Betapa banyak hikmah yang kudapat dalam bulan Juli ini, bertepatan
bulan ramadhan, bertepatan juga mendapatkan surat keputusan mutasi atau
pindah tugas dan alhamdulillah tetap di Jakarta, dan bertepatan dengan
kepergian dua anakku keluar rumah untuk sekolah. Anaku yang pertama
harus mulai belajar jadi anak kos di Jatinangor, dan anaku yang kedua
harus mulai masuk asrama di Serpong karena masuk SLA yang berasrama.
Untuk
urusan anak pertama, karena kos biasa, terasa gak begitu masalah karena
dengan era komunikasi saat ini, maka dapat dikontrol setiap hari, entah
itu tentang apa kegiatan di ospeknya ataupun kegiatan sahur maupun buka
puasanya. Namun untuk urusan anak kedua agak berbeda, karena dengan
aturan asrama yang tidak memperbolehkan adanya komunikasi, kalaupun
diperbolehkan waktunya dibatasi hanya seminggu sekali dipinjami hand
phone secara bergiliran. Jadi setiap hari Sabtu siang anak
diperbolehkan SMS ke orang tua dengan HP milik asrama, lalu nanti orang
tua diperbolehkan untuk menghubungi nomor tersebut, tapi tidak boleh
lama-lama karena harus bergantian dengan teman-teman lainnya. Dengan
kondisi komunikasi seperti itu, memang terasa ada yang 'hilang' cuma
sekedar tahu bahwa anaknya secara fisik sehat, dan masih mampu
berkomunikasi. Padahal informasi yang diperlukan aku sebagai orang
tua, lebih dari pada itu.
Sehingga ketika pada suatu pagi aku
mendapat telepon dari salah satu pengurus komite sekolah yang
mengabarkan nanti tanggal 4 Agustus akan diadakan acara buka puasa
bersama dan diminta kami para orang tua yang berada di Jakarta untuk
iuran, dengan imbalan diperbolehkan ketemu anak-anaknya, dengan
antusias aku dan juga mungkin beberapa orang tua wali murid lain ikut
iuran. Sehingga biaya buka puasa bersama yang dianggarkan sekitar Rp.
15 juta, aku pikir akan mudah terkumpul. Ditunggu tanggal 4 Agustus
jam 4 sore ya pak ! Demikian disampaikan oleh pengurus komite.
Tepat
pada tanggal dan jam yang ditentukan, aku, istriku, dan Rafi anak ketigaku
sudah berada di asrama. Ternyata Viki sudah menunggu di pintu gerbang
mengenakan baju koko dan peci hitam, sekilas aku melihat dia menjadi
agak kurus dan kelihatan tambah tinggi. Baru tidak ketemu selama 3
Minggu, rasanya udah pangling. Rasa kangen ingin ketemu anak berbeda
dengan rasa kangen yang dulu aku rasakan waktu jaman pacaran, tetapi
dahsyatnya mirip-mirip. Aku langsung suruh dia naek ke mobil untuk
menunjukkan tempat parkir, maksudnya biar kami bisa segera ngobrol.
Dilapangan
telah digelar lembaran-lembaran terpal plastik seukuran 2 x 40 meter,
dimana masing-masing ujungnya disimpan batu bata untuk menahan agar
alas plastik tersebut tidak kebawa angin. Setelah sholat ashar semua
murid termasuk beberapa wali murid duduk di atas lembaran terpal
plastik tersebut. Didepan dipasang panggung sederhana dan disediakan
layar untuk menayangkan film atau rekaman vidio karya anak-anak.
Dipanggung ada beberapa pertunjukkan seperti marawis dan menyanyi, baru
setengah jam menjelang maghrib ada tausiyah agama islam. Tapi terus
terang aku gak fokus pada acara di depan, tetapi lebih fokus pada
anaku. Aku tanyakan semua kegiatannya, mulai bangun pagi jam berapa,
mandi, sahur, sekolah, dan sebagainya sampai tidur lagi. Aku tanyakan
juga perasaannya, harapannya, maupun penilaian dia antara harapannya
dahulu waktu sebelum masuk asrama dibandingkan kenyataan setelah
sekarang benar-benar ada di asrama.
Ketika mulai melirik ada
yang membagi-baikan makanan untuk ta'jil, anaku berbisik.....asyyyk ada
es buah, kayanya es buah itu merupakan minuman pembuka puasa yang
mewah. Padahal es buah yang disajikan bukan es buah yang mewah, hanya
berupa es buah yang kalau beli dipinggir jalan harganya paling 4.000
rupiah saja. Tidak seluruhnya buah, tetapi dicampur jelly dan cingcau
dipotong kecil-kecil. Anaku cerita bahwa biasanya kalau buka puasa
diberi kolak tanpa santan dibungkus plastik. Dibuat variasi dengan
bahan yang berbeda misalnya kalau kemarin kolak pisang, hari ini kolak
ketela, besoknya kolak ubi. Dimakan dengan cara langsung disedot dari
plastiknya.....padahal ketika di rumah, Viki anaku dengan usia 14 naik ke 15
sedang dalam usia seneng-senengnya makan.
Makanan ta'jil yang
dibagikan cukup banyak variasinya, ada kurma, teh panas, es buah, dan
tahu. Waktu itu kami duduk agak belakang, ketika yang didepan dibagi
kami menjadi harap-harap cemas, apakah akan kebagian makanan atau
tidak. Begitu barangkali hal yang dirasakan oleh anak-anak yatim ketika
dikumpulkan oleh si kaya dalam rangka ulang tahun, buka bersama, atau
diajak berdo'a syukuran lainnya. Pasti mereka merasakan kecemasan yang
sama sebagaimana yang kurasakan saat itu. Kecemasan tentang jenis
makanan yang akan disajikan, kecemasan apakah persediaan makanan cukup
tersedia atau tidak, kecemasan jangan sampai kelewat sama si pembagi,
dan mungkin kecemasan tentang apakah hadiah baju yang nanti akan
dibagikan memiliki warna yang sesuai serta ukuran yang cukup atau tidak.
Tentang kecemasan apakah aku terlewat sama si pembagi atau tidak,
teralami juga yakni ketika ada pembagian kecap untuk dimakan sama
tahu...rupanya di pembagi tidak melihat apakah kami sudah mendapat
bagian kecap atau tidak. Kalau mau minta, kok malu.....akhirnya
jadilah kami makan tahu tanpa kecap.
Khusus untuk es buah, aku
tidak memakannya karena sengaja aku sisakan buat Viki, dengan alasan sudah cukup kenyang, aku berikan
jatah es buah camour jelly tersebut pada anakku. Sambil pura-pura
memastikan bahwa aku bener-bener kenyang menyerahkan jatah es buah
tersebut, dia makan es buah gelas kedua dengan nikmatnya. Aku bilang
tenang aja Vik, nanti khan minggu depan sudah libur boleh pulang, nanti
dirumah kita buat es buah yang benar-benar buah.
Ada permintaan
satu lagi dari Viki si anak asrama yaitu untuk makan malam. Telah diatur bahwa
anak-anak mendapatkan jatah nasi kotak, sedangkan guru, karyawan, dan
wali murid makan dengan cara prasmanan. Dia pesen bawa yang banyak
dagingnya, nanti dia minta.......untungnya tempat makan di halaman
tersebut agak gelap, jadi aku bawa sate yang banyak tidak begitu
terlihat oleh orang lain.........mudah-mudahan tambahan sepuluh tusuk
sate dapat membantu memperbaiki gizi anaku.
(salam hangat dari kang sepyan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar