliran. Jadi setiap hari Sabtu siang anak diperbolehkan SMS ke orang tua dengan HP milik asrama, lalu nanti orang tua diperbolehkan untuk menghubungi nomor tersebut, tapi tidak boleh lama-lama karena harus bergantian dengan teman-teman lainnya.  Dengan kondisi komunikasi seperti itu, memang terasa ada yang 'hilang' cuma sekedar tahu bahwa anaknya secara fisik sehat, dan masih mampu berkomunikasi.  Padahal informasi yang diperlukan aku sebagai orang tua, lebih dari pada itu.

Sehingga ketika pada suatu pagi aku mendapat telepon dari salah satu pengurus komite sekolah yang mengabarkan nanti tanggal 4 Agustus akan diadakan acara buka puasa bersama dan diminta kami para orang tua yang berada di Jakarta untuk iuran, dengan imbalan diperbolehkan ketemu anak-anaknya, dengan antusias aku dan juga mungkin beberapa orang tua wali murid lain ikut iuran.  Sehingga biaya buka puasa bersama yang dianggarkan sekitar Rp. 15 juta, aku pikir akan mudah terkumpul.  Ditunggu tanggal 4 Agustus jam 4 sore ya pak ! Demikian disampaikan oleh pengurus komite.

Tepat pada tanggal dan jam yang ditentukan, aku, istriku, dan Rafi anak ketigaku sudah berada di asrama.  Ternyata Viki sudah menunggu di pintu gerbang mengenakan baju koko dan peci hitam, sekilas aku melihat dia menjadi agak kurus dan kelihatan tambah tinggi. Baru tidak ketemu selama 3 Minggu, rasanya udah pangling. Rasa kangen ingin ketemu anak berbeda dengan rasa kangen yang dulu aku rasakan waktu jaman pacaran, tetapi dahsyatnya mirip-mirip.  Aku langsung suruh dia naek ke mobil untuk menunjukkan tempat parkir, maksudnya biar kami bisa segera ngobrol.

Dilapangan telah digelar lembaran-lembaran terpal plastik seukuran 2 x 40 meter, dimana masing-masing ujungnya disimpan batu bata untuk menahan agar alas plastik tersebut tidak kebawa angin. Setelah sholat ashar semua murid termasuk beberapa wali murid duduk di atas lembaran terpal plastik tersebut.  Didepan dipasang panggung sederhana dan disediakan layar untuk menayangkan film atau rekaman vidio karya anak-anak. Dipanggung ada beberapa pertunjukkan seperti marawis dan menyanyi, baru setengah jam menjelang maghrib ada tausiyah agama islam. Tapi terus terang aku gak fokus pada acara di depan, tetapi lebih fokus pada anaku.  Aku tanyakan semua kegiatannya, mulai bangun pagi jam berapa, mandi, sahur, sekolah, dan sebagainya sampai tidur lagi. Aku tanyakan juga perasaannya, harapannya, maupun penilaian dia antara harapannya dahulu waktu sebelum masuk asrama dibandingkan kenyataan setelah sekarang benar-benar ada di asrama.

Ketika mulai melirik ada yang membagi-baikan makanan untuk ta'jil, anaku berbisik.....asyyyk ada es buah, kayanya es buah itu merupakan minuman pembuka puasa yang mewah. Padahal es buah yang disajikan bukan es buah yang mewah, hanya berupa es buah yang kalau beli dipinggir jalan harganya paling 4.000 rupiah saja. Tidak seluruhnya buah, tetapi dicampur jelly dan cingcau dipotong kecil-kecil. Anaku cerita bahwa biasanya kalau buka puasa diberi kolak tanpa santan dibungkus plastik.  Dibuat variasi dengan bahan yang berbeda misalnya kalau kemarin kolak pisang, hari ini kolak ketela, besoknya kolak ubi.  Dimakan dengan cara langsung disedot dari plastiknya.....padahal ketika di rumah, Viki anaku dengan usia 14 naik ke 15 sedang dalam usia seneng-senengnya makan.

Makanan ta'jil yang dibagikan cukup banyak variasinya, ada kurma, teh panas, es buah, dan tahu.  Waktu itu kami duduk agak belakang, ketika yang didepan dibagi kami menjadi harap-harap cemas, apakah akan kebagian makanan atau tidak. Begitu barangkali hal yang dirasakan oleh anak-anak yatim ketika dikumpulkan oleh si kaya dalam rangka ulang tahun, buka bersama, atau diajak berdo'a syukuran lainnya. Pasti mereka merasakan kecemasan yang sama sebagaimana yang kurasakan saat itu.  Kecemasan tentang jenis makanan yang akan disajikan, kecemasan apakah persediaan makanan cukup tersedia atau tidak, kecemasan jangan sampai kelewat sama si pembagi, dan mungkin kecemasan tentang apakah hadiah baju yang nanti akan dibagikan memiliki warna yang sesuai serta ukuran yang cukup atau tidak. Tentang kecemasan apakah aku terlewat sama si pembagi atau tidak, teralami juga yakni ketika ada pembagian kecap untuk dimakan sama tahu...rupanya di pembagi tidak melihat apakah kami sudah mendapat bagian kecap atau tidak.  Kalau mau minta, kok malu.....akhirnya jadilah kami makan tahu tanpa kecap.

Khusus untuk es buah, aku tidak memakannya karena sengaja aku sisakan buat Viki, dengan alasan sudah cukup kenyang, aku berikan jatah es buah camour jelly tersebut pada anakku. Sambil pura-pura memastikan bahwa aku bener-bener kenyang menyerahkan jatah es buah tersebut, dia makan es buah gelas kedua dengan nikmatnya. Aku bilang tenang aja Vik, nanti khan minggu depan sudah libur boleh pulang, nanti dirumah kita buat es buah yang benar-benar buah.

Ada permintaan satu lagi dari Viki si anak asrama yaitu untuk makan malam. Telah diatur bahwa anak-anak mendapatkan jatah nasi kotak, sedangkan guru, karyawan, dan wali murid makan dengan cara prasmanan. Dia pesen bawa yang banyak dagingnya, nanti dia minta.......untungnya tempat makan di halaman tersebut agak gelap, jadi aku bawa sate yang banyak tidak begitu terlihat oleh orang lain.........mudah-mudahan tambahan sepuluh tusuk sate dapat membantu memperbaiki gizi anaku.

(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar