Jaman dahulu kala, waktu mendengar ustadz ceramah yang mengajak mari
kita sama-sama bergembira menyambut ramadhan, aku suka bingung. Apa sih
yang harus kita gembirai ? bukannya malahan jadi susah ? Tiap malam
harus bangun untuk sahur, terus siangnya gak bisa makan minum seharian
menahan lapar, malemnya harus shalat taraweh, terus kapan nonton
sinetronnya ? kapan nongkrongnya ? kapan ke cafe ? kapan ke bioskop
?Paling yang aku pikir ada gembira-gembiranya adalah pas bedug magrib
tiba, bisa makan minum sepuasnya, sampai susah jalan dan akhirnya
telentang di kamar menunggu Isya. Gembira karena banyak makanan, dan
gembira karena bisa makan kembali. Dan gembira yang lainnya adalah
gembira waktu menyambut lebaran, ada baju baru dan kembali
lagi.....banyak makanan.
Kegembiraan yang kugambarkan waktu itu
hanya sebatas kegembiraan yang berhubungan kebutuhan dasar berupa
sandang dan pangan. Gembira karena banyak makanan dan bisa beli baju
baru. Tapi khan tanpa bulan ramadhan pun, kadang-kadang di rumah kalau
lagi rajin masak, banyak makanan juga. Kalau sekali-kali jalan-jalan ke
mal, bisa milih-milih makanan sesuka hati. Seiring dengan meningkatnya
kesejahteraan, dominasi beli baju baru bukan hanya dilakukan saat
ramadhan saja ?Jadi apa istimewanya ?
Ustad bilang istimewanya
adalah karena pada bulan ini merupakan bulan diturunkannya alquran,
bulan yang 10 hari pertamanya penuh rahmat, 10 hari kedua penuh ampunan,
dan sepuluh hari ketiganya akan menjauhkan diri dari api neraka. Serta
merupakan bulan istimewa karena diantara malam-malamnya terdapat malam
yang super istimewa, malam gala premium, karena disetarakan dengan
seribu bulan. Masalahnya kalau saja malam itu kita berbuat baik, maka
akan mendapat pahala seperti berbuat baik seribu bulan atau hampir sama
dengan 83 tahun berbuat baik terus menerus, padahal usia rata-rata
manusia sekarang kurang dari rentang waktu tersebut.
Tapi sungguh celaka
apabila pas malam itu kita lagi kedatangan mood jelek, misal lagi kesel
sama relasi bisnis, ribut sama pasangan karena hal sepele, sedikit
kebablasan sama pacar, gibah membahas infotainment, dll. Bukannya
keuntungan yang didapat, justru malahan rugi besar, 83 tahun dicatat
sebagai pendengki atau penggibah. Mudah-mudahan gambaran tersebut salah,
mudah-mudahan ketentuan lailatul qadar tersebut hanya dihitung dapat
pahala 1.000 bulan tidak sebaliknya, artinya kalau berbuat dosa
hitungannya tidak dilipat gandakan 1.000 bulan, bagaimana hars menebus
dengan kebaikan untuk menyeimbangkan saat hari hisab nanti padahal usia
kita 'mungkin' kurang dari 1.000 bulan. Berbeda dengan ilmu manusia high
return ya high risk, low risk low return. Karena sampai sekarang ustad
gak pernah cerita tentang risiko lailatul qadar, yang diceritakan hanya
returnnya saja......tapi hati-hati, siapa tahu uraian di atas ternyata
benar.
Setelah usia bertambah, aku baru menyadari apa artinya
kegembiraan menyambut bulan Ramadhan, yaitu kegembiraan saat semua umat
islam bersama-sama memasuki fase penebalan keimanan, saat kita
difasilitasi ruang dan waktu untuk membersihkan rohani. Seakan-akan
semua umat islam memasuki sebuah lorong waktu, dimana disana tersedia
shower dengan air jernih dan deras, tersedia sabun wangi, shampo,
whirpoool, temat fitness, sauna, steam, bahkan ruangan-ruangan pijat dan
refleksi. Dalam Ramadhan disediakan secara gratis SPA rohani, sehingga
sepanjang bulan Ramadhan kesegaran jiwa terus terjaga dan akan terus
terasa sampai keluar dari bulan tersebut. Sungguh indah ajaran Islam,
membuktikan bahwa ajaran tersebut memang bukan ciptaan manusia.
Ternyata
orang yang memanfaatkan SPA tersebut cukup banyak, walaupun sebagian
ada yang mulai bosen sehingga cuma duduk-duduk diluar area SPA, atau
kalaupun didalam area SPA hanya duduk-duduk melihat orang-orang yang
sedang menggunakan fasilitas. Bahkan dengan dijanjikan akan dihitung
pahalanya sama dengan berbuat baik seumur hidup-pun tidak bergeming. Ada
yang bertahan hanya sehari dua hari, ada juga yang bertahan sampai
belasan hari, dan hanya sebagian kecil memanfaatkan seluruh fasilitas
SPA. Hal tersebut tergambar jelas dari posisi shaf shalat Tarawih, dan
lebih jelas lagi dalam posisi shaf shalat subuh.
Sebagai gambaran
aku mengamati shaf sholat subuh di mesjid deket rumah, khusus untuk
shaf laki-laki disediakan 9 shaf dengan masing-masing shaf bisa memuat
22-25 orang jamaah, atau daya tampung 210 - 225 orang. Subuh ramadhan
hari pertama disesaki oleh 8,5 shaf, hari kedua 8 shaf, hari ketiga 7,5
shaf dan terus bertahan dalam kisaran enam sampai tujuh shaf sampai hari
kesepuluh. Hari kesepuluh sampai kelima belas menurun lagi hingga
tinggal 4 sampai 4,5 shaf......dan posisi ini terus bertahan, bahkan
kadang-kadang 4 shaf pun kurang dihari ke 20-an. Malam ganjil maupun
malam genap tidak ada perbedaan.
Jadi sebagaimana orang
membersihkan diri, ada yang cuma cuci muka saja, cuci kaki dan tangan
saja, ada yang mandi alakadarnya, ada yang mandi dan keramas, dan hanya
sedikit orang yang memanfaatkan semua fasilitas SPA........jadi.......
Anda termasuk golongan yang mana ?
(salam hangat dari kang sepyan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar