Minggu, 05 Mei 2013

GOA HIRO (lanjutan)

Pelataran puncak goa Hiro tidak terlalu lebar.  Bidang datarnya hanya sekitar panjang 10 meter dan lebarnya sekitar 6 meter.  Disana terdapat dua warung kecil yang berjualan minuman maupun makanan.  Ada minuman hangat seperti teh panas, teh susu, kopi, dan ada juga minuman dingin seperti air mineral dan soft drink.  Makanannya macam-macam berupa roti atau kue-kue makanan ringan.  Bahkan di jual juga indomie seharga 5 Riyal.  Harganya agak tinggi, maklum naiknya berat.  Di depan warung terdapat bale-bale berkarpet yang digunakan untuk menyantap makanan.  Atas bale-bale tersebut diberi atap dari karpet, sehingga sangat cocok untuk tempat memulihkan tenaga setelah mendaki, sambil melihat-lihat ke bawah pemandangan.

Pemandangan yang paling dekat ke gunung adalah hamparan rumah penduduk.  Tampak seperti hamparan balok-balok berwarna krem yang cukup padat memenuhi kaki gunung sampai ke kota.  Maklum rumah-rumah di arab umumnya berbentuk kotak dan tidak menggunakan genting seperti di Indonesia.  Dan luarnya pun semuanya berwarna krem, atau putih kotor.  Tampak kotak-kotak kubus tersebut bertumpuk dengan batu-batu hitam.  Dikejauhan samar-samar terlihat zam-zam Tower, gedung tersebut tampak berbeda dari kejauhan seperti tiang kerucut dengan bagian bawah agak besar.  

Di ujung sebelah kiri bidang mendatar puncak gunung Nur terdapat karpet yang dibentangkan seukuran 3 kali 3 meter, dan nampak beberapa orang sholat dengan menghadap ke Ka'bah yang terletak di depan zam-zam tower.  Di sebelah kanannya banyak orang yang berwudlu dengan menggunakan air mineral.  Goa Hironya dimana ???

Ternyata goa Hiro berada di balik gunung, dari puncak harus turun lagi sekitar 50 meter.  Dari sisi ujung sebelah kanan puncak gunung Nur, kalau melihat ke bawah tampak ada tempat mendatar seluas 5 sampai 7 meter persegi telah dipenuhi manusia yang sedang mengantri untuk masuk ke goa Hiro.  Di luas bidang tersebut sekitar 50 sampai 70 orang pejiarah berdiri menunggu giliran masuk goa.  Jalan turun menuju ke goa tersebut bukan dari puncak sebelah kanan karena sangat terjal sekitar 90 derajat, sehingga diberi pagar dari besi.  Jalan turunnya adalah melalui sisi kiri tebing ada undakan dengan turunan yang sangat tajam kemiringan sekitar 70 derajat, lalu memutar ke kiri.

Sampai disana ada dua jalan menuju pelataran goa Hiro yaitu bisa melalui atas, yaitu naik ke gunung batu tempat di bawahnya ada goa Hiro atau lewat celah sempit lorong di bawah batu.  Kedua jalan tersebut bukan merupakan jalan yang mudah.  Jalan pertama lewat atas harus naik gunung batu tanpa undakan.  Naiknya seperti olah raga rock climbing, yaitu menggunakan kedua tangan untuk memegang ujung-ujung batu yang menonjol dan kedua kaki mencari pijakan.  Setelah sampa atas, untuk turun masuk ke pelataran pintu goa Hiro juga sangat sulit karena di bawah banyak manusia, dan kalau mengambil sisi lainnya sangat riskan bisa terjun bebas sekitar 400 meter.  Hanya laki-laki muda yang mengambil jalur ini, dan setelah sampai atas pun banyak yang balik lagi karena tidak bisa turun ke tujuan.

Jalan yang kedua adalah lewat celah sempit, dengan jarak sekitar 6 meter.  Celah tersebut hanya mampu menampung satu tubuh manusia, itupun harus ditekuk-tekuk mengikuti bentuk celah.  Namun di dalamnya agak membesar dan terbagi menjadi dua jalan.  Harus sabar banget kalau ingin menempuh jalur ini, terutama kalau di dalam kita bertemu dengan pejiarah yang akan keluar.  Sudah tempatnya cukup gelap, bahasa pun tidak mengerti.  Jadi saling teriak mereka mengatur.......komunikasi tambah sulit karena bahasa isyarat tidak terlihat.

Akhirnya aku berhasil bisa mencapai pelataran depan goa Hiro, tapi tidak dapat berdiri dengan tegak, aku hanya mampu mendapat tempat di sisi tebing, dengan kaki berpijak pada sengkedan sekitar 5 cm dan badan direbahkan ke tebing.  Namun dari sana mulai nampak jelas pintu goa hiro, tidak terlalu besar dan hanya menampung satu atau dua orang sholat.  Jadi kalau harus ngantri sholat tidak kebayang kapan aku kebagian.  Belum lagi antrian yang tidak jelas.  Akhirnya aku putuskan untuk kembali masuk celah goa untuk kembali ke puncak.  Keluar dari celah aku lihat banyak monyet yang berkeliaran di gunung batu tersebut, dan setelah aku perhatikan ada sedikit perbedaan monyet arab yaitu bulunya lebih panjang dan hidungnya lebih mancung.  Sebagian jamaah ada yang melemparkan roti ke monyet tersebut.......hehehe.....iya satu lagi perbedaan lainnya monyet di arab juga suka roti.

Aku membayangkan bagaimana dahulu perjuangan istri nabi Muhamad yaitu Siti Khodijah.  Yang diriwayatkan bahwa beliau suka naik ke puncak gunung untuk mengantar makanan apabila Rosululloh ada di goa Hiro berhari-hari.  Padahal usia beliau waktu itu sudah sekitar 55 tahun.  Betapa berat perjuangannya, perjuangan seorang istri shalehah mengabdi pada suami, perjuangan menegakan islam.  Apalagi di jaman itu jalannya pasti lebih sulit lagi di banding sekarang.  Mungkin belum ada undakan-undakan seperti saat ini.  Kami naik tanpa membawa beban apa-apa dan masih lebih muda pun merasa sulit, apalagi kalau harus sambil membawa beban makanan.

Di tengah malam, di kesunyian, di sebuah goa, di puncak gunung batu, wahyu pertama Al-quran diturunkan......IQRA.....bacalah.......padahal nabi Muhamad seorang ummi....tidak bisa membaca.  Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.  Setelah mendapat wahyu tersebut, nabi Muhamad berlari menuruni gunung menuju rumahnya, menggigil......dahsyat sekali waktu itu.

Setelah cukup beristirahat, berfoto dan membuat beberapa vidio kami turun.  Perjalanan turun ternyata bukanlah perjalanan yang mudah.  Kalau waktu naik yang berjibaku adalah jantung, waktu turun yang berjibaku adalah lutut.  Sendi lutut dan betis bergetar ketika aku mencoba berhenti sejenak.  Sampai di bawah kami mencari taksi kembali ke Haram, dan sopir mengerti ketika kami coba kibaskan tangan dua kali......20 Riyal kami kembali ke Mekah.  Jam 10 pagi kami sudah sampai hotel, aku keluarkan minyak tawon dari Makasar untuk dioleskan ke seluruh kaki.  Lalu istirahat sekitar 1 jam sambil mengurut sendiri kaki yang pegal. Tidak bisa berlama-lama, karena jam 11 harus segera mandi untuk persiapan sholat dzuhur.  Pahalanya 100 ribu kali bo !!!! jadi inget matematika pahala....hehehe.....ada yang belum baca judul tulisan itu ???


(salam hangat dari kang sepyan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar