Rabu, 10 April 2013

PILIH-PILIH TRAVEL UMRAH (episode 1)

Setelah berhaji tahun 2002/2003, Alhamdulillah sampai saat ini aku pernah 3 kali berangkat umrah. Yaitu bersama anak-anak dan istri tahun 2006, bersama teman-teman kuliah tahun 2010, dan bersama kakak-kakak dan adik-adik tahun 2013 ini. Aku tidak pernah memilih travel umrah, mencari informasi umrah di internet, ataupun membanding-bandingkan berdasarkan brosur-brosur. Tetapi hanya berdasarkan informasi teman. Saya serahkan semuanya pada teman yang mencari dan menentukan travel umrah. Yang penting harga terjangkau.

Jadi seperti ceramah pak Kiai kemaren (dalam ngawadul umrah mardud versi kiai), aku menerima apapun yang terjadi selama perjalanan sebagai suatu balasan atas hasil amal perbuatan. Dihatiku telah ditumbuh-kembangkan sesubur-suburnya buah sabar, sehingga apapun yang terjadi aku maklum, aku mafhum, dan aku ikhlas. Tetapi apakah benar demikian sikap yang benar ? Bukankah penyelenggara paket umrah menghitung biaya sesuai perhitungan bisnis. Bukankah tinggal di hotel baik dan dekat mesjid atau hotel jelek dan jauh dari mesjid adalah sebuah pilihan yang pemicu utamanya adalah harga. Bukankah menu makanan pagi, siang, dan malam dengan makanan erofa, makanan asia, atau makanan jawa dapat kita pesan sesuai selera, dan ujung-ujungnya tergantung besarnya harga. Dan hal-hal lainnya pada dasarnya ditentukan oleh harga.

Oleh karena itu, agar kita mampu menjadi pembeli yang pinter atau calon jamaah yang pinter, maka kita harus mengetahui sebenarnya faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga. Sehingga kita bisa tahu apakah travel umrah itu termasuk yang melakukan bisnis secara fair atau unfair dengan memanfaatkan kesenjangan informasi. Karena pada kenyataannya, bukan tidak mungkin dengan bahasa "kami hanya membantu jamaah tamu-tamu Allah", sebenarnya memanfaatkan keluguan jamaah.

Apa sih yang diperlukan jamaah sehingga kalau mau umrah harus menggunakan jasa perusahaan travel ? Pada dasanya motif yang paling utama adalah didorong oleh motif bisnis yaitu pergi ke luar negeri yang jauh maka perlu ada yang mengurus keperluan perjalanan seperti mengurus visa, pesen tiket, pesen hotel, dan akomodasi selama di arab. Sedangkan motif yang kedua adalah motif spiritual. Karena akan melakukan ibadah yang jarang dilaksanakan, maka perlu bimbingan dan arahan dari orang yang ngerti. Yang ideal adalah menemukan travel umrah yang dikelola oleh seorang ulama yang ahli bisnis. Cuma sayangnya menemukan yang ideal itu sulit, jadi ketemunya kadang-kadang dengan pebisnis yang kurang fair dengan berlindung dibalik alasan agama.

Kalau dihadapkan pada dua pilihan motif bisnis atau motif spiritual, maka menurutku yang harus pertama kali ditanamkan dalam hati kita adalah pertimbangan bisnis, artinya pilih dan bandingkan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan dengan harga yang ditetapkan. Tentang siapa yang membimbingpun tetap pilih dengan pertimbangan bisnis, karena pada dasarnya travel umrah mengajak ustad terkenal menggunakan perhitungan bisnis. Atau kalaupun ulama terkenal memiliki travel, kadang dia tidak ikut berangkat tetapi diwakilkan ke pegawainya, ujung-ujungnya didampingi pegawai juga. Kalaupun misalnya ulama terkenal tersebut berangkat, paling ketemunya sekali-sekali karena pada dasarnya ibadah umrah adalah ibadah individual.

Jadi pertimbangan bisnis apa yang harus kita perhitungkan ?

PERTIMBANGAN PERTAMA

Adalah biaya yang harus dikeluarkan travel saat di Indonesia, misalnya pembuatan paspor, ngurus visa, suntik meningitis, baju seragam, kain ihram, travel bag termasuk tas tentengan, biaya perjalanan dari rumah sampai bandara, dan biaya asesoris lainnya misalnya tanda pengenal, syal untuk ciri khas rombongan, dll. Harusnya bisa dinegosiasikan bila kita berangkat ke bandara sendiri, buat paspor sendiri atau sudah punya paspor, khan tidak perlu bayar biaya paspor dan tansport lokal. Demikian juga dengan suntik meningitis, atau bahkan dengan kain ihram maupun travel bag, masih bisa dinegosiasikan untuk bawa punya sendiri. Kualitasnya bisa lebih bagus dan setelah pulang nanti menjadi tidak mubadzir.

Bayangkan kalau kita sekeluarga dengan dua anak berangkat umrah setahun sekali atau dua tahun sekali. Maka akan bertumpuk-tumpuk travel bag di rumah.  Umumnya travel bag tersebut telah ditulisi besar-besar nama travel penyelenggara umrah, sehingga agak "risih" kalau dipake untuk perjalanan bisnis biasa. Apabila transport lokal (antar jemput dari rumah ke bandara saat berangkat serta dari bandara ke rumah saat pulang) kita tanggung sendiri. Terus pembuatan pasport dan suntik meningitis kita lakukan sendiri. Terus cukup menggunakan travel bag serta kain ihram yang sudah kita miliki. Maka paling tidak, kita bisa mendapatkan harga discount satu juta rupiah. Lumayan khan untuk beli oleh-oleh.

PERTIMBANGAN KEDUA

Adalah pesawat yang digunakan, dengan garuda, lion, pesawat saudi atau pesawat timur tengah lainnya. Tanya saja ke situs resmi mereka tentang tarif pesawat jakarta - jedah pulang pergi. Kalau pesawat diluar Garuda dan Lion, pastikan menggunakan pesawat yang langsung Jakarta - Jedah, syukur-syukur langsung penerbangan ke Madinah. Lumayan ngirit perjalanan 9 jam, yaitu perjalanan Jedah - Madinah sekitar 5 jam ditambah waktu nunggu-nunggu yang gak jelas sekitar 4 jam. Pengalamanku kemaren sampai Jeddah sekitar jam 5 sore, baru bisa masuk kamar di Madinah jam 2 pagi, sampai-sampai aku suudzon berfikir bahwa mungkin sengaja nih travel ngelama-lamain supaya bayar hotel di Madinah kalau lewat tengah malam bisa dapat diskonan.

Pengalaman pemilihan penggunaan pesawat yang lebih mengharukan dialami temen kakakku, katanya dia perjalanannya hampir 2 hari satu malam atau hampir 36 jam dari Jakarta sampai Madinah. Karena dari Jakarta ke Singapura, terus city tour dulu di Singapura sambil menunggu pesawat. Selanjutnya terbang dengan pesawat lain dan turun di India. Terbang lagi lalu turun di Dubai, barulah setelah itu pesawat turun di Jeddah. Bayangkan saja, betapa cape nya harus menunggu waktu transit dan ganti pesawat. Seharusnya dengan pemilihan pesawat seperti ini, biayanya lebih murah. Tetapi dengan adanya asimetric informasi, bisa saja menjadi lebih mahal dengan dalih bisa turun di empat negara.....hahahaha......ku tipu kau.

Tips dalam pemilihan pesawat adalah pilihlah Garuda atau Saudi Arabia yang langsung ke Madinah. Ada hari-hari tertentu pesawat tersebut bisa turun di Madinah, bahkan Lion pun bisa, cuma dalam hal pelayanannya aku pikir kita t.s.t saja. Kalau pesawat langsung Madinah misalnya Garuda berangkat dari Jakarta jam 12 siang, maka sudah bisa mendarat di Madinah jam 6 sore waktu arab. Kalaulah Magrib gak keburu di Nabawi, minimal Isya bisa berjamaah disana. Dan tentunya malam itu juga kita sudah bisa istirahat di hotel sehingga jam dua pagi bisa memburu tahajud di Raudah, ngaji 3-4 juz disana, sekaligus sholat subuh berjamaah di Raudah. Ooooohhh...........nikmatnya.

Ini ngawadulnya bisa panjaaaaang........biar gak ganggu kerja......aku potong dulumya ceritanya, Insya Allah secepatnya aku ngawadul lagi di pilih-pilih travel umrah episode kedua.

(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar